KAJIAN TAFSIR DAN HADIS (QS. Al Hijr: Surat ke 15)

KAJIAN TAFSIR DAN HADIS (QS. Al Hijr: Surat ke 15)

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.           Latar Belakang Masalah

Surah Al-Hijr (bahasa Arab: الحجر, "Al-Hijr") adalah surah ke-15 dalam al-Qur an. Surah ini terdiri atas 99 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Al-Hijr adalah nama sebuah daerah pegunungan yang didiami oleh kaum Tsamud pada zaman dahulu yang terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syam (Syria). Nama surah ini diambil dari nama daerah pegunungan itu yang berkaitan dengan nasib penduduknya yaitu kaum Tsamud____pada ayat 80 sampai dengan 84____mereka telah dimusnahkan Allah, karena mendustakan Nabi Shaleh dan berpaling dari ayat-ayat Allah. Dalam surah ini terdapat juga kisah-kisah kaum yang lain yang telah dibinasakan oleh Allah seperti kaum Luth dan kaum Syu'aib. Surah ini juga mengandung pesan bahwa orang-orang yang menentang ajaran rasul-rasul akan mengalami kehancuran.[1]

Dalam era kekinian, Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia___salah satunya dalam surat al Hijr ini___di dalamnya terkandung ayat-ayat yang dapat kita gunakan sebagai pedoman hidup manusia. Diantaranya merupakan ayat-ayat yang menggali tentang tujuan pendidikan/ filosofi pendidikan, kurikulum pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan, evaluasi pendidikan, pendidik, peserta didik, isu-isu kontemporer terkait pendidikan. Namun kiranya belum banyak yang mempelajari dan memahami ayat-ayat tersebut. Dan hal ini merupakan masalah yang perlu dicarikan solusinya.

Untuk itu, dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan sedikit tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan hal tersebut di atas,  dengan harapan dapat lebih memahami tafsir dan hadis pendidikan yang terkandung di dalam Al-Quran surat al Hijr.

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut  di atas, maka penulisan makalah ini kami beri judul “Kajian Tafsir Dan Hadis (Qs. Al Hijr : Surat Ke 15).”

B.            Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam makalah ini akan membahas diantaranya : 

1.        Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang Tujuan pendidikan/ filosofi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr ?

2.        Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang  Kurikulum pendidikan Dalam Q.S Al Hijr ?

3.        Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang  Materi pendidikan Dalam Q.S Al Hijr ?

4.        Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang  Metode pendidikan Dalam Q.S Al Hijr ?

5.        Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang Evaluasi pendidikan Dalam Q.S Al Hijr ? 

6.        Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang Pendidik Dalam Q.S Al Hijr ?

7.        Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang Peserta didik Dalam Q.S Al Hijr ?

8.        Bagaimanakah isu-isu kontemporer terkait pendidikan?

C.           Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendiskripsikan tentang :

1.        Tafsir Dan Hadis Tentang Tujuan pendidikan/ filosofi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr

2.        Tafsir Dan Hadis Tentang  Kurikulum Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr

3.        Tafsir Dan Hadis Tentang  Materi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr

4.        Tafsir Dan Hadis Tentang  Metode Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr

5.        Tafsir Dan Hadis Tentang  Evaluasi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr 

6.        Tafsir Dan Hadis Tentang Pendidik Dalam Q.S Al Hijr

7.        Tafsir Dan Hadis Tentang  Peserta Didik Dalam Q.S Al Hijr

8.        Isu-Isu Kontemporer Terkait Pendidikan

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.        Tafsir Dan Hadis Tentang Tujuan pendidikan/ filosofi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr

Bila tujuan pendidikan seperti apa yang disampaikan oleh Asma Hasan al Fahmi dan Munir Mursi, maka tujuan pendidikan adalah pengembangan akal dan akhlak yang dalam akhirnya dipakai untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”. Dan tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dari firman Allah SWT yang artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim berserah diri kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran: 102). Jadi insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan tujuan  akhir dari pendidikan Islam.[2]

Sebagaimana dalam tafsir ayat di atas, Allah SWT menyebutkan perihal Adam di kalangan para malaikat-Nya sebelum Adam diciptakan dan dimuliakan-Nya dengan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya. Allah menyebutkan pula pembangkangan yang dilakukan oleh iblis yang tidak mau bersujud kepada Adam, pada saat itu iblis berada bersama golongan para malaikat. Iblis tidak mau bersujud kepada Adam karena kafir, ingkar, sombong, dan membanggakan dirinya dengan kebatilan. Iblis menjawab alasan penolakannya, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

"Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau lelah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (Al-Hijr: 33)

Dalam ayat lain disebutkan

Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah. (Al A’raf: 12; Shad: 76)

Dalam ayat lainnya lagi disebutkan:

Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? (Al-Isra: 62), hingga akhir ayat.[3]

Dalam bab ini Ibnu Jarir telah meriwayatkan sebuah asar yang garib lagi aneh melalui hadis Syabib ibnu Bisyr, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Allah telah menciptakan para malaikat, berfirmanlah Dia: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kalian bersungkur dengan bersujud kepadanya. (Shad: 71-72)  Mereka menjawab, "Kami tidak akan menurut." Maka Allah mengirimkan api kepada mereka dan membakar habis mereka. Kemudian Allah menciptakan malaikat lainnya, dan berfirman kepada mereka seperti firman-Nya yang pertama, tetapi mereka menjawab dengan jawaban yang sama seperti pendahulunya. Maka Allah mengirimkan kepada mereka api yang membakar habis mereka semua. Kemudian Allah menciptakan malaikat yang lain, setelah itu Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Apabila Aku telah menciptakannya, maka bersujudlah kalian kepadanya!" Tetapi mereka membangkang. Maka Allah mengirimkan api kepada mereka dan membakar habis mereka semuanya. Kemudian Allah menciptakan malaikat lainnya, lalu berfirman kepada mereka, "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah, apabila Aku telah menciptakannya, maka bersujudlah kalian kepadanya!" Mereka menjawab, "Kami tunduk dan patuh kepada perintah¬Mu," kecuali iblis, dia termasuk kaum yang kafir seperti para pendahulunya. Akan tetapi, kebenaran asar ini dari Ibnu Abbas masih terlalu jauh dari kebenaran. Jelasnya asar ini berasal dari kisah Israiliyat.[4]

B.        Tafsir Dan Hadis Tentang   Kurikulum Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.[5]

            Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finis.[6]

            Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan Manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan arti manhaj (kurikulum) dalam pendidikan Islam____sebagaimana yang terdapat dalam Qamus al- Tarbiyah___adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.[7]

            Hasan Langgulung memandang bahwa kurikulum mempunyai empat komponen utama, yaitu :

1.            Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. Dengan lebih tegas lagi orang yang bagaimana yang ingin kita bentuk dengan kurikulum tersebut.

2.            Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktifitas-aktifitas dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu. Bagian inilah yang disebut mata pelajaran

3.            Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk mengajar dan memotivasi murid untuk membawa mereka ke arah yang dikehendaki oleh kurikulum.

