Makalah Seleksi Pegawai



Seleksi Pegawai.

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Era globalisasi ini penuh dengan tantangan dan kesulitan-kesulitan di masa yang akan datang yang harus dihadapi oleh masyarakat dan negara berkembang ini. Namun, suatu perusahaan tetap dituntut untuk efektif dalam pengelolaan perusahaannya, agar perusahaan itu dapat bersaing dengan perusahaan lain atau mengikuti perubahan yang terjadi, serta guna mencapai tujuan perusahaan itu sendiri. Aset perusahaan yang paling berharga adalah sumber daya manusianya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan adalah melakukan seleksi terhadap calon karyawannya.
Seleksi dilakukan untuk memilih calon karyawan yang paling memenuhi kriteria yang dicari/ditetapkan perusahaan dari sekian banyak pelamar yang ada untuk menempati suatu posisi tertentu dalam perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan. Seleksi adalah kegiatan suatu perusahaan/instansi untuk memilih pegawai yang paling tepat dan dalam jumlah yang tepat pula dari calon yang dapat ditariknya. Sebenarnya, antara analisis jabatan dan seleksi adalah dua hal yang saling tergantung, sebab metode seleksi yang tepat harus ditunjang oleh analisis jabatan yang tepat, demikian pula sebaliknya.
Selain itu, seleksi yang efektif akan berpengaruh langsung pada prestasi kerja karyawan dan kinerja finansial perusahaan. Dengan demikian, maka pengembangan dan perencanaan system seleksi merupakan hal penting untuk dilaksanakan setiap perusahaan supaya proses yang berlangsung cukup lama dan memakan biaya yang tidak sia-sia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja faktor – faktor yang harus diperhitungkan dalam seleksi pegawai ?
2.      Mengapa seleksi pegawai dilakukan ?
3.      Bagaimana proses seleksi pegawai dilakukan ? 

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui faktor – faktor yang harus diperhitungkan dalam seleksi pegawai.
2.      Untuk mengetahui alasan seleksi pegawai dilakukan.
3.      Untuk mengetahui proses seleksi pegawai dilakukan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Seleksi
Pengertian seleksi menurut para ahli: [1]
1.      Menurut Veithzal Rivai (2008), seleksi adalah kegiatan dalam manajemen SDM yang dilakukan setelah proses rekrutmen seleksi dilaksanakan. Hal ini berarti telah terkumpul sejumlah pelamar yang memenuhi syarat untuk kemudian dipilih mana yang dapat ditetapkan sebagai karyawan dalam suatu perusahaan. Proses pemilihan ini yang dinamakan seleksi.
2.      Menurut Agus Sunyoto (2008) proses seleksi adalah usaha menjaring dari mereka yang dianggap nantinya bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang ditawarkan, mereka dianggap dapat memperlihatkan unjuk kerja yang diharapkan oleh para pimpinan organisasi
3.      Menurut Mathis dan Jackson (2006) Seleksi adalah proses pemilihan orang-orang yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk mengisi lowongan pekerjaan di sebuah organisasi.
4.      Menurut Andrew E. Sikula dalam Anwar Prabu Mangkunegara (2002) pengertian seleksi bahwa :”Selecting is choosing. Any alection is a collection of things chosen. The selection process involves picking out by preference some objects or things from among others. In reference to staffing and employment, selection refers specifically to the deciation to hire a limited number of workers from a group of potential employees”.(Penyeleksian adalah pemilihan. Menyelidiki merupakan suatu pengumpulan dari suatu pilihan. Proses seleksi melibatkan pilihan dari berbagai objek dengan mengutamakan beberapa objek saja yang dipilih. Dalam pegawaian, seleksi lebih secara khusus mengambil keputusan dengan membatasi jumlah pegawai yang dapat dikontrakkerjakan dari pilihan sekelompok calon-calon pegawai yang berpotensi).
Jadi, seleksi adalah suatu proses meneliti dan memilih dari sekelompok pelamar yang didapat dari berbagai sumber untuk mendapatkan pelamar yang paling sesuai dengan posisi yang ditawarkan. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yang mendasari proses seleksi dilakukan, diantaranya yaitu: [2]
1.      Informasi analisis jabatan, yang memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan standar – standar prestasi yang disyaratkan setiap jabatan.
2.      Rencana – rencana sumber daya manusia, yang memberikan informasi kepada manajer tentang tersedia / tidaknya lowongan pekerjaan dalam organisasi.
3.      Keberhasilan fungsi rekrutmen, yang akan menjamin manajer bahwa tersedia sekelompok orang yang akan dipilih.

B.     Faktor – faktor yang Harus Diperhatikan dalam Seleksi Pegawai
Telah umum dimaklumi bahwa proses seleksi bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri. Artinya dalam melakukan kegiatan seleksi berbagai masukan perlu pula diperhitungkan dan dipertimbangkan. Rencana sumber daya manusia pun harus dipertimbangkan karena dalam rencana itulah tergambar lowongan apa yang akan terjadi, untuk pekerjaan apa, bilamana lowongan itu aka terjadi, persyaratan apa yang harus dipenuhi oleh pelamar. Hasil rekrutmen juga merupakan faktor yang tidak bisa tidak harus diperhitungkan.
Disamping itu, dalam menentukan jenis dan langkah – langkah dalam proses seleksi, empat macam tantangan perlu diperhatikan dan dihadapi petugas seleksi, yaitu: penawaran tenaga kerja, tantangan etis, tantangan organisasional, dan kesamaan kesempatan memperoleh pekerjaan.
1.      Penawaran Tenaga Kerja
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak jumlah pelamar untuk seleksi, semakin baik bagi organisasi karena dengan demikian semakin besar jaminan bahwa pelamar yang terseleksi dan diterima sebagai pegawai benar – benar merupakan tenaga kerja yang yang paling memenuhi berbagai persyaratan yang telah ditentukan bagi pekerjaan yang akan dilakukan. Akan tetapi bukanlah merupakan hal yang mustahil bahwa jumlah pelamar kurang dari yang diharapkan. Ada dua kemungkinan mengapa bisa terjadi demikian.
Pertama, karena imbalan yang rendah karena sifat pekerjaan yang tergolong pada pekerjaan yang berada pada anak tangga terendah dalam hierarki organisasi. Kedua, karena sifat pekerjaan yang menuntut spesialisasi tinggi sehingga tidak banyak pencari kerja yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan meskipun imbalannya cukup tinggi pula.
2.      Faktor Etika
Memegang teguh norma – norma etika menuntut antara lain disiplin pribadi yang tinggi, kejujuran yang tidak tergoyahkan, integtitas karakter serta objektivitas yang didasarkan pada kriteria yang rasional. Hal ini sangat penting karena tidak mustahil perekrut dihadapkan kepada berbagai godaan, seperti menerima hadiah, disogok oleh pelamar, mengkatrol nilai seleksi dari pelamar yang mempunyai hubungan darah atau kaitan primordial lainnya atau hal – hal lain yang mengakibatkan perekrut mengambil keputusan yang didasarkan pada pertimbangan subjektif.
Situasi demikian sering dihadapi oleh perekrut dalam masyarakat yang berbagai ikatan primordialnya, seperti kesukuan dan kedaerahan yang masih kuat. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa dalam berbagai masyarakat tradisional, berlaku apa yang dikenal “extended family system” berbeda dengan masyarakat maju terutama didunia Barat dimana norma – norma kehidupan seseorang didasarkan pada “nucleus family system”.
3.      Faktor Internal Organisasi
Para perekrut tenaga kerja pada umumnya menyadari bahwa situasi internal organisasi harus dipertimbangkan juga dalam merekrut dan menyeleksi tenaga kerja baru. Misalnya, besar kecilnya anggaran yang dialokasikan untuk belanja pegawai menentukan berapa banyak pegawai baru yang boleh direkrut, untuk memangku jabatan apa dan melakukan pekerjaan apa. Juga apakah untuk mengisi lowongan baru atau mengganti tenaga kerja lama karena alasan tertentu, seperti berhenti atas permintaan sendiri, diberhentikan tidak atas permintaan sendiri, memasuki masa pension atau karena ada pegawai yang meninggal dunia.
Faktor internal lain yang harus diperhitungkan adalah kebijaksaan atau strategi organisasi mengenai arah perjalanan organisasi dimasa yang akan dating. Misalnya, apakah organisasi merencanakan perluasan usaha, baik produk yang dihasilkan maupun wilayah kerjanya, yang pada gilirannya menuntut tersedianya tenaga kerja baru. Sebaliknya, mungkin pula organisasi memutuskan untuk menciutkan kegiatannya.
4.      Faktor Kesamaan Kesempatan
Diberbagai Negara atau masyarakat, masih saja terdapat praktek – praktek pemanfaatan sumber daya manusia yang sifatnya diskriminatif. Ada kalanya praktek diskriminatif tersebut didasarkan atas warna kulit, daerah asal, ataupun latar belakang social. Dengan kata lain, terhadap sekelompok yang diidentifikasi sebagai minoritas diberlakukan pembatasan – pembatasan tertentu sehingga mereka tidak memperoleh kesempatan yang sama dengan warga masyarakat lainnya untuk memperoleh pekerjaan. Secara etika dan moral tentunya praktek tersebut tidak dapat dibenarkan. Tidak ada alasan apapun yang membenarkan tindakan dan praktek demikian.

C.   Kualifikasi yang Menjadi Dasar Seleksi[3]
Proses seleksi sangat penting dalam memberikan penilaian akan sifat-sifat, watak, dan kemampuan para pelamar secara tepat, teliti dan lengkap. Beberapa kualifikasi berikut ini menjadi dasar dalam proses seleksi.
1.      Keahlian
Merupakan salah satu kualifikasi utama yang menjadi dasar dalam proses seleksi, kecuali bagi jabatan yang tidak memerlukan keahlian. Penggolongan keahlian dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Technical skill, yaitu keahlian teknik yang harus dimiliki para pegawai pelaksana.
b.      Human skill, yaitu keahlian yang harus dimiliki oleh mereka yang akan memimpin beberapa orang bawahan. 
c.       Conceptual skill, yaitu keahlian yang harus dimiliki oleh mereka yang akan memangku jabatan puncak pimpinan sebagai figure yang mampu mengkoordinasi berbagai aktivitas   untuk mencapai tujuan organisasi.
2.      Pengalaman
Dalam proses pelamaran suatu pekerjaan, pengalaman pelamar cukup penting artinya dalam suatu proses seleksi. Suatu organisasi/perusahaan cenderung akan memilih pelamar yang berpengalaman dari pada yang tidak berpengalaman karena dipandang lebih mampu melaksanakan tugasnya. Selain itu, kemampuan intelegensi juga menjadi dasar pertimbangan selanjutnya, sebab orang yang memiliki intelegensi yang baik biasanya orang yang memiliki kecerdasan yang cukup baik. Faktor pengalaman saja tidak cukup untuk menentukan kamampuan seseorang pelamar dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik.
3.      Usia
Perhatian dalam proses seleksi juga ditunjukan pada masalah usia para pelamar. Usia muda dan usia lanjut tidak menjamin diterima tidaknya seseorang pelamar. Mereka memiliki usia lanjut tenaga fiisknya relatif terbatas meskipun banyak pengalaman. Mereka yang berusia muda mungkin saja memiliki vitalitas yang cukup baik. Tetapi rasa tanggung jawabnya relatif kurang dibandingkan dengan usia dewasa.  Oleh karena itu, yang terbaik pelamar yang berusia sedang atau sekira usia 30 tahun.
4.       Jenis kelamin
Jenis kelamin memang sering pula diperhatikan, terlebih-lebih untuk jabatan tertentu. Jabatan-jabatan memang dikhususkan untuk pria, ada juga yang khusus untuk wanita. Tetapi banyak juga yang terbuka untuk kedua jenis kelamin tersebut.
5.      Pendidikan
Kualifikasi pelamar merupakan cermin dari hasil pendiidkan dan pelatihan sebelumnya, yang akan menentukan hasil seleksi selanjutnya dan kemungkinan penempatanya dalam organisasi bila pelamar yang bersangkutan diterima. Tanpa adanya latar belakang pendidikan tersebut maka proses pemilihan atau seleksi akan menjadi sulit.
6.      Kondisi fisik
Kondisi fisik seseorang pelamar kerja turut memegang peranan penting dalam proses seleksi. Bagaimana pun juga suatu organisasi secara optimal akan senantiasa ingin memperoleh tenaga kerja yang sehat jasmani dan rohani kemudian memiliki postur tubuh yang cukup baik terutama untuk jabatan-jabatan tertentu.
7.      Tampang
Menurut Drs. Manullang, dalam jabatan-jabatan tertentu, tampang juga merupakan salah satu kualifikasi yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Misalnya, tugas sebagai pramugari, pelayan toko, dll.
8.      Bakat
Bakat atau aptitube seseorang calon pelamar tenaga kerja turut juga pemegang kunci sukses dalam proses seleksi. Bakat ini dapat tampak pada tes-tes, baik fisik maupun psikolog. Dari tes-tes tersebut dapat diketahui bakat yang tersembunyi, yang suatu saat dapat dikembangkan.
9.      Temperamen
Temperamen adalah pembawaan seseorang. Temperamen tidak dipengaruhi oleh pendidikan, namun berhubungan langsung dengan ‘emosi’ seseorang. Menurut Drs. Manullang, temperamen adalah sifat yang mempunyai dasar bersumber pada faktor-faktor dalam jasmani bagian dalam, yang di timbulkan oleh proses-proses biokima. Temperamen seseorang itu bermacam-macam, ada yang periang, tenang dan tentram, bersemangat, pemarah , pemurung, pesimis, dll. Hal ini menentukan sukses tidaknya seleksi atau tempat yang cocok bagi seseorang pelamar bila diterima bekerja dalam organisasi.
10.  Karakter
Karakter berbeda dengan tempramen meskipun ada hubungan yang erat antara keduanya. Temperamen adalah faktor ’endogen’, sedangkan karakter adalah faktor ’exogen’. Suatu karakter seseorang dapat diubah melalui pendidikan, sedangkan temperamen tidak dapat diubah.

D.    Cara Mengadakan Seleksi
Ada beberapa cara seleksi dalam mengadakan pemilihan tersebut menurut Drs. Manullang yaitu sebagai berikut.
1.      Seleksi ilmiah
Adalah cara seleksi yang berdasarkan pada data yang diperoleh dari job specification sehingga dengan demikian persyaratan-persyaratan yang ditentukan harus dapat dipenuhi oleh calon karyawan, agar benar-benar sesuai dengan keinginan organisasi. Data bersifat  ilmiah yang masih dipertimbangkan dalam proses seleksi ilmiah, yaitu:
a.       Surat lamaran,
b.      Ijazah sekolah dan daftar nilai,
c.       Surat keterangan pekerjaan atau pengalaman,
d.      Wawancara langsung, dan
e.       Referensi/rekomendasi dari pihak yang dapat dipercaya.
2.      Seleksi non ilmiah
Cara kedua ini, pada umumnya banyak digunakan di negara-negara berkembang, seperti di negara kita sendiri. Cara non ilmiah ini, di samping didasarkan pada kelima data di atas sering ditambah dengan faktor-faktor lain, seperti:
a.       Bentuk tulisan dalam lamaran,
b.      Cara berbicara dalam wawancara, dan
c.       Tampang atau penampilan.

E.     Teknik Seleksi
1.      Teknik seleksi menggunakan interview
Interview atau wawancara lazim digunakan dalam proses  seleksi calon pegawai atau karyawan. Interview atau wawancara bagaimana pun juga memiliki kelemahan, antara lain menurut Drs.Manullang adalah sebagai berikut.
a.       Subyektivitas pewawancara,
b.      Cara mengajukan pertanyaan,
c.       Pengaruh halo.
Terdapat suatu gagasan untuk melenyapkan kelemahan-kelemahan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Mc Merry anatara lain:
a.       Orang yang bertugas menginterview bekerja atas dasar kualifikasi definitif.
b.      Orang yang bertugas menginterview mengetahui pertanyaan yang diajukannya kepada pelamar dan telah disusun terlebih dahulu dengan kata-kata yang mudah dimengerti.
c.       Orang yang bertugas menginterview telah mendapat pelatihan dalam teknik menginterview.
d.      Orang yang bertugas menginterview sudah mendapatkan data-data mengenai diri pelamar terlebih dahulu, baik melalui telepon maupun dari laporan-laporan tertentu.
2.      Teknik seleksi menggunakan assessment center.
Merupakan suatu proses penilaian (rating) yang dinilai sophiscated, yang isinya diarahkan sedemikian rupa sehingga kita dapat meminimalisasikan timbulnya penyimpangan/bias yang sangat mungkin terjadi. Sehingga dapat dipastikan kandidat tenaga kerja yang terlibat dalam proses penilaian tersebut memperoleh suatu kesempatan yang sama untuk memunculkan potensi. Program assessment center yang didasarkan pada pendekatan multiple merupakan pendekatan yang fleksibel, dalam arti bias diterapkan pada beberapa organisasi tergantung pada kebutuhannya.

F.      Proses Seleksi[4]
Adapun langkah – langkah yang biasa ditempuh dalam proses seleksi ialah :
1.      Penerimaan Surat Lamaran
Langkah pertama ini merupakan langkah yang penting. Sering dilupakan bahwa sesungguhnya proses seleksi berlangsung dua arah dalam arti bahwa organisasi pemakai tenaga kerja menyeleksi para pelamar dan dilain pihak para pelamar memilih organisasi dimana dia berharap akan berkarya.
Oleh karena itu kedua bela pihak perlu menempuhnya dengan hati – hati. Perekrut menempuh langkah guna memperoleh kesan pertama tentang pelamar melalui pengamatan tentang penampilan, sikap, dan faktor lain yang dipandang relevan. Dari kesan petama inilah perekrut mengambil keputusan apakah akan melanjutkan langkah berikutnya atau tidak. Sebaliknya dengan kunjungan pertamanya ke organisasi, pelamar dapat memutuskan apakah ia akan melanjutkan keinginannya untuk berkarya di organisasi tersebut atau tidak.
2.      Penyelenggaraan Ujian
Berbagai ujian diselenggarakan dan dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang objektif dan dengan tingkat akurasi yang tinggi tentang cocok tidaknya pelamar dengan jabatan atau pekerjaan yang akan dipercayakan kepadanya.
Pada dasarnya terdapat tiga jenis tes yang akan ditempuh oleh para pelamar yaitu :
a.       Tes Psikologi
Dewasa ini, di Negara – Negara maju, seperti di Amerika Serikat, terdapat berbagai jenis tes psikologi. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur berbagai faktor kepribadian dan diperuntukkan bagi upaya mencocokkan kepribadian pelamar dengan pekerjaan yang tepat baginya. Misalnya tes psikologi mengukur kepribadian dan temperamen seseorang yang diharapkan menduduki jabatan ekskutif tingkat puncak, tingkat menengah dan tingkat rendah. Ada pula tes psikologi yang mengukur kereatifitas dan daya nalar seseorang.
b.      Tes Pengetahuan
Sekarang ini terdapat beranekaragam tes yang dimaksudkan untuk mengukur untuk pengetahuan pelamar tentang berbagai hal. Misalnya tes mengukur pengetahuan seseorang tentang teori dan praktek kepemimpinan, tes yang mengukur kemampuan atau pemahaman seseorang tentang ruang, waktu, angka – angka dan kecepatan menangkap makna petunjk verbal dan lain – lain.
c.       Tes Pelaksanaa Pekerjaan
Bagi mereka yang diproyeksikan untuk melaksanakan berbagai kegiatan operasional diselnggarakan berbagai jenis tes seperti tes kemampuan koordinasi fisik bagi mereka yang bekerja di bengkel atau pabrik, bahkan tes yang mengukur kemampuan seseorang menghadapi situasi nyata dalam pekerjaan seperti mengambil keputusan dan memecahkan masalah yang diperuntukkan bagi mereka yang akan menduduki jabatan manajerial da professional tersedia pula.

Di berbagai Negara, terutama Negara maju, ada kalanya digunakan pula tes yang dikenal dengan istilah “Graphic Response Test” yang lebih populler dengan istilah “polygraph”. Tes ini diselenggarakan bagi mereka yang dalam pelaksaan tugasnya dituntut memiliki tingkat kejujuran yang tinggi seprti polisi, kasir da pekerjaan lain yang sejenis.
3.      Wawancara
Wawancara dipandang sebagai langkah yang penting, penggunaanya pun paling sering dan paling meluas. Wawncara sebagai alat seleksi merupakan pembicaraan formal antara prekrut dengan pelamar. Jika dilaksianakn dengan baik, lima manfaat yang dapat dipetik dari wawancara ialah:
a.       Kesan kuat tentang akseptabilitas pelamar untuk bekerja dalam organisasi
b.      Perolehan jawaban yang agak pasti atas pertanyaan apakah pelamar mampu melaksanakan pekerjaan yang akan dipercayakan kepadanya
c.       Perolehan bahan perbandingan antara pelamar yang diwawancarai dengan pelamar lain untuk pekerjaan yang sama
d.      Pengenalan pelamar dengan lebih baik oleh pewawancara
e.       Kesempatan bagi pelamar yang diwawancarai untuk lebih mengenal organisasi yang akan mempekerjakannya melalui informasi yang diperoleh dari pewawancara.
Jenis – jenis wawancara yaitu :
a.       Wawancara Tidak Terstruktur
Dalam menyelenggrakan wawancara tidak terstruktur, pewawancara tidak mempersiapkan sejumlah pertanyaan sebelumnya. Jumlah dan jenis pertanyaan yang diajukan kepada pelamar biasanya berkembang sambil wawancara berlangsung. Meskipun demikian tidak berarti pewawancara tidak perlu melakukan persiapan.
b.      Wawancara Terstruktur
Tipe wawancara ini digunakan apabila pertimbangan validitas informasi yang dicari dianggap penting dan apabila jumlah pelamar yang diwawancarai besar. Pelaksanaanya menuntut agar pewawancara menyusun dan mempersiapkan serangkaian pertanyaan yang ditanyakan pada semua pelamar.
c.       Gabungan Antara Tidak Terstruktur dan Terstruktur
Kenyataan dan pengalaman banyak orang menunjukan bahwa wawancara yang paling sering digunakan sebagai teknik seleksi adalah teknik gabungan antara wawancara tidak terstruktur dan terstruktur. Alasannya bahwa penggabungan kedua teknik tersebut mengambil manfaat dari keduanya. Dengan kata lain, karena waancara terstruktur memungkinkan perolehan informasi yang dapat digunakan untuk membandingkan kualifikasi seorang pelamar dengan para pelamar lainya dilengkapi dengan perolehan informasi secara lebih mendalam melalui wawancara tidak terstruktur.
d.      Pemecahan Maslah
Untuk mengukur kemampuan pelamar menyelesaikan suatu masalah tertentu, pelamar disodorkan suatu situasi problematic yang tentu saja sifatnya hipotetikal. Setelah pewawancara menyampaikan permasalahan, pelamar diminta tanggapan tentang apa yang akan dilakukannya mengatasi situasi tersebut.
e.       Wawancara Dalam Situasi Stres
Dalam berbagai organisasi ada tugas tertentu yang sering berakibat pada stres dalam diri pegawai yang bertanggungjawab untuk melaksanakannya. Misalnya keluhan para pelanggan atau nasabah yang merasa pelayanan terlalu lambat, kurang cermat, kurang ramah dll. Sangat mungkin bahwa pelanggan atau nasabah yang tidak puas itu menyampaikan keluhannya dengan emosional. Dalam hal ini keluhan harus diatas dan diselesaikan demi citra positif organisasi. Dalam usaha menyelesaikan situasi demikianlah biasaya timbul stres.
Proses wawancara :
a.       Persiapan Wawancara
Sebelum wawancara dimulai, pewawancara menyusun berbagai pertanyaan yang diharapkan dapat menggali bahan atau informasi antara lain tentang latar belakang, minat dan sikap pelamar.
b.      Penciptaan Keserasian Hubungan
Agar wawancara berlangsung dengan baik, pewawancara harus sesegera mungkin berusaha menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga ketegangan yang ada tidak mempengaruhi jalannya wawancara tersebut secara negative.
c.       Tukar Menukar Infirmasi
Wawancara adalah suatu bentuk percakapan. Karena itu wawancara harus berlangsung dua arah. Tegasnya pewawancara tidak boleh mendominasi percakapan dan pelamar tidak hanya berkewajiban menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Pelamar berhak pula mengajukan berbagai pertanyaan sehinggan informasi benar – benar tergali.
d.      Mengakhiri Wawancara
Cara mengakhiri wawancara pun punya teknik tersendiri yang pelru dikuasai oleh pewawancara. Teknik terbaik mengakhiri suatu wawancara adalah dengan komunikasi non verbal. Mislanya dengan cara duduk yang berubah, berdiri, melihat jam dinding atau jam tangan atau cara lain sejenisnya yang memberikan indikasi bahwa wawancara akan segera selesai.
e.       Penilaian
Untuk kepentingan penilaian, sebaiknya digunkan suatu lembaran daftar pengecekan yang mengandung berbagai hal berbagai hal seperti nama pelamar, tanggal wawancara, komentar pewawancara, harapan dll.
Kesalahan- kesalahan dalam wawancara, yaitu:
a.       Halo Effect
Kesalahan ini terjadi bila pewawancara menggunakan informasi terbatas tentang pelamar untuk berprasangka dalam evaluasi terhadap karakteristik-karakteristik lain pelamar. Contoh, seorang pelamar yang mempunyai senyuman menarik (apalagi kalau cantik atau ganteng) dan simpatik diperlakukan sebagai calon unggul sebelum wawancara dimulai.
b.      Leading Questions
Kesalahan ini akibat pewawancara mengirimkan “telegram” jawaban yang diinginkan dengan cara memberi arah pertanyaan-pertanyaan wawancara. Contoh, “apakah saudara setuju bahwa laba adalah penting?”; “apakah saudara akan menyenangi pekerjaan ini?”.
c.       Personal Biases
Kesalahan ini merupakan hasil prasangka pribadi pewawancara terhadap kelompok-kelompok tertentu. Contoh, “saya lebih menyukai personalia penjualan yang berbadan tinggi”; “ada pekerjaan yang hanya pantas untuk pria dan ada pekerjaan yang hanya pantas untuk wanita”.
d.      Dominasi Pewawancara
Kesalahan ini akibat pewawancara menggunakan waktu wawancara untuk “membual” kepada pelamar, menyombongkan keberhasilan, atau melakukan percakapan sosial. Contoh, penggunaan waktu wawancara untuk menceritakan rencana-rencana perusahaan, penggunaan waktu wawancara untuk memberitahukan bagaimana pentingnya pekerjaan pewawancara.
Wawancara yang efektif, yaitu:
a.       Interviewer harus aktif mendengarkan
b.      Menggunakan lebih dari satu format interview
c.       Tidak memberikan evaluasi terhadap kesan pertama
d.      Interviewer berpedoman pada job requirement atau job specification
e.       Interviewe memahami body language
4.      Surat – surat Referensi
Meskipun praktek meminta surat refrensi sudah lama berlangsung, kecendrungan sekarang ini ialah mengganti cara tersebut dengan cara lain. Salah satu alasan utamanya karena menurut pengalaman banyak organisasi, surat referensi itu biasanya hanya menonjolkan segi – segi positif mengenai diri pelamar. Segi – segi negative mengenai pelamar sering tidak terungkap karena apabila diungkapkan justru akan memperkecil kemungkinan lamaran diterima. Padahal untuk kepentingan penenempatan dan pengembangan yang bersangkutan kelak informasi tentang kelemahan seseorang perlu pula diketahui oleh perekrut. Yang dimkasud cara lain ialah pelamar diminta memberikan beberapa nama yang menjadi refrensinya dan prekrutlah yang menghubungi orang tersebut secara langsung, msialnya melalui telepon.
5.      Evaluasi Medis
Dua cara umum yang ditempuh dalam proses ini. Pertama, pelamar diminta melampirkan surat keterangan dari dokter. Kedua, organisasi melakukan sendiri evaluasi medis dengan mengharuskan pelamar menjalani tes kesehatan menyeluruh ditempat pemeriksaan dan oleh dokter yang ditunjuk oleh organisasi.
Tujuan evaluasi medis ialah :
a.       Menjamin bahwa pelamar tidak menderita penyakit kronis, apa lagi menular
b.      Memperoleh informasi apakah secara fisik pelamar mampu menghadapi tantangan dan tekanan rugas pekerjaannya
c.       Memperoleh gambaran tentang tinggi rendahnya premi asuransi yang harus dibayar
6.      Wawancar dengan Penyelia
Dalam manajemen Sumber Daya Manusia dewasa ini semakin dirasakan pentingnya keterlibatan para penyelia yang akan menjadi atasan langsung pelamar dalam proses seleksi. Bahkan banyak organisasi cenderung memberikan wewenang dan kata terakhir kepada para penyelia untuk memutuskan siapa diantara para pelamar yang diterima dan siapa yang ditolak.
7.      Pengenalan Pekerjaan
Kandidat akan diperlihatkan jenis pekerjaan yang akan dihapainya, tipe pekerjaan, peralatan, dan kondisi bekerja. Penelitian menunjukan efektivitas dari job preview akan mengurangi turnover.[5]
8.      Keputusan Seleksi
Langkah terakhir dalam proses seleksi ialah pengambilan keputusan tentang lamaran yang masuk. Siapapun yang pada akhirnya mengambil keputusan atas lamaran yang diterima, apakah diterima atau ditolak, yang jelas bahwa dua hal penting mendapat perhatian. Pertama, merupakan tindakan yang sangat etis sekaligus merupakan langkah penting dalam menjaga citra positif suatu organsasi apabila para pelamar yang lamarannya tidak diterima segera diberi tahu tentang penolakan tersebut. Kedua, seluruh dokumen lamaran yang diterima perlu disimpan dengan baik dan rapi karena berbagai informasi dalam dokumen tersebut bermanfaat dikemudian hari dalam membina dan mengarahkan karier pegawai yang bersangkutan.

G.    Pendekatan dalam Proses Seleksi
Dalam proses seleksi ada dua pendekatan yang cukup menonjol pada abad ke-20 ini yaitu:
1.      Pendekatan Succesive Hurdles
Sebagian besar proses seleksi yang berjalan sampai saat ini berdasarkan konsep successive hurdles. Ini berarti bahwa untuk berhasilnya pelamar tenaga kerja diterima dalam suatu organisasi, mereka harus lulus dan berbagai persyaratan yang telah ditentukan secara bertahap. Mulai dari mengisi belanko lamaran, tes – tes, wawancara, mengecek seluruh latar belakang pribadi pelamar, dan pemeriksaan medis maupun pemerksaan relevan lainnya. Saegala macam tes atau pemeriksaan tersebut itulah yang disebut “Hurdles” dan harus lulus dengan hasi baik satu per satu atau secara berurutan (Succesive).
2.      Pendekatan Compensantory
Pendekatan yang lain, yang rupanya kurang bisa dipergunakan, didasarkan pada pra anggapan bahwa kekurangan pada satu factor di satu pihak sebenarnya dapat “ditutupi” oleh factor seleksi lainnya yang cukup baik di pihak lain. Seorang pelamar dapat diterima menjadi tenaga kerja dalam suatu organisasi berdasarkan pada kumpulan hasil secara menyeluruh dan seluruh tes yang dilakukan. Dari semua tes tersebut, mungkin nilainya ada yang agak kurang dari satu tes, teteapi berlebihan di tes – tes yang lain, sehingga jumlah hasil akhir yang dicapai memenuhi persyaratan untuk diterima.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas maka dapat disimpulkan bahwa seleksi adalah suatu proses meneliti dan memilih dari sekelompok pelamar yang didapat dari berbagai sumber untuk mendapatkan pelamar yang paling sesuai dengan posisi yang ditawarkan. Seleksi merupakan suatu proses untuk memilih calon tenaga kerja yang paling sesuai dengan kebutuhan organisasi. Manajer tidak menghendaki menerima pegawai yang tidak cakap dan yang akan cepat keluar sebab dapat menimbulkan kerugian yang besar.
Perusahaan ingin menyesuaikan antara kebutuhan pelamar dan imbalan yang ditawarkan menurut kualitas kerja dan konteks perusahaan. Untuk menyesuaikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seseorang terhadap kebutuhan kerja dan karakteristik perusahaan maka perusahaan harus mampu mengumpulkan informasi tentang para pelamar. Dengan informasi yang jelas tersebut perusahaan dapat melakukan penempatan pelamar sesuai dengan kemampuan, pengetahuan dan keterampilannya atau dapat dikatakan bahwa perusahaan akan dapat menentukan pelamar sesuai dengan job spesifikasinya yang ada pada akhirnya akan memberikan kontribusi positif bagi produktivitas perusahaan.

B.     Saran
Sebaiknya sebelum melakukan seleksi karyawan perusahaan menyiapkan rangkaian tes yang sesuai dengan kriteria pekerjaan agar mendapatkan karyawan yang terbaik bagi perusahaan. Bagi peserta seleksi sebaiknya mempersiapkan diri dengan baik terutama kondisi fisik dan mental sebelum mengikuti serangkaian seleksi pekerjaan. Tentukan pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan diri serta berusaha memberikan yang terbaik dalam mengikuti seleksi pekerjaan.



[1] http://www.makalahseleksikaryawanMariBerbagi.html diakses pada tanggal 21 Maret 2016 pukul 10:12 Wita.
[2] Drs. Faustino Cardoso Gomes. “ Manajemen Sumber Daya Manusia “. Yogyakarta: Penebrit Andi Offset, 1999. Halm. 118
[3] Sadili Samsudin. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006. Halm. 96 – 101.
[4] Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA . “ Manajemen Sumber Daya Manusia ”. Jakarta: PT. Bumi aksara, 2015. Halm: 136 – 152

[5] DR. Drs. H. M. Yani.,SH.,MM. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2012. Halm. 72.

Related Posts

There is no other posts in this category.