KAJIAN TAFSIR DAN HADIS (QS. Al Hijr: Surat ke 15)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Surah Al-Hijr (bahasa Arab: الحجر, "Al-Hijr") adalah surah ke-15 dalam al-Qur an. Surah
ini terdiri atas 99 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Al-Hijr
adalah nama sebuah daerah pegunungan yang didiami oleh kaum Tsamud pada zaman
dahulu yang terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syam (Syria). Nama
surah ini diambil dari nama daerah pegunungan itu yang berkaitan dengan nasib
penduduknya yaitu kaum Tsamud____pada ayat 80 sampai dengan 84____mereka telah
dimusnahkan Allah, karena mendustakan Nabi Shaleh dan berpaling dari ayat-ayat
Allah. Dalam surah ini terdapat juga kisah-kisah kaum yang lain yang telah
dibinasakan oleh Allah seperti kaum Luth dan kaum Syu'aib. Surah ini juga
mengandung pesan bahwa orang-orang yang menentang ajaran rasul-rasul akan
mengalami kehancuran.[1]
Dalam era kekinian, Al-Quran sebagai pedoman
hidup manusia___salah satunya dalam surat al Hijr ini___di dalamnya terkandung
ayat-ayat yang dapat kita gunakan sebagai pedoman hidup manusia. Diantaranya
merupakan ayat-ayat yang menggali tentang tujuan pendidikan/ filosofi
pendidikan, kurikulum pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan,
evaluasi pendidikan, pendidik, peserta didik, isu-isu kontemporer terkait
pendidikan. Namun kiranya belum banyak yang mempelajari dan memahami ayat-ayat
tersebut. Dan hal ini merupakan masalah yang perlu dicarikan solusinya.
Untuk itu, dalam makalah ini penulis mencoba
memaparkan sedikit tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan hal tersebut
di atas, dengan harapan dapat lebih
memahami tafsir dan hadis pendidikan yang terkandung di dalam Al-Quran surat al
Hijr.
Berangkat dari latar belakang masalah
tersebut di atas, maka penulisan makalah
ini kami beri judul “Kajian Tafsir Dan Hadis (Qs. Al Hijr : Surat Ke 15).”
B.
Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam makalah ini akan membahas
diantaranya :
1.
Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang Tujuan pendidikan/ filosofi
Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr ?
2.
Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang
Kurikulum pendidikan Dalam Q.S Al Hijr ?
3.
Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang
Materi pendidikan Dalam Q.S Al Hijr ?
4.
Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang
Metode pendidikan Dalam Q.S Al Hijr ?
5.
Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang Evaluasi pendidikan Dalam Q.S Al
Hijr ?
6.
Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang Pendidik Dalam Q.S Al Hijr ?
7.
Bagaimanakah Tafsir Dan Hadis Tentang Peserta didik Dalam Q.S Al Hijr ?
8.
Bagaimanakah isu-isu kontemporer terkait pendidikan?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mendiskripsikan tentang :
1.
Tafsir Dan Hadis Tentang Tujuan pendidikan/ filosofi Pendidikan Dalam
Q.S Al Hijr
2. Tafsir Dan Hadis Tentang Kurikulum Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr
3.
Tafsir Dan Hadis Tentang Materi
Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr
4.
Tafsir Dan Hadis Tentang Metode
Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr
5.
Tafsir Dan Hadis Tentang Evaluasi
Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr
6.
Tafsir Dan Hadis Tentang Pendidik Dalam Q.S Al Hijr
7.
Tafsir Dan Hadis Tentang Peserta
Didik Dalam Q.S Al Hijr
8.
Isu-Isu Kontemporer Terkait Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir Dan Hadis Tentang Tujuan pendidikan/
filosofi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr
Bila tujuan pendidikan seperti apa yang
disampaikan oleh Asma Hasan al Fahmi dan Munir Mursi, maka tujuan pendidikan
adalah pengembangan akal dan akhlak yang dalam akhirnya dipakai untuk
menghambakan diri kepada Allah SWT. Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang
dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah menyempurnakan
kejadiannya dan meniupkan ke dalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”.