4.            Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan kurikulum tersebut.[8]

Selanjutnya, pendidikan Islam yang berfalsafat Al Quran sebagai sumber utamanya menjadikan Al Quran sebagai sumber utama penyusunan kurikulum dan ditambah dengan Al Hadits untuk melengkapinya. Di dalam Al Quran dan Al Hadits ditemukan kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai pedoman operasional dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka tersebut adalah Tauhid dan Perintah membaca.[9]

Sesuai dengan tuntunan Al Qur an bahwa yang menjadi kurikulum inti Pendidikan Islam adalah “Tauhid” dan harus dimantapkan sebagai unsur pokok yang tak dapat dirubah. Pemantapan kalimat tauhid ini sudah dimulai semenjak bayi dilahirkan dengan memperdengarkan Adzan dan Iqamah terhadap anak yang dilahirkan. Sebagaimana hadis Nabi, dari Husain bin Ali telah berkata Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang lahir anaknya maka adzankan ia pada telinga kanan anak itu dan iqamat ia di telinga kiri anak itu dan anak itu tidak dimudharatkan oleh jin”. (HR. Ibn Syuni)[10]

Tauhid merupakan prinsip utama dalam seluruh dimensi kehidupan manusia baik dalam aspek hubungan vertikal antara manusia dengan tuhan maupun aspek hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya dan diantara manusia dengan alam sekitarnya. Tauhid yang seperti inilah yang dapat menyusun pergaulan manusia secara harmonis sesamanya dalam rangka menyelamatkan manusia dan perikemanusiaan dalam rangka pencapaian kehidupan yang sejahtera dan bahagia dunia dan akhirat termasuk di dalamnya pergaulan dalam proses pendidikan.[11]

Kurikulum inti selanjutnya adalah perintah “membaca” ayat-ayat Allah yang meliputi tiga macam ayat yaitu :

1.       Ayat Allah yang berdasarkan wahyu,

2.       Ayat Allah yang ada pada diri manusia,

3.       Ayat Allah yang terdapat di alam semesta di luar diri manusia.[12]

Ketiga macam ayat Allah tersebut jiwanya adalah “Tauhid”. Di sinilah letaknya kurikulum pendidikan Islam, sebab menurut Islam, semua pengetahuan datang dari Tuhan, tetapi penyampaiannya ada yang langsung dari Tuhan dan ada yang melalui pemikiran manusia dan pengalaman indera yang berbeda satu sama lain.[13]

Kurikulum pendidikan Islam yang berjiwa Tauhid sebagaimana dijelaskan di atas, disebutkan dalam Q.S Al Hijr : 16[14], 19-28, 75, 77, dan 98. 

Allah SWT menyebutkan bahwa Dialah yang memiliki segala sesuatu, dan bahwa segala sesuatu mudah bagi-Nya serta tiada harganya bagi­Nya. Di sisi-Nya Dia memiliki perbendaharaan segala sesuatu yang terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya.

Dan  Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu. (Al-Hijr: 21)

Yakni menurut apa yang dikehendaki dan yang disukai-Nya, dan karena adanya hikmah yang sangat besar serta rahmat bagi hamba-hamba-Nya dalam hal tersebut, bukanlah sebagai suatu keharusan; bahkan Dia menetapkan atas diri-Nya kasih sayang (rahmat).

Yazid ibnu Abu Ziyad telah meriwayatkan dari Abu Juhaifah, dari Abdullah, bahwa tiada suatu daerah pun yang diberi hujan selama setahun penuh, tetapi Allah membagi-bagikannya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Maka Dia memberikan hujan secara terbagi-bagi, terkadang di sana dan terkadang di sini. Kemudian Abdullah ibnu Mas'ud membacakan firman-Nya: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanah (perbendaharaannya. (Al-Hijr: 21), hingga akhir ayat.

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.[15]

C.       Tafsir Dan Hadis Tentang Materi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr

Materi pendidikan ialah semua bahan pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik dalam suatu sistem institusional pendidikan.[16]

Dalam pendidikan Islam, materi pelajaran adalah sumber normative Islam, yaitu Al-Qur’an dan al-Sunnah. Secara filosofis, rumusan materi pendidikan Islam adalah seperangkat bahan yang dijadikan sajian dalam upaya mengembangkan kepribadian yang selaras dengan Al-Qur’an, yaitu manusia yang bertakwa,[17] dimana rumusan materi pelajaran tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yaitu agar tercapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian peserta didik secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indra.[18] Karena itu, materi pendidikan Islam hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif serta mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.

Dalam hal ini, beberapa cendekiawan Muslim memberikan pernyataan mengenai materi pendidikan Islam yang harus diberikan kepada peserta didik. Di antaranya adalah Ibnu Khaldun yang menyatakan bahwa materi pendidikan Islam pada masa kanak-kanak adalah mengajarkan al-Qur’an, sebab meresapkan al-Qur’an di dalam hati akan memperkuat iman. Oleh karena itu, al-Qur’an menjadi dasar pengajaran yang patut didahulukan sebelum mengembangkan kemampuan-kemampuan lain.[19]

Sejalan dengan hal tersebut, al-Ghazali mengemukakan  bahwa sebaiknya peserta didik diajarkan al-Qur’an, sejarah kehidupan orang-orang besar, hukum-hukum agama, dan sajak-sajak.[20] Dengan tetap selalu berlandaskan pada al-Qur’an dan al-Sunnah. Materi pendidikan hendaknya dirancang sedemikian rupa dan tentunya materi tersebut hendaknya mengacu kepada tercapainya kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.[21]

Selanjutnya, materi pendidikan Islam di lingkungan keluarga dapat disesuaikan dengan landasan dasar, fungsi, dan tujuan yang termaktub dalam ilmu pendidikan teoritis. Dalam hal ini penulis akan membahas materi pendidikan yang disampaikan oleh Luqman al-Hakim terhadap anaknya, yaitu:

1.       Tauhid

Materi yang berkenaan dengan tauhid ini bisa dilihat dalam nasehat Luqman al-Hakim dalam QS. Luqman/ 31:13.

Terjemahnya:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.[22]

Penulis berpandangan bahwa ayat ini memiliki kandungan makna  bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan jika di dalam hati masih terdapat suatu keikhlasan yang  tidak tulus dalam menyembah Allah, maka perbuatan tersebut termasuk perbuatan syirik.

2.       Akhlak

Materi kedua yang terkandung di dalam kisah Luqman al-Hakim adalah materi akhlak. Materi yang dimaksudkan di sini adalah segala nilai yang terkandung di dalam kisah tersebut yang berhubungan erat dengan akhlak yang mencakup ajaran akhlak yang diberikan Tuhan, juga akhlak yang disampaikan Luqman al-Hakim. Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia.[23]

Dari kisah Luqman al-Hakim, terdapat beberapa bentuk akhlak yang dijadikan kerangka dasar pembentukan sikap, baik secara lahir maupun batin. Bentuk akhlak atau sasaran akhlak itu adalah akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak terhadap lingkungan.[24]

3.        Ibadah

Materi ibadah ini dapat dilihat dari nasehar Luqman sebagaimana tercantum dalam QS. Luqman/ 31:17.

Terjemahnya:

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).[25]

Pengertian etimologis ibadah adalah pengabdian. Sedangkan terminologis ibadah yaitu pengabdian yang dimaksud oleh agama Islam yaitu berserah diri kepada kehendak Allah dan ketentuan Allah SWT untuk memperoleh ridha-Nya (mardhatillah).[26]

4.         Mu’amalah

Pendidikan Mu’amalah yang diajarkan Luqman al-Hakim kepada anaknya paling tidak memiliki esensi tujuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Tujuan pendidikan mu’amalah itu adalah membentuk kehidupan yang baik, membina kepribadian, dan mengetahui hak dan kewajiban bermasyarakat.

Dalam ranah pendidikan formal di Indonesia, terdapat sistem pendidikan yang dikotomis sehingga materi pelajaran berbeda bobotnya antara satuan pendidikan Islam dan satuan pendidikan umum. Materi pendidikan agama Islam pada sekolah umum telah diatur dalam Silabus PAI, melalui defenisi pendidikan agama Islam yang diberikan Puskur Balitbang Depdiknas RI, yaitu rumpun mata pelajaran yang mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta berakhlak mulia/ budi pekerti luhur dan menghormati penganut agama lain. Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam, terdiri atas aspek: al-Qur’an, keimanan/ aqidah, akhlak mulia, fiqhi ibadah/ muamalah, dan tarikh Islam. Namun demikian, materi-materi keislaman yang disajikan di sekolah umum masih bersifat teoretis-normatif, dan kurang pada aspek penghayatan dan implementasi. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi yang akan disajikan dan terbatasnya waktu yang tersedia.[27]

Jadi Materi pendidikan sangat menentukan dalam proses pendidikan, sebab melalui materi inilah, segala aspek kependidikan ditanamkan kepada peserta didik. Materi juga memiliki hubungan yang integral dengan unsur lainnya, apalagi jika dikaitkan dengan tujuan pendidikan. Artinya tujuan tidak mungkin tercapai kecuali materi yang akan dikembangkan terseleksi  secara  baik dan tepat.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa di lingkungan keluarga merupakan kegiatan pendidikan pertama dan utama. Dimana materi pendidikan yang diterapkan berorientasi pada pendidikan spiritual dan akhlakul karimah.

Kemudian di lingkungan pendidikan formal adalah pengembangan kognitif, psikomotorik, dan sosial-intrapersonal. Sedangkan di lingkungan pendidikan masyarakat adalah pengembangan dalam bentuk implementatif dari berbagai aspek. Selain itu, dapat pula dipahami bahwa jelas materi pendidikan Islam mempunyai peran penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Apalagi dengan tujuan pendidikan Islam yang begitu kompleks, peserta didik  tidak hanya memiliki kemampuan secara afektif, kognitif maupun psikomotorik,  tetapi dalam dirinya harus tertanam sikap dan pribadi yang berakhlakul karimah.[28]

Beberapa alasan perlunya pilihan materi pendidikan yang didasarkan pada luasnya ilmu pengetahuan, sehingga tanpa adanya pilihan materi, bisa mengaburkan dalam pelaksanaan pendidikan, karena dapat terjadi apa yang dipelajari di sekolah beraneka ragam coraknya, sehingga apa yang ditetapkan dalam tujuan pendidikan tidak tercapai sebagaimana mestinya.[29]

Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a.           Materi pendidikan berupa bahan pelajaran yang terdiri atas bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran.

b.           Materi pendidikan mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan . perbedaan ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.

c.           Materi pendidikan diarahkan mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, tujuan pendidikan Nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai melalui penyampaian materi pendidikan.[30]

Materi pendidikan salah satu diantaranya yaitu tauhid, telah disebutkan dalam Q.S al Hijr : 86 “Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”.

Penegasan tentang adanya hari kembali (kiamat), dan bahwa Allah SWT mampu menjadikan hari kiamat, karena sesungguhnya Dialah Yang Maha Pencipta, tiada sesuatu pun yang tidak dapat diciptakan-Nya. Dia Maha Mengetahui semua tubuh yang telah berserakan dan telah berpisah-pisah di tempat yang berbeda-beda di bumi.[31] Ayat ini semakna dengan firman-Nya:

Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu ber­kuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia. Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kalian dikembalikan. (Yasin: 81-83)[32]

Hadis Nabi :

Dari Mu’adz radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Aku pernah dibonceng Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di atas sebuah keledai yang bernama ‘Ufair, lalu Beliau bersabda, “Wahai Mu’adz, tahukah kamu hak Allah yang wajib dipenuhi hamba-hamba-Nya? Dan apa hak hamba yang pasti dipenuhi Allah?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya hak Allah yang wajib dipenuhi hamba adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan hak hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah Dia tidak akan mengazab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.” Aku berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku beritahukan kabar gembira ini kepada manusia?” Beliau menjawab, “Tidak perlu kamu sampaikan, nanti mereka akan bersandar." (HR. Bukhari dan Muslim)[33]

D.       Tafsir Dan Hadis Tentang Metode Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr

Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh anak didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.[34]

Metode dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah “thariqah” yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.[35]

Metode juga dapat diartikan sebagai cara mengajar untuk mencapai tujuan. Metode pendidikan yang hanya menitiberatkan pada kemampuan verbalistik harus diubah menjadi kemampuan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama yang merentang antara yang paling wajib sampai yang paling haram.[36]

Menurut al-Nahlawi, dalam Al Qur an dan Hadits dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan membangkitkan semangat. Metode-metode itu mampu menggugah puluhan ribu muslimin untuk membuka hati umat manusia menerima tuntunan Tuhan.[37]

Adapun macam-macam metode untuk menanamkan rasa iman menurut Al-Nahlawi adalah sebagai berikut :

1.       Metode Hiwar (percakapan/ dialog) Qur ani dan Nabawi

2.       Metode Kisah Qur ani dan Nabawi

3.       Metode Amtsal (perumpamaan) Qur ani dan Nabawi

4.       Metode Keteladanan

5.       Metode Pembiasaan

6.       Metode ’Ibrah (pelajaran) dan Mau’izah (nasihat)

7.       Metode Targhib (janji) dan Tarhib (ancaman).[38]

Metode pendidikan diantaranya Targhib (janji) dan Tarhib (ancaman) disebutkan dalam Q. S al Hijr :  45-49 (Targhib), 43-44, 50 (Tarhib). Setelah Allah menyebutkan keadaan ahli neraka, maka hal itu diiringi­Nya dengan sebutan tentang ahli surga, bahwa mereka berada di dalam taman-taman yang bermata air banyak.[39]

Firman Allah Swt.:

Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera. (Al-Hijr: 46)

Yakni dalam keadaan terbebas dari semua penyakit dan kalian selalu dalam keadaan sejahtera.[40]

lagi aman. (Al-Hijr: 46)

Maksudnya, aman dari semua ketakutan dan keterkejutan; dan janganlah kalian takut akan dikeluarkan, jangan pula takut akan terputus serta fana (mati).[41]

Firman Allah Swt.:

Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedangkan mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (Al-Hijr: 47)[42]

Hadits Nabi :

Al-Qasim telah meriwayatkan dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa ahli surga masuk ke dalam surga berikut dengan apa yang terpendam di dalam hati mereka ketika di dunia, yaitu rasa benci dan dendam. Tetapi setelah mereka saling berhadapan dan bersua satu sama lainnya, maka Allah melenyapkan rasa dendam yang ada dalam hati mereka ketika di dunia. Kemudian Abu Umamah membacakan firman-Nya: Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka. (Al-Hijr: 47)

Demikianlah menurut riwayat ini, tetapi Al-Qasim ibnu Abdur Rahman dalam riwayatnya yang dari Abu Umamah berpredikat daif.

Sunaid di dalam kitab tafsirnya telah meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudalah, dari Luqman, dari Abu Umamah yang mengatakan, "Tidaklah masuk surga seorang mukmin sebelum Allah melenyapkan rasa dendam yang ada dalam hatinya. Allah mencabut rasa dendam darinya sebagaimana hewan pemangsa mencabut mangsanya."[43]

Pendapat inilah yang sesuai dengan apa yang terdapat di dalam hadis sahih melalui riwayat Qatadah, telah menceritakan kepada kami Abul Mutawakkil An-Naji; Abu Sa'id Al-Khudri pernah menceritakan hadis kepada mereka, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Orang-orang mukmin diselamatkan dari neraka, lalu mereka ditahan di atas sebuah jembatan yang terletak di antara surga dan neraka. Maka sebagian dari mereka meng-qisas sebagian yang lainnya menyangkut perkara penganiayaan yang pernah terjadi di antara mereka ketika di dunia. Setelah mereka dibersihkan dan disucikan (dari semua kesalahan), barulah mereka diizinkan untuk masuk surga.[44]

E.        Tafsir Dan Hadis Tentang Evaluasi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr

Evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti “menilai”. Istilah nilai (value/ al-qimat) pada mulanya dipopulerkan oleh filosof dan Plato lah yang mula-mula mengemukakannya.[45]

Disamping evaluasi terdapat pula istilah pengukuran. Pengukuran dalam pendidikan adalah usaha untuk memahami kondisi-kondisi objektif tentang sesuatu yang akan dinilai. Penilaian dan pengukuran dalam Islam akan objektif apabila didasarkan dengan tolak ukur Al Quran atau Al Hadits sebagai pembandingnya.[46]

Evaluasi merupakan suatu cara memberikan penilaian terhadap hasil belajar murid. Pemberian evaluasi dalam menentukan pencapaian keberhasilan dapat melalui bentuk tes maupun non tes. Sistem evaluasi hasil pelaksanaan pendidikan agama di sekolah masih perlu dirumuskan kembali sehingga sasaran evaluasi benar-benar tepat mengenai sasaran sesuai tujuan pokok pendidikan agama di sekolah yang lebih menitik beratkan pada faktor internalisasi nilai-nilai yang terindikasi pada perilaku akhlakiah sebagai manifestasi dari corak kepribadian manusia beriman dan bertaqwa.[47]

Evaluasi ini disebutkan dalam Q.S Al Hijr : 2-3. Ayat ini menceritakan tentang orang-orang kafir, bahwa di akhirat kelak mereka akan menyesali kekafiran mereka selama di dunia, dan mereka hanya bisa berharap seandainya saja mereka menjadi orang-orang muslim ketika di dunia.[48]

As-Saddi di dalam kitab tafsirnya telah menukil sebuah asar berikut sanadnya yang berpredikat masyhur dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud serta sahabat-sahabat lainnya, bahwa orang-orang kafir Quraisy___saat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka___berharap seandainya saja mereka dahulu menjadi orang-orang muslim.[49]

Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah setiap orang kafir di saat menghadapi kematiannya menginginkan seandainya saja dia menjadi orang mukmin sebelumnya.[50]

Menurut pendapat yang lainnya, ayat ini menceritakan perihal hari kiamat, sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-­Nya:

Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadap­kan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembali­kan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, " (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). (Al-An'am: 27)[51]

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Abuz Zahiriyah, dari Abdullah (Ibnu Mas'ud) sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) meng­inginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2) Bahwa ayat ini menceritakan perihal orang-orang yang menghuni neraka Jahanam ketika melihat teman-teman mereka dikeluarkan dari neraka.[52]

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Farwah Al-Abdi, bahwa Ibnu Abbas dan Anas ibnu Malik menakwilkan ayat ini, yaitu firman-Nya: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) meng­inginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2) dengan pengertian berikut: Ayat ini menceritakan hari (ketika itu) Allah memasukkan orang-orang yang berdosa dari kalangan kaum muslim ke dalam neraka bersama orang-orang musyrik. Kemudian orang-orang musyrik berkata kepada mereka, "Tiada manfaatnya bagi kalian penyembahan kalian (kepada Allah) ketika di dunia." Maka Allah murka kepada orang-orang musyrik, lalu berkat kemurahan dari-Nya, Dia mengeluarkan orang-orang muslim dari neraka. Yang demikian itu disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2)[53]

Dan  juga  evaluasi ini disebutkan dalam ayat 21. yaitu At-Taqdir, ketentuan, jumlah, ukuran, seperti firman Allah QS. Al-Hijr 15:21 Artinya : Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kamilah Khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.

At-Taqdir dapat juga disamakan dengan pengujian validitas hasil belajar yakni penganalisaan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas yang dapat dilakukan dengan dua cara, Pertama : penganalisaan dengan cara berfikir secara rasional atau penganalisaan yang menggunakan logika (logical analysis). Kedua : penganalisaan yang dilakukan berdasarkan kenyataan empiris (empirical analysis).[54]

Jika dilihat dari teori taksonomi Benjamin S. Bloom, maka jelaslah bahwa yang dijadikan sasaran evaluasi Tuhan dan Nabi adalah sebagai berikut : 1). Evaluasi Tuhan lebih menitik beratkan pada sikap, perasaan dan pengetahuan manusia seperti iman dan kekafiran, ketaqwaan dan kefajiran (kognitif-afektif). 2). Evaluasi Nabi sebagai pelaksana perintah Tuhan sesuai wahyu yang diturunkan kepada beliau lebih menitik beratkan pada kemampuan dan kesediaan manusia mengamalkan ajaran-Nya, di mana faktor psikomotorik menjadi penggeraknya. Di samping itu faktor konatif (kemauan) juga dijadikan sasarannya(Konatif-psikomotorik).[55]

Ketentuan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Allah terhadap makhluknya, tidak akan menyalahi aturan yang telah ditetapkan sehingga tidak ada orang yang teraniaya atau dirugikan.[56]

F.        Tafsir Dan Hadis Tentang Pendidik Dalam Q.S Al Hijr

Dari segi bahasa, pendidik adalah orang yang mendidik.[57] Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam mendidik.[58]

            Kata yang berdekatan dengan artinya pendidik diantaranya yaitu teacher, guru (pengajar), tutor,  ustadz, mudarris, mu’allim, muaddib, lecturer (dosen), trainer(pemandu), educator dan lain-lain.[59]

            Dengan demikian kata “pendidik” secara fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Orang yang melakukan ini bisa siapa saja dan di mana saja. Di rumah, orang yang melakukan tugas tersebut adalah kedua orang tua, karena secara moral dan teologis merekalah yang diserahi tanggungjawab pendidikan anaknya. Selanjutnya di sekolah, tugas tersebut dilakukan oleh guru. Dan  di masyarakat dilakukan oleh organisasi-organisasi kependidikan dan sebagainya. Atas dasar itu maka yang termasuk ke dalam pendidik itu bisa kedua orang tua, guru, tokoh masyarakat dan sebagainya.[60]

Adapun pengertian pendidik menurut para pakar diantaranya:

1.       Ahmad tafsir : pendidik dalam Islam sama dengan teori di Barat yaitu siapa saja yaitu orang tua, ayah/ ibu yang karena kodrat yaitu ditakdirkan bertanggung jawab mendidik anaknya dan kedua orang tua tersebut berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.[61] Selanjutnya dalam beberapa literatur kependidikan pada umumnya, istilah pendidik sering diwakili oleh istilah guru yaitu orang yang kerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah/ kelas.[62]

2.       Hadari Nawawi : guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah/ kelas. Atau orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.[63]

Selanjutnya jika kita mencoba mengikuti petunjuk Al Qur an, akan dijumpai informasi, bahwa yang menjadi pendidik itu, secara garis besar ada empat yaitu: Allah sebagai pendidik pertama[64], nabi Muhammad SAW sebagai pendidik kedua, orang tua sebagai pendidik ketiga, dan orang lain sebagai pendidik keempat.[65]

Pendidik__apabila yang dimaksud Allah sebagai pendidik pertama__juga disebutkan dalam Q.S Al Hijr : 9-10, 85, 87, 89, 94. Allah SWT berfirman kepada Nabi-Nya, bahwa sebagaimana Kami berikan kepadamu Al-Qur'an yang agung, maka jangan sekali-kali kamu memandang kepada dunia dan perhiasannya serta kesenangan duniawi yang telah Kami berikan kepada mereka yang ahlinya, yaitu kesenangan yang fana; hal itu sebagai ujian buat mereka. Maka janganlah kamu menginginkan apa yang ada pada mereka, janganlah pula kamu bersedih hati karena mereka bersikap mendustakan dan menentang agamamu.[66]

Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang meng­ikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syu'ara: 215)

Artinya, bersikap rendah dirilah kamu kepada mereka, sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:

Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At-Taubah: 128)

Hadis Nabi,

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diceritakan dari Waki' ibnul Jarrah, bahwa telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abu Rafi'___sahabat Nabi SAW___yang mengatakan bahwa Nabi Saw. menjamu sejumlah tamu, padahal Nabi SAW tidak mempunyai sesuatu yang akan disuguhkan kepada tamu-tamunya itu. Maka beliau SAW mengirimkan seseorang kepada seorang Yahudi untuk menyampaikan, "Muhammad, utusan Allah, berpesan kepadamu: Berilah ia utang tepung gandum yang akan dibayar pada permulaan bulan Rajab." Tetapi lelaki Yahudi itu menolaknya kecuali dengan jaminan. Maka si utusan (perawi sendiri) kembali kepada Nabi SAW dan menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh si Yahudi itu. Maka Nabi Saw. bersabda, "Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar kepercayaan semua orang yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dan jikalau dia memberiku utang atau menjualnya kepadaku, pasti aku akan membayarnya." Setelah aku keluar dari sisi Nabi SAW, turunlah firman Allah SWT: Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia. (Thaha: 131) Seakan-akan Allah Swt. menghiburnya dari perkara duniawi.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu.(Al-Hijr. 88) Bahwa Allah SWT melarang seseorang mengharapkan apa yang menjadi milik temannya.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka. (Al-Hijr: 88) Menurutnya, yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang kaya.[67]

G.      Tafsir Dan Hadis Tentang Peserta Didik Dalam Q.S Al Hijr

Dalam term Islam, seorang peserta didik dikenal dengan istilah T{a<lib. Kata t{a<lib berasal dari akar kata t{a<laba-yat{lubu yang berarti mencari dan menuntut. Sehingga seorang anak peserta didik adalah seorang t{a<lib yang selalu merasa gelisah untuk mencari dan menemukan ilmu di manapun dan kapanpun. Kegelisahan tersebut tidak selesai atau terobati meskipun ilmu itu sudah ditemukan, akan tetapi kegelisahan berubah menjadi ketidak puasan dengan apa yang sudah didapat sehingga secara terus menerus ada upaya untuk mencari dan mendapatkan yang lebih dari apa yang sudah diterima (never ending process).[68]

Sehingga tidak ada kamus menunggu untuk diberi akan tetapi menjemput untuk meraih dan mendapatkan. Pemahaman ini sangatlah penting sehingga ada upaya yang berjalan secara terus menerus dan tidak henti-hentinya pada diri anak untuk selalu berubah, berevolusi dan berinovasi. Perubahan yang dimaksud tentunya untuk berubah dalam pengertian positif.[69]

Peserta Didik disebutkan dalam Q. S Al Hijr : 59. Allah SWT berfirman menceritakan perihal Ibrahim a.s. setelah rasa takutnya lenyap dan mendapat berita gembira bahwa sesungguhnya dia balik bertanya kepada para utusan itu tentang latar belakang dan tujuan kedatangan mereka kepadanya. Maka mereka menjawab:

Kami sesungguhnya diutus kepada kaum yang berdosa. (Al-Hijr: 58)

Yang mereka maksud adalah kaum Nabi Lut. Lalu mereka memberitakan kepada Ibrahim a.s. bahwa mereka akan menyelamatkan keluarga Lut dari kalangan kaumnya, kecuali istrinya; karena sesungguhnya istrinya termasuk orang-orang yang binasa bersama-sama kaumnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

kecuali istrinya. Kami telah menentukan bahwa sesungguhnya ia itu termasuk orang-orang yang tertinggal (bersama-sama dengan orang kafir lainnya). (Al-Hijr: 60) Yakni termasuk orang yang tertinggal dan dibinasakan.[70]

Hadis Nabi,

Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Abdulla>h ibn Mas’ud:

 “Menceritakan kepada kami H{umaid, ia berkata, menceritakan kepada kami Sufya>n, ia berkata, menceritakan kepadaku Isma>’il ibn Abu Kha>lid atas selain yang kami ceritakan olehnya al-Zuhriy, ia berkata, “aku mendengar Ibn Qais ibn Abu H{a>zim, ia berkata, aku mendengar ‘Abdulla>h ibn Mas’u>d berkata, Nabi saw., bersabda, ”tidak boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu di kuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki di beri hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya” (H.R. Bukha>ri>).[71]

H.       Isu-Isu Kontemporer Terkait Pendidikan

Masalah di Bidang Pendidikan

Problematika yang dihadapi bangsa Indonesia mencakup beberapa hal sebagai berikut:

Sistem Pendidikan yang dianut di Indonesia

Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional yang masih belum bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada beberapa sistem di Indonesia yang telah dilaksanakan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a.            Sistem pendidikan yang berorietasi pada nilai

Sistem pendidikan ini diterapkan sejak SD. Di sini peserta didik diberikan pengajaran pengenai kejujuran, tenggang rasa, dan kedisiplinan. Nilai ini disampaikan melalui pelajaran Pkn, bahkan nilai ini juga disampaikan pada tingkat pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

b.            Sistem pendidikan terbuka

Menurut sistem pendidikan ini, peserta didik dituntut untuk dapat bersaing dengan teman, berfikir kreatif dan inovatif.

c.                Sistem pendidikan beragam

Di Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa, daerah, dan budaya yang terdiri dari pendidikan formal, non formal, dan informal.

d.                Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu

Di dalam kegiatan belajar mengajar, waktu di atur sedemikian rupa agar peserta didik tidak merasa terbebani dengan mata pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu singkat atau sebaliknya.

e.                Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman

Dalam sistem pendidikan ini, pemerintah harus menyesuaikan kurikulum dengan keadaan saat ini. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia sering mengalami perubahan atau pergantian dari waktu ke waktu sehingga sekarang Indonesia menggunakan kurikulum 2013.

f.                 Pemerataan Pendidikan

Indonesia saat ini masih mengalami masalah di bidang pemerataan pendidikan. Hal ini disebabkan karena pendidikan yang masih didominasi oleh kaum menengah ke atas sehingga ada beberapa kaum menengah ke bawah yang tidak bisa merasakan pendidikan. Karena hal inilah muncul kesenjangan antara pendidikan di Kota dan di desa terutama di daerah perbatasan dan di luar pulau Jawa. Dengan demikian, untuk mewujudkan hal tersebut maka pemerintah harus membuat atau mengambil kebijakan yang tepat, seperti adanya kebijakan wajib belajar 9 tahun. Kebijakan ini dilaksanakan mulai dari SD hingga SMP dengan pemerataan tenaga pendidik di setiap daerah

g.                     Kualitas atau Mutu Pendidikan

Permasalahan yang paling mendasar dalam pendidikan adalah masalah mutu pendidikan. Karena pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tenaga pendidikan yang mengajar namun tidak sesuai dengan bidangnya. Selain itu, tingkat kejujuran dan kedisiplinan peserta didik juga masih rendah. Contohnya, ketika sedang mengikuti ujian Nasional peserta didik melakukan kecurangan dengan memilih jawaban secara instan. Misalnya, dengan membeli kunci jawaban UN. Oleh karena itu, mutu pendidikan harus diperbaiki dengan membuat kebijakan yang berupa peningkatan mutu pendidik. Semua itu dilakukan dengan cara mengevaluasi ulang tenaga pendidik agar sesuai dengan syarat untuk menjadi pendidik. Selain itu, pemerintah harus meningkatkan sarana dan prasarana di sekolah, seperti memperbaiki fasilitas gedung dan memperbanyak buku.

Pendidikan sangat penting bagi suatu bangsa. Tanpa adanya pendidikan, maka bangsa tersebut akan tertinggal dengan bangsa lain. Seperti halnya Indonesia, pendidikan merupakan salah satu upaya yang dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain khususnya bangsa-bangsa ASEAN. Maka dari itu, pendidikan Indonesia harus diperbaiki, baik dari segi sistem pendidikan maupun sarana prasarana.

h.                          Biaya Pendidikan

Keadaan ekonomi di Indonesia yang semakin terpuruk berdampak pula pada pendidikan di Indonesia. Banyak sekali anak yang tidak bisa merasakan pendidikan karena biayanya yang mahal. Maka dari itu, agar bangsa Indonesia tidak semakin terbelakang, pemerintah mengeluarkan dana BOS, yang diberikan pada peserta didik di SD dan SMP. Hal ini dilakukan dengan membebaskan biaya SPP atau membuat kebijakan free-school bagi pendidikan dasar. Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut, diharapkan semua pendidikan dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat yang ada di Indonesia.

i.                           Keadaan Lingkungan Belajar

Keadaan lingkungan belajar di Indonesia juga menjadi masalah dalam pendidikan di Indonesia. Dengan fasilitas yang minim untuk sekolah tertentu memicu terciptanya suasana belajar yang tidak efektif dan efisien. Namun sebaliknya, fasilitas yang terlalu berlebihan juga akan mempengaruhi suasana belajar sehinggu muncul penyimpangan. Misalnya, terjadinya kekerasan dan kejahatan seksual di lingkungan sekolah seperti Pemukulan guru oleh orang tua siswa di Makasar dan Kejahatan seksual yang terjadi di JIS.

j.                           Kebijakan Pemerintah

Kebijakan yang diambil pemerintah terutama menteri Pendidikan dan Kebudayaan beberapa tahun terakhir yang mengalami resafle jabatan mengakibatkan perubahan beberapa kebijakan sehingga mengganggu sistem pendidikan dan kurang efisien dalam melaksanakan beberapa program baru. Kurangnya sosialisasi terhadap program baru juga menjadi permasalahan dalam menyampaikan materi. Seperti halnya :

Perubahan KTSP menjadi K-13

Penghapusan Ujian Nasional

Diberlakukannya full day school yang masih menjadi pro kontra dari beberapa pihak.

k.                          Pihak yang Terkait

Pihak yang terkait dalam problematika pendidikan di Indonesia yaitu,

1).          Kesejahteraan guru yang relatif rendah terutama guru honorer,

2).          Rendahnya perhatian orang tua terhadap pentingnya pendidikan untuk anak,

3).          Kemauan anak terhadap pendidikan yang rendah,

4).          Keadaan lingkungan sekolah yang tidak mendukung.

Dari sisi lain, penulis___mempunyai anggapapan__bahwa sebuah lembaga pendidikan Islam termasuk salah satunya di dalamnya Madrasah akan selalu diminati dan dicari oleh masyarakat apabila dari madrasah itu sendiri melakukan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik dan berkualitas. Untuk merubah ke arah yang berkualitas dan lebih baik bagi madrasah seharusnya memperhatikan dua faktor penting.

Pertama, ada upaya meningkatkan tenaga pendidiknya dengan memberikan fasilitas untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi seperti yang belum lulus S-1 harus sekolah lagi agar lulus S-1 atau S-2 minimal untuk tingkat madrasah. Kedua, Memperbaiki melengkapi dan menambah sarana dan prasarana madrasah yang diperlukan, termasuk melengkapi sarana laboratorium yang memadai dan tenaga yang profesional.

Disamping itu semua untuk menunjang dan meningkatkan kesejahteraan para guru dan pendidik, maka anggaran pendidikan di madrasah perlu ditingkatkan dan bahkan ditambah dari pemerintah. Karena guru yang profesional dan berkualitas dibutuhkan anggaran biaya yang tidak sedikit. Jangan asal-asalan guru atau pendidik hanya memperoleh gaji yang pas-pasan, seperti pepatah kuno "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa'' itu adalah meremehkan martabat guru secara finansial. Tapi pepatah itu sekarang harus diubah yaitu "Guru adalah pahlawan yang harus di hormati dan dihargai". Seberapa harganya yang harus diberikan oleh seorang guru atau pendidik tergantung persediaan anggaran dari pemerintah dan tingkat kualitas mereka masing-masing dalam mengabdikan ilmunya kepada anak didiknya.

Di sini penulis juga optimis terhadap program sertifikasi pendidik dari pemerintah yang baru bergulir sekarang ini. Karena dengan sertifikasi pendidik tersebut diharapkan ada peningkatan-peningkatan dari berbagai faktor. Baik kualitas mutu pendidikan terhadap anak didik meningkat menjadi baik, disiplin mengajar, dan perhatian penuh kepada anak didiknya.

Disamping itu, dari kebutuhan ekonomi akan tercukupi dan kebutuhan rumah tangga dapat menjadi lebih baik lagi.

Pendidikan merupakan aset bangsa. Anak juga merupakan aset bangsa namun dalam pengertian yang lain. Pendidikan yang berkualitas akan membawa sebuah bangsa semakin maju. Sama halnya dengan anak, semakin baik kualitas anak, akan membawa sebuah bangsa semakin maju. Hal inilah yang menjadikan pendidikan dan anak merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Anak merupakan generasi penerus masa depan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan anak merupakan hal penting yang tidak bisa diabaikan karena di dalamnya terdapat nasib masa depan bangsa dan negara.

Namun, pada realitasnya, pendidikan anak sampai saat ini, di negara Indonesia ini, belum merupakan sebuah prioritas bersama antara pemerintah, orang tua maupun si anak itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah biaya pendidikan yang semakin tinggi. Sekarang ini, pendidikan yang berkualitas sangat erat dengan biaya yang tinggi, tidak ada yang salah dengan pernyataan tersebut karena memang seperti itu keterkaitan antara kualitas dengan biaya. Namun, akan menjadi salah jika pendidikan yang berkualitas hanya dapat dinikmati oleh masyarakat kelas atas saja yang mampu membayarnya. Jika seperti ini terus, di masa depan, jurang pemisah antara miskin dan kaya akan semakin jauh, karena masyarakat miskin tidak memiliki akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Ingat bahwa pendidikan merupakan salah satu solusi untuk menaikkan kelas sosial.

Bukti lain bahwa pendidikan belum menjadi prioritas bersama adalah pada setiap bergantinya rezim pemerintahan, utamanya dengan bergantinya menteri pendidikan, selalui diikuti dengan bergantinya kurikulum pendidikan. Dari sini tampak bahwa pemerintah masih belum menemukan bentuk pengelolaan pendidikan yang tepat bagi anak-anak kategori usia pendidikan dasar dan masih mencari-cari bentuk yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan seni.

Oleh karena itu, negara (pemerintah) memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah kondisi di atas, untuk menjadikan pendidikan berkualitas milik siapa saja, bukan hanya si kaya. Di berbagai negara, tidak hanya di Indonesia, penyelenggaraan pendidikan merupakan beban tanggung jawab negara. Negara merupakan penyelenggara pendidikan yang resmi. Negara kemudian menyerahkan beban tanggung jawab tersebut kepada pemerintah sesuai dengan konstitusi. Namun, hal ini bukan berarti beban tanggung jawab pendidikan semata-mata hanya ada di tangan negara. Walaupun pendidikan merupakan tanggung jawab negara, namun tidak tertutup kemungkinan adanya sektor privat yang turut serta melakukan penyelenggaraan pendidikan. Walla<hu A’lam

 

BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan   

Dari pembahasan makalah Kajian Tafsir Dan Hadis (Qs. Al Hijr : Surat Ke 15) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.         Tafsir Dan Hadis Tentang Tujuan pendidikan/ filosofi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr adalah insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan tujuan  akhir dari pendidikan Islam.

2.         Tafsir Dan Hadis Tentang Kurikulum Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr adalah konsep Tauhid dan Perintah membaca.

3.         Tafsir Dan Hadis Tentang Materi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr adalah materi tauhid, akhlak, ibadah dan muamalah.

4.         Tafsir Dan Hadis Tentang Metode Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr adalah diantaranya metode Targhib (janji) dan metode Tarhib (ancaman).

5.         Tafsir Dan Hadis Tentang Evaluasi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr adalah yaitu At-Taqdir, ketentuan, jumlah, ukuran. Ketentuan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Allah terhadap makhluknya, tidak akan menyalahi aturan yang telah ditetapkan sehingga tidak ada orang yang teraniaya atau dirugikan.

6.         Tafsir Dan Hadis Tentang Pendidik Dalam Q.S Al Hijr adalah Allah sebagai pendidik pertama

7.         Tafsir Dan Hadis Tentang Peserta Didik Dalam Q.S Al Hijr adalah keluarga nabi Luth dari kalangan kaumnya,

8.         Isu-Isu Kontemporer Terkait Pendidikan adalah Sistem pendidikan yang berorietasi pada nilai, Sistem pendidikan terbuka, Sistem pendidikan beragam, Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu, Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, Pemerataan Pendidikan, Kualitas atau Mutu Pendidikan, Biaya Pendidikan, Keadaan Lingkungan Belajar, Kebijakan Pemerintah, Pihak yang Terkait, upaya peningkatan tenaga pendidik dengan memberikan fasilitas untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, Memperbaiki melengkapi dan menambah sarana dan prasarana, Peningkatan anggaran dari pemerintah, peningkatan program sertifikasi pendidik dari pemerintah. Pendidikan yang berkualitas, biaya pendidikan yang semakin tinggi, sering bergantinya kurikulum pendidikan. Wallahu A’lam

B.       Saran                             

Hendaknya kita sering mempelajari, mengkaji ayat-ayat al Qur an dan tafsirnya, juga hadis-hadis Nabi karena di dalamnya tersimpan khazanah keilmuan yang tiada tara yang dapat digali sebanyak yang kita inginkan. Yang kelak berguna bagi kehidupan kita dan anak cucu kita mendatang, sebagai pedoman hidup dan bekal untuk menjadi insan ka<mil yang senantiasa mendapatkan ridha-Nya. Aamiin

 

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Al-Syaibany, Umar Muhammad al-Toumy. 1979. Falsafatut Tarbiyyah  Al-Islamiyah, diterjemahkan oleh Hasan Langgulung dengan judul  Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Cet. 1. Jakarta: Ciputat Pers.

Arifin, HM. 1993. Kapita Selekta Pendidikan Islam Dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara.

Barsihannor.  2009. Belajar dari Luqman al-Hakim, Cet.1. Yogyakarta: Kota Kembang.

Basuki dan Ulum, Miftahul.  2007.  Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo: STAIN Po Press.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur an Dan Terjemahannya. Bandung: CV. Penerbit J-ART.

Emang, Muh. Ruddin. 2002.  Pendidikan Agama Islam, Cet.1. Makassar: Yayasan Fatiya.

Enciclopedia Americana, Int. Edition. 1977.  New York:, vol.27.

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. 4. Jakarta: Bumi Aksara.

Ihsan, Hamdani  dan Ihsan, Fuad. 2007. Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Joesoef, Soelaiman & Santoso, Slamet. Tt. Pengantar Pendidikan Sosial. Surabaya: Usaha Nasional.

Langgulung, Hasan. 1986.  Teori-Teori Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Langgulung, Hasan. 1986. Manusia Dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Haji Masagung.

Nizar, Samsul. 2008. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam, Cet. 1. Jakarta: Kencana.

Purwadarminta, 1991. Kamus Umum  Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Puskur Balitbang Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulun Mata Pelajaran Pendidikan Agama. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Ramayulis, 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sasono, Adi. 1998. Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah, Cet.1. Jakarta: Gema Insani Press.

Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Umar, Moh. Chudlori. 2012. http://fahdamjad.Files.wordpres.com/pendidikan-islam-kontemporer.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Hijr

http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nadwa/article/download/567/514

http://fauzanma-fitkuinjkt.blogspot.com/2008/12/evaluasi-dalam-al-quran.html

http://wawasankeislaman.blogspot.com/2013/03/kumpulan-hadits-tentang-tauhid-1.html,

http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-28-33.html

http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-16-20.html.

http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-21-25.html

http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-45-50.html

http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-2-3.html,

http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-87-88.html

http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-57-60.html,

[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Hijr

[2] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), 64.

[3] http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-28-33.html, (online), diakses pada 25-01-2020, pukul 07.05 WIB.

[4]http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-28-33.html, (online), diakses pada 25-01-2020, pukul 07.10 WIB.

[5] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 127.

[6] Ibid., 128. Lihat dalam Hasan Langgulung, Manusia Dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), 176.

[7] Ramayulis, Ilmu..., 129.

[8] Ibid., 130-131.

[9] Ibid., 137.

[10] Lihat dalam Ramayulis, Ilmu...,137.

[11] Ibid.

[12] Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehatan Mental (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), 258.

[13] Ibid.

[14] Allah Swt. menyebutkan tentang langit yang diciptakan-Nya, yang sangat tinggi disertai dengan bintang-bintang yang menghiasinya, baik yang tetap maupun yang beredar. Hal tersebut dapat dijadikan tanda-tanda yang jelas menunjukkan kekuasaan-Nya bagi orang yang merenungkannya dan menggunakan akal pikirannya dalam menganalisis keajaiban-keajaiban alam yang sangat mengagumkan itu dan membuat terpesona orang yang memandangnya. Lihat dalam http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-16-20.html.

[15] http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-21-25.html (online), diakses pada 25-01-2020, pukul 07.39 WIB.

[16] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat...,133.

[17] Moh. Chudlori Umar, http://fahdamjad.Files.wordpres.com/pendidikan-islam-kontemporer.pdf  (28 Maret 2012)

[18] Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam, Cet. 1 (Jakarta: Kencana, 2008), 119.

[19] Umar Muhammad al-Toumy  al-Syaibany, Falsafatut Tarbiyyah  Al-Islamiyah, diterjemahkan oleh Hasan Langgulung dengan judul  Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 497.

[20] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. 1 (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 30.

[21] Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan Dan Dakwah, Cet.1 (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 93.

[22] Departemen Agama RI, Al-Qur an Dan Terjemahannya (Bandung: CV. Penerbit J-ART, 2005), 413.

[23] Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: Rajawali Pers, 2008), 351.

[24] Barsihannor, Belajar dari Luqman al-Hakim, Cet.1 (Yogyakarta: Kota Kembang, 2009), 53.

[25] Departemen Agama RI, Al-Qur an..., 413.

[26] Muh. Ruddin Emang, Pendidikan Agama Islam, Cet.1 (Makassar: Yayasan Fatiya, 2002), 71.

[27] Puskur Balitbang Depdiknas, Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulun Mata Pelajaran Pendidikan Agama (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2007), 3.

[28] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. 4  (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 25.

[29] Ibid.

[30] Ibid.

[31] http://wawasankeislaman.blogspot.com/2013/03/kumpulan-hadits-tentang-tauhid-1.html, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.23 WIB.

[32] http://wawasankeislaman.blogspot.com/2013/03/kumpulan-hadits-tentang-tauhid-1.html, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.24 WIB.

[33] http://wawasankeislaman.blogspot.com/2013/03/kumpulan-hadits-tentang-tauhid-1.html, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.26 WIB.

[34] Hamdani Ihsan dkk., Filsafat..., 163.

[35] Ramayulis, Ilmu...,155.

[36] HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam Dan Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 88.

[37] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 135.

[38] Ibid.

[39] Lihat di http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-45-50.html, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.41 WIB.

[40] Ibid.

[41] Ibid.

[42] Lihat di http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-45-50.html, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.45 WIB.

[43] Ibid.

[44] Lihat di http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-45-50.html, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.50 WIB.

[45] Lebih jelas lihat Enciclopedia Americana, Int. Edition (New York: 1977, vol.27), 867.

[46] Ramayulis, Ilmu..., 197.

[47] Ibid., 92

[48] Lihat dalam http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-2-3.html, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.53 WIB.

[49] Ibid.

[50] Ibid.

[51] Lihat dalam http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-2-3.html, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.55 WIB.

[52] Ibid.

[53] Ibid.

[54] Lihat dalam http://fauzanma-fitkuinjkt.blogspot.com/2008/12/evaluasi-dalam-al-quran.html (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.53 WIB

[55] Ibid.

[56] Ibid..

[57] Purwadarminta, Kamus Umum  Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 250.

[58] Basuki Dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: STAIN Po Press, 2007), 77.

[59] Ibid.

[60] Ibid., 78.

[61] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), 74.

[62] Basuki Dan Miftahul Ulum, Pengantar..., 79.

[63] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas (Jakarta: Haji Masagung, 1989), 123.

[64] Dari berbagai ayat Al Qur an yang membicarakan mengenai kedudukan Allah SWT sebagai guru dapat difahami. Allah SWT Maha memiliki pengetahuan yang amat luas dan Maha pemurah dalam arti tidak kikir dengan ilmu-Nya, Maha tinggi, Penentu, Pembimbing, Penumbuh prakarsa, Mengetahui kesungguhan manusia yang beribadat kepada-Nya, Mengetahui siapa yang baik dan yang buruk, Menguasai cara-cara (metode) dalam membina umat-Nya antara lain melalui penegasan, perintah, pemberitahuan, kisah, sumpah, pencelaan, hukuman, keteladanan, pembantahan, mengemukakan teka-teki, mengajukan pertanyaan, memperingatkan, mengutuk, dan meminta perhatian. Baca surat Al- Alaq, Al Qalam, Al Muzammil, Al Mudatsir, Al Lahab, At Takwir dan Al A’la. Lihat dalam Basuki Dan Miftahul Ulum, Pengantar..., 83.

[65] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 65.

[66] Lihat dalam http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-87-88.html, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 09.35 WIB.

[67] Lihat dalam http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-87-88.html, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 09.37 WIB.

[68] Soelaiman Joesoef & Slamet Santoso, Pengantar Pendidikan Sosial (Surabaya: Usaha Nasional, tt.), 14.

[69] Basuki Dan Miftahul Ulum, Pengantar..., 123.

[70] http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-57-60.html, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 09.49 WIB.

[71] Lihat di http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nadwa/article/download/567/514, (online) diakses pada 25-01-2020, pukul 09.59 WIB

Related Posts