Dan tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dari firman Allah SWT yang
artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah
dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan
muslim berserah diri kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran: 102). Jadi insan kamil
yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan tujuan akhir dari pendidikan Islam.[2]
Sebagaimana dalam tafsir ayat di atas, Allah
SWT menyebutkan perihal Adam di kalangan para malaikat-Nya sebelum Adam
diciptakan dan dimuliakan-Nya dengan memerintahkan para malaikat untuk bersujud
kepadanya. Allah menyebutkan pula pembangkangan yang dilakukan oleh iblis yang
tidak mau bersujud kepada Adam, pada saat itu iblis berada bersama golongan
para malaikat. Iblis tidak mau bersujud kepada Adam karena kafir, ingkar,
sombong, dan membanggakan dirinya dengan kebatilan. Iblis menjawab alasan
penolakannya, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
"Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada
manusia yang Engkau lelah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (Al-Hijr: 33)
Dalam ayat lain disebutkan
Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau
ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah. (Al A’raf: 12;
Shad: 76)
Dalam ayat lainnya lagi disebutkan:
Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang
Engkau muliakan atas diriku? (Al-Isra: 62), hingga akhir ayat.[3]
Dalam bab ini Ibnu Jarir telah meriwayatkan
sebuah asar yang garib lagi aneh melalui hadis Syabib ibnu Bisyr, dari Ikrimah,
dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Allah telah menciptakan para
malaikat, berfirmanlah Dia: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari
tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan ke dalamnya
roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kalian bersungkur dengan bersujud kepadanya.
(Shad: 71-72) Mereka menjawab,
"Kami tidak akan menurut." Maka Allah mengirimkan api kepada mereka
dan membakar habis mereka. Kemudian Allah menciptakan malaikat lainnya, dan
berfirman kepada mereka seperti firman-Nya yang pertama, tetapi mereka menjawab
dengan jawaban yang sama seperti pendahulunya. Maka Allah mengirimkan kepada
mereka api yang membakar habis mereka semua. Kemudian Allah menciptakan
malaikat yang lain, setelah itu Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah. Apabila Aku telah menciptakannya, maka
bersujudlah kalian kepadanya!" Tetapi mereka membangkang. Maka Allah
mengirimkan api kepada mereka dan membakar habis mereka semuanya. Kemudian
Allah menciptakan malaikat lainnya, lalu berfirman kepada mereka,
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah, apabila Aku telah
menciptakannya, maka bersujudlah kalian kepadanya!" Mereka menjawab,
"Kami tunduk dan patuh kepada perintah¬Mu," kecuali iblis, dia
termasuk kaum yang kafir seperti para pendahulunya. Akan tetapi, kebenaran asar
ini dari Ibnu Abbas masih terlalu jauh dari kebenaran. Jelasnya asar ini berasal
dari kisah Israiliyat.[4]
B.
Tafsir Dan Hadis Tentang Kurikulum
Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang
sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan
alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.[5]
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah
kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi kuno di Yunani, yang
mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis
start sampai garis finis.[6]
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan Manhaj yang
berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan. Sedangkan arti manhaj (kurikulum) dalam pendidikan
Islam____sebagaimana yang terdapat dalam Qamus al- Tarbiyah___adalah
seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan
dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.[7]
Hasan Langgulung memandang bahwa kurikulum mempunyai empat komponen
utama, yaitu :
1.
Tujuan-tujuan yang ingin
dicapai oleh pendidikan itu. Dengan lebih tegas lagi orang yang bagaimana yang
ingin kita bentuk dengan kurikulum tersebut.
2.
Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktifitas-aktifitas
dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu. Bagian inilah yang
disebut mata pelajaran
3.
Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk mengajar
dan memotivasi murid untuk membawa mereka ke arah yang dikehendaki oleh
kurikulum.
4.
Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai
kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan kurikulum tersebut.[8]
Selanjutnya, pendidikan Islam yang berfalsafat
Al Quran sebagai sumber utamanya menjadikan Al Quran sebagai sumber utama
penyusunan kurikulum dan ditambah dengan Al Hadits untuk melengkapinya. Di
dalam Al Quran dan Al Hadits ditemukan kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai
pedoman operasional dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka
tersebut adalah Tauhid dan Perintah membaca.[9]
Sesuai dengan tuntunan Al Qur an bahwa yang
menjadi kurikulum inti Pendidikan Islam adalah “Tauhid” dan harus dimantapkan
sebagai unsur pokok yang tak dapat dirubah. Pemantapan kalimat tauhid ini sudah
dimulai semenjak bayi dilahirkan dengan memperdengarkan Adzan dan Iqamah
terhadap anak yang dilahirkan. Sebagaimana hadis Nabi, dari Husain bin Ali
telah berkata Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang lahir anaknya maka adzankan ia
pada telinga kanan anak itu dan iqamat ia di telinga kiri anak itu dan anak itu
tidak dimudharatkan oleh jin”. (HR. Ibn Syuni)[10]
Tauhid merupakan prinsip utama dalam seluruh
dimensi kehidupan manusia baik dalam aspek hubungan vertikal antara manusia
dengan tuhan maupun aspek hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya
dan diantara manusia dengan alam sekitarnya. Tauhid yang seperti inilah yang
dapat menyusun pergaulan manusia secara harmonis sesamanya dalam rangka
menyelamatkan manusia dan perikemanusiaan dalam rangka pencapaian kehidupan
yang sejahtera dan bahagia dunia dan akhirat termasuk di dalamnya pergaulan
dalam proses pendidikan.[11]
Kurikulum inti selanjutnya adalah perintah
“membaca” ayat-ayat Allah yang meliputi tiga macam ayat yaitu :
1.
Ayat Allah yang berdasarkan wahyu,
2.
Ayat Allah yang ada pada diri manusia,
3.
Ayat Allah yang terdapat di alam semesta di luar diri manusia.[12]
Ketiga macam ayat Allah tersebut jiwanya adalah
“Tauhid”. Di sinilah letaknya kurikulum pendidikan Islam, sebab menurut Islam,
semua pengetahuan datang dari Tuhan, tetapi penyampaiannya ada yang langsung
dari Tuhan dan ada yang melalui pemikiran manusia dan pengalaman indera yang
berbeda satu sama lain.[13]
Kurikulum pendidikan Islam yang berjiwa Tauhid
sebagaimana dijelaskan di atas, disebutkan dalam Q.S Al Hijr : 16[14], 19-28,
75, 77, dan 98.
Allah SWT menyebutkan bahwa Dialah yang
memiliki segala sesuatu, dan bahwa segala sesuatu mudah bagi-Nya serta tiada
harganya bagiNya. Di sisi-Nya Dia memiliki perbendaharaan segala sesuatu yang
terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya.
Dan Kami
tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu. (Al-Hijr: 21)
Yakni menurut apa yang dikehendaki dan yang
disukai-Nya, dan karena adanya hikmah yang sangat besar serta rahmat bagi
hamba-hamba-Nya dalam hal tersebut, bukanlah sebagai suatu keharusan; bahkan
Dia menetapkan atas diri-Nya kasih sayang (rahmat).
Yazid ibnu Abu Ziyad telah meriwayatkan dari
Abu Juhaifah, dari Abdullah, bahwa tiada suatu daerah pun yang diberi hujan
selama setahun penuh, tetapi Allah membagi-bagikannya sesuai dengan apa yang
dikehendaki-Nya. Maka Dia memberikan hujan secara terbagi-bagi, terkadang di
sana dan terkadang di sini. Kemudian Abdullah ibnu Mas'ud membacakan
firman-Nya: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanah
(perbendaharaannya. (Al-Hijr: 21), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.[15]
C. Tafsir
Dan Hadis Tentang Materi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr
Materi pendidikan ialah semua bahan pelajaran
yang disampaikan kepada peserta didik dalam suatu sistem institusional
pendidikan.[16]
Dalam pendidikan Islam, materi pelajaran adalah
sumber normative Islam, yaitu Al-Qur’an dan al-Sunnah. Secara filosofis,
rumusan materi pendidikan Islam adalah seperangkat bahan yang dijadikan sajian
dalam upaya mengembangkan kepribadian yang selaras dengan Al-Qur’an, yaitu
manusia yang bertakwa,[17] dimana rumusan materi pelajaran tersebut dilakukan
untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yaitu agar tercapai keseimbangan
pertumbuhan kepribadian peserta didik secara menyeluruh dan seimbang yang
dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang
rasional; perasaan dan indra.[18] Karena itu, materi pendidikan Islam hendaknya
mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual,
intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun
kolektif serta mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan
kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan
ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun
seluruh umat manusia.
Dalam hal ini, beberapa cendekiawan Muslim
memberikan pernyataan mengenai materi pendidikan Islam yang harus diberikan
kepada peserta didik. Di antaranya adalah Ibnu Khaldun yang menyatakan bahwa
materi pendidikan Islam pada masa kanak-kanak adalah mengajarkan al-Qur’an,
sebab meresapkan al-Qur’an di dalam hati akan memperkuat iman. Oleh karena itu,
al-Qur’an menjadi dasar pengajaran yang patut didahulukan sebelum mengembangkan
kemampuan-kemampuan lain.[19]
Sejalan dengan hal tersebut, al-Ghazali
mengemukakan bahwa sebaiknya peserta
didik diajarkan al-Qur’an, sejarah kehidupan orang-orang besar, hukum-hukum
agama, dan sajak-sajak.[20] Dengan tetap selalu berlandaskan pada al-Qur’an dan
al-Sunnah. Materi pendidikan hendaknya dirancang sedemikian rupa dan tentunya
materi tersebut hendaknya mengacu kepada tercapainya kebahagiaan hidup di dunia
maupun di akhirat.[21]
Selanjutnya, materi pendidikan Islam di
lingkungan keluarga dapat disesuaikan dengan landasan dasar, fungsi, dan tujuan
yang termaktub dalam ilmu pendidikan teoritis. Dalam hal ini penulis akan
membahas materi pendidikan yang disampaikan oleh Luqman al-Hakim terhadap
anaknya, yaitu:
1. Tauhid
Materi yang berkenaan dengan tauhid ini bisa
dilihat dalam nasehat Luqman al-Hakim dalam QS. Luqman/ 31:13.
Terjemahnya:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.[22]
Penulis berpandangan bahwa ayat ini memiliki
kandungan makna bahwa tidak ada tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah. Dan jika di dalam hati masih terdapat suatu
keikhlasan yang tidak tulus dalam
menyembah Allah, maka perbuatan tersebut termasuk perbuatan syirik.
2.
Akhlak
Materi kedua yang terkandung di dalam kisah
Luqman al-Hakim adalah materi akhlak. Materi yang dimaksudkan di sini adalah
segala nilai yang terkandung di dalam kisah tersebut yang berhubungan erat
dengan akhlak yang mencakup ajaran akhlak yang diberikan Tuhan, juga akhlak
yang disampaikan Luqman al-Hakim. Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan
dan tingkah laku manusia.[23]
Dari kisah Luqman al-Hakim, terdapat beberapa
bentuk akhlak yang dijadikan kerangka dasar pembentukan sikap, baik secara
lahir maupun batin. Bentuk akhlak atau sasaran akhlak itu adalah akhlak
terhadap Allah, akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak
terhadap lingkungan.[24]
3.
Ibadah
Materi ibadah ini dapat dilihat dari nasehar
Luqman sebagaimana tercantum dalam QS. Luqman/ 31:17.
Terjemahnya:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).[25]
Pengertian etimologis ibadah adalah pengabdian.
Sedangkan terminologis ibadah yaitu pengabdian yang dimaksud oleh agama Islam
yaitu berserah diri kepada kehendak Allah dan ketentuan Allah SWT untuk
memperoleh ridha-Nya (mardhatillah).[26]
4. Mu’amalah
Pendidikan Mu’amalah yang diajarkan Luqman
al-Hakim kepada anaknya paling tidak memiliki esensi tujuan yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan. Tujuan pendidikan mu’amalah itu adalah membentuk
kehidupan yang baik, membina kepribadian, dan mengetahui hak dan kewajiban
bermasyarakat.
Dalam ranah pendidikan formal di Indonesia,
terdapat sistem pendidikan yang dikotomis sehingga materi pelajaran berbeda
bobotnya antara satuan pendidikan Islam dan satuan pendidikan umum. Materi
pendidikan agama Islam pada sekolah umum telah diatur dalam Silabus PAI,
melalui defenisi pendidikan agama Islam yang diberikan Puskur Balitbang
Depdiknas RI, yaitu rumpun mata pelajaran yang mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk memperteguh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta
berakhlak mulia/ budi pekerti luhur dan menghormati penganut agama lain. Ruang
lingkup materi pendidikan agama Islam, terdiri atas aspek: al-Qur’an, keimanan/
aqidah, akhlak mulia, fiqhi ibadah/ muamalah, dan tarikh Islam. Namun demikian,
materi-materi keislaman yang disajikan di sekolah umum masih bersifat
teoretis-normatif, dan kurang pada aspek penghayatan dan implementasi. Hal ini
disebabkan oleh padatnya materi yang akan disajikan dan terbatasnya waktu yang
tersedia.[27]
Jadi Materi pendidikan sangat menentukan dalam
proses pendidikan, sebab melalui materi inilah, segala aspek kependidikan
ditanamkan kepada peserta didik. Materi juga memiliki hubungan yang integral
dengan unsur lainnya, apalagi jika dikaitkan dengan tujuan pendidikan. Artinya
tujuan tidak mungkin tercapai kecuali materi yang akan dikembangkan terseleksi secara
baik dan tepat.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa di
lingkungan keluarga merupakan kegiatan pendidikan pertama dan utama. Dimana
materi pendidikan yang diterapkan berorientasi pada pendidikan spiritual dan
akhlakul karimah.
Kemudian di lingkungan pendidikan formal adalah
pengembangan kognitif, psikomotorik, dan sosial-intrapersonal. Sedangkan di lingkungan
pendidikan masyarakat adalah pengembangan dalam bentuk implementatif dari
berbagai aspek. Selain itu, dapat pula dipahami bahwa jelas materi pendidikan
Islam mempunyai peran penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Apalagi dengan tujuan pendidikan Islam yang begitu kompleks, peserta didik tidak hanya memiliki kemampuan secara
afektif, kognitif maupun psikomotorik,
tetapi dalam dirinya harus tertanam sikap dan pribadi yang berakhlakul
karimah.[28]
Beberapa alasan perlunya pilihan materi
pendidikan yang didasarkan pada luasnya ilmu pengetahuan, sehingga tanpa adanya
pilihan materi, bisa mengaburkan dalam pelaksanaan pendidikan, karena dapat
terjadi apa yang dipelajari di sekolah beraneka ragam coraknya, sehingga apa
yang ditetapkan dalam tujuan pendidikan tidak tercapai sebagaimana
mestinya.[29]
Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum
dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.
Materi pendidikan berupa bahan pelajaran yang terdiri atas bahan kajian
atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh peserta didik dalam proses
belajar dan pembelajaran.
b.
Materi pendidikan mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan
pendidikan . perbedaan ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran disebabkan oleh
perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.
c.
Materi pendidikan diarahkan mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam
hal ini, tujuan pendidikan Nasional merupakan target tertinggi yang hendak
dicapai melalui penyampaian materi pendidikan.[30]
Materi pendidikan salah satu diantaranya yaitu
tauhid, telah disebutkan dalam Q.S al Hijr : 86 “Sesungguhnya Tuhanmu,
Dia-lah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”.
Penegasan tentang adanya hari kembali (kiamat),
dan bahwa Allah SWT mampu menjadikan hari kiamat, karena sesungguhnya Dialah
Yang Maha Pencipta, tiada sesuatu pun yang tidak dapat diciptakan-Nya. Dia Maha
Mengetahui semua tubuh yang telah berserakan dan telah berpisah-pisah di tempat
yang berbeda-beda di bumi.[31] Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan
bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur
itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia. Maka Mahasuci (Allah) yang
di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kalian dikembalikan.
(Yasin: 81-83)[32]
Hadis Nabi :
Dari Mu’adz radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Aku
pernah dibonceng Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di atas sebuah keledai yang
bernama ‘Ufair, lalu Beliau bersabda, “Wahai Mu’adz, tahukah kamu hak Allah
yang wajib dipenuhi hamba-hamba-Nya? Dan apa hak hamba yang pasti dipenuhi
Allah?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda,
“Sesungguhnya hak Allah yang wajib dipenuhi hamba adalah mereka beribadah
kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan hak hamba yang pasti
dipenuhi Allah adalah Dia tidak akan mengazab orang yang tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu.” Aku berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku beritahukan kabar
gembira ini kepada manusia?” Beliau menjawab, “Tidak perlu kamu sampaikan,
nanti mereka akan bersandar." (HR. Bukhari dan Muslim)[33]
D. Tafsir
Dan Hadis Tentang Metode Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi
sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum
pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh anak didik
menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.[34]
Metode dalam bahasa Arab, dikenal dengan
istilah “thariqah” yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk
melakukan suatu pekerjaan.[35]
Metode juga dapat diartikan sebagai cara
mengajar untuk mencapai tujuan. Metode pendidikan yang hanya menitiberatkan
pada kemampuan verbalistik harus diubah menjadi kemampuan menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agama yang merentang antara yang paling wajib
sampai yang paling haram.[36]
Menurut al-Nahlawi, dalam Al Qur an dan Hadits
dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan,
mendidik jiwa dan membangkitkan semangat. Metode-metode itu mampu menggugah
puluhan ribu muslimin untuk membuka hati umat manusia menerima tuntunan
Tuhan.[37]
Adapun macam-macam metode untuk menanamkan rasa
iman menurut Al-Nahlawi adalah sebagai berikut :
1.
Metode Hiwar (percakapan/ dialog) Qur ani dan Nabawi
2.
Metode Kisah Qur ani dan Nabawi
3.
Metode Amtsal (perumpamaan) Qur ani dan Nabawi
4.
Metode Keteladanan
5.
Metode Pembiasaan
6.
Metode ’Ibrah (pelajaran) dan Mau’izah (nasihat)
7.
Metode Targhib (janji) dan Tarhib (ancaman).[38]
Metode pendidikan diantaranya Targhib (janji)
dan Tarhib (ancaman) disebutkan dalam Q. S al Hijr : 45-49 (Targhib), 43-44, 50 (Tarhib). Setelah
Allah menyebutkan keadaan ahli neraka, maka hal itu diiringiNya dengan sebutan
tentang ahli surga, bahwa mereka berada di dalam taman-taman yang bermata air
banyak.[39]
Firman Allah Swt.:
Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera.
(Al-Hijr: 46)
Yakni dalam keadaan terbebas dari semua penyakit
dan kalian selalu dalam keadaan sejahtera.[40]
lagi aman. (Al-Hijr: 46)
Maksudnya, aman dari semua ketakutan dan
keterkejutan; dan janganlah kalian takut akan dikeluarkan, jangan pula takut
akan terputus serta fana (mati).[41]
Firman Allah Swt.:
Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang
berada dalam hati mereka, sedangkan mereka merasa bersaudara duduk
berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (Al-Hijr: 47)[42]
Hadits Nabi :
Al-Qasim telah meriwayatkan dari Abu Umamah
yang mengatakan bahwa ahli surga masuk ke dalam surga berikut dengan apa yang
terpendam di dalam hati mereka ketika di dunia, yaitu rasa benci dan dendam.
Tetapi setelah mereka saling berhadapan dan bersua satu sama lainnya, maka
Allah melenyapkan rasa dendam yang ada dalam hati mereka ketika di dunia.
Kemudian Abu Umamah membacakan firman-Nya: Dan Kami lenyapkan segala rasa
dendam yang berada dalam hati mereka. (Al-Hijr: 47)
Demikianlah menurut riwayat ini, tetapi
Al-Qasim ibnu Abdur Rahman dalam riwayatnya yang dari Abu Umamah berpredikat
daif.
Sunaid di dalam kitab tafsirnya telah
meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudalah, dari Luqman, dari Abu
Umamah yang mengatakan, "Tidaklah masuk surga seorang mukmin sebelum Allah
melenyapkan rasa dendam yang ada dalam hatinya. Allah mencabut rasa dendam
darinya sebagaimana hewan pemangsa mencabut mangsanya."[43]
Pendapat inilah yang sesuai dengan apa yang
terdapat di dalam hadis sahih melalui riwayat Qatadah, telah menceritakan
kepada kami Abul Mutawakkil An-Naji; Abu Sa'id Al-Khudri pernah menceritakan
hadis kepada mereka, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Orang-orang mukmin diselamatkan dari neraka,
lalu mereka ditahan di atas sebuah jembatan yang terletak di antara surga dan
neraka. Maka sebagian dari mereka meng-qisas sebagian yang lainnya menyangkut
perkara penganiayaan yang pernah terjadi di antara mereka ketika di dunia.
Setelah mereka dibersihkan dan disucikan (dari semua kesalahan), barulah mereka
diizinkan untuk masuk surga.[44]
E.
Tafsir Dan Hadis Tentang Evaluasi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr
Evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang
berarti “menilai”. Istilah nilai (value/ al-qimat) pada mulanya dipopulerkan
oleh filosof dan Plato lah yang mula-mula mengemukakannya.[45]
Disamping evaluasi terdapat pula istilah
pengukuran. Pengukuran dalam pendidikan adalah usaha untuk memahami
kondisi-kondisi objektif tentang sesuatu yang akan dinilai. Penilaian dan pengukuran
dalam Islam akan objektif apabila didasarkan dengan tolak ukur Al Quran atau Al
Hadits sebagai pembandingnya.[46]
Evaluasi merupakan suatu cara memberikan
penilaian terhadap hasil belajar murid. Pemberian evaluasi dalam menentukan
pencapaian keberhasilan dapat melalui bentuk tes maupun non tes. Sistem
evaluasi hasil pelaksanaan pendidikan agama di sekolah masih perlu dirumuskan
kembali sehingga sasaran evaluasi benar-benar tepat mengenai sasaran sesuai
tujuan pokok pendidikan agama di sekolah yang lebih menitik beratkan pada
faktor internalisasi nilai-nilai yang terindikasi pada perilaku akhlakiah
sebagai manifestasi dari corak kepribadian manusia beriman dan bertaqwa.[47]
Evaluasi ini disebutkan dalam Q.S Al Hijr :
2-3. Ayat ini menceritakan tentang orang-orang kafir, bahwa di akhirat kelak
mereka akan menyesali kekafiran mereka selama di dunia, dan mereka hanya bisa
berharap seandainya saja mereka menjadi orang-orang muslim ketika di dunia.[48]
As-Saddi di dalam kitab tafsirnya telah menukil
sebuah asar berikut sanadnya yang berpredikat masyhur dari Ibnu Abbas, Ibnu
Mas'ud serta sahabat-sahabat lainnya, bahwa orang-orang kafir Quraisy___saat
mereka akan dimasukkan ke dalam neraka___berharap seandainya saja mereka dahulu
menjadi orang-orang muslim.[49]
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud
ialah setiap orang kafir di saat menghadapi kematiannya menginginkan seandainya
saja dia menjadi orang mukmin sebelumnya.[50]
Menurut pendapat yang lainnya, ayat ini
menceritakan perihal hari kiamat, sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka
dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan
(ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi
orang-orang yang beriman, " (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang
mengharukan). (Al-An'am: 27)[51]
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah
ibnu Kahil, dari Abuz Zahiriyah, dari Abdullah (Ibnu Mas'ud) sehubungan dengan
makna firman Allah Swt.: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di
akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang
muslim. (Al-Hijr: 2) Bahwa ayat ini menceritakan perihal orang-orang yang
menghuni neraka Jahanam ketika melihat teman-teman mereka dikeluarkan dari
neraka.[52]
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Muslim, telah menceritakan
kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Farwah Al-Abdi,
bahwa Ibnu Abbas dan Anas ibnu Malik menakwilkan ayat ini, yaitu firman-Nya:
Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya
mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2) dengan
pengertian berikut: Ayat ini menceritakan hari (ketika itu) Allah memasukkan
orang-orang yang berdosa dari kalangan kaum muslim ke dalam neraka bersama
orang-orang musyrik. Kemudian orang-orang musyrik berkata kepada mereka,
"Tiada manfaatnya bagi kalian penyembahan kalian (kepada Allah) ketika di
dunia." Maka Allah murka kepada orang-orang musyrik, lalu berkat kemurahan
dari-Nya, Dia mengeluarkan orang-orang muslim dari neraka. Yang demikian itu
disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya: Orang-orang yang kafir itu sering
kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi
orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2)[53]
Dan
juga evaluasi ini disebutkan
dalam ayat 21. yaitu At-Taqdir, ketentuan, jumlah, ukuran, seperti firman Allah
QS. Al-Hijr 15:21 Artinya : Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi
Kamilah Khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang
tertentu.
At-Taqdir dapat juga disamakan dengan pengujian
validitas hasil belajar yakni penganalisaan terhadap tes hasil belajar sebagai
suatu totalitas yang dapat dilakukan dengan dua cara, Pertama : penganalisaan
dengan cara berfikir secara rasional atau penganalisaan yang menggunakan logika
(logical analysis). Kedua : penganalisaan yang dilakukan berdasarkan kenyataan
empiris (empirical analysis).[54]
Jika dilihat dari teori taksonomi Benjamin S.
Bloom, maka jelaslah bahwa yang dijadikan sasaran evaluasi Tuhan dan Nabi
adalah sebagai berikut : 1). Evaluasi Tuhan lebih menitik beratkan pada sikap,
perasaan dan pengetahuan manusia seperti iman dan kekafiran, ketaqwaan dan
kefajiran (kognitif-afektif). 2). Evaluasi Nabi sebagai pelaksana perintah
Tuhan sesuai wahyu yang diturunkan kepada beliau lebih menitik beratkan pada
kemampuan dan kesediaan manusia mengamalkan ajaran-Nya, di mana faktor
psikomotorik menjadi penggeraknya. Di samping itu faktor konatif (kemauan) juga
dijadikan sasarannya(Konatif-psikomotorik).[55]
Ketentuan hasil evaluasi yang dilakukan oleh
Allah terhadap makhluknya, tidak akan menyalahi aturan yang telah ditetapkan
sehingga tidak ada orang yang teraniaya atau dirugikan.[56]
F.
Tafsir Dan Hadis Tentang Pendidik Dalam Q.S Al Hijr
Dari segi bahasa, pendidik adalah orang yang
mendidik.[57] Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang
melakukan kegiatan dalam mendidik.[58]
Kata yang berdekatan dengan artinya pendidik diantaranya yaitu teacher,
guru (pengajar), tutor, ustadz,
mudarris, mu’allim, muaddib, lecturer (dosen), trainer(pemandu), educator dan
lain-lain.[59]
Dengan demikian kata “pendidik” secara fungsional menunjukkan kepada
seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, ketrampilan,
pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Orang yang melakukan ini bisa siapa saja
dan di mana saja. Di rumah, orang yang melakukan tugas tersebut adalah kedua
orang tua, karena secara moral dan teologis merekalah yang diserahi
tanggungjawab pendidikan anaknya. Selanjutnya di sekolah, tugas tersebut
dilakukan oleh guru. Dan di masyarakat
dilakukan oleh organisasi-organisasi kependidikan dan sebagainya. Atas dasar
itu maka yang termasuk ke dalam pendidik itu bisa kedua orang tua, guru, tokoh
masyarakat dan sebagainya.[60]
Adapun pengertian pendidik menurut para pakar
diantaranya:
1.
Ahmad tafsir : pendidik dalam Islam sama dengan teori di Barat yaitu
siapa saja yaitu orang tua, ayah/ ibu yang karena kodrat yaitu ditakdirkan
bertanggung jawab mendidik anaknya dan kedua orang tua tersebut berkepentingan
terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua
juga.[61] Selanjutnya dalam beberapa literatur kependidikan pada umumnya,
istilah pendidik sering diwakili oleh istilah guru yaitu orang yang kerjaannya
mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah/ kelas.[62]
2.
Hadari Nawawi : guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan
pelajaran di sekolah/ kelas. Atau orang yang bekerja dalam bidang pendidikan
dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai
kedewasaan masing-masing.[63]
Selanjutnya jika kita mencoba mengikuti
petunjuk Al Qur an, akan dijumpai informasi, bahwa yang menjadi pendidik itu,
secara garis besar ada empat yaitu: Allah sebagai pendidik pertama[64], nabi
Muhammad SAW sebagai pendidik kedua, orang tua sebagai pendidik ketiga, dan
orang lain sebagai pendidik keempat.[65]
Pendidik__apabila yang dimaksud Allah sebagai
pendidik pertama__juga disebutkan dalam Q.S Al Hijr : 9-10, 85, 87, 89, 94.
Allah SWT berfirman kepada Nabi-Nya, bahwa sebagaimana Kami berikan kepadamu
Al-Qur'an yang agung, maka jangan sekali-kali kamu memandang kepada dunia dan
perhiasannya serta kesenangan duniawi yang telah Kami berikan kepada mereka yang
ahlinya, yaitu kesenangan yang fana; hal itu sebagai ujian buat mereka. Maka
janganlah kamu menginginkan apa yang ada pada mereka, janganlah pula kamu
bersedih hati karena mereka bersikap mendustakan dan menentang agamamu.[66]
Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang
yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syu'ara: 215)
Artinya, bersikap rendah dirilah kamu kepada
mereka, sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:
Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang
rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At-Taubah: 128)
Hadis Nabi,
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diceritakan
dari Waki' ibnul Jarrah, bahwa telah menceritakan kepada kami Musa ibnu
Ubaidah, dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abu Rafi'___sahabat Nabi
SAW___yang mengatakan bahwa Nabi Saw. menjamu sejumlah tamu, padahal Nabi SAW
tidak mempunyai sesuatu yang akan disuguhkan kepada tamu-tamunya itu. Maka
beliau SAW mengirimkan seseorang kepada seorang Yahudi untuk menyampaikan,
"Muhammad, utusan Allah, berpesan kepadamu: Berilah ia utang tepung gandum
yang akan dibayar pada permulaan bulan Rajab." Tetapi lelaki Yahudi itu
menolaknya kecuali dengan jaminan. Maka si utusan (perawi sendiri) kembali
kepada Nabi SAW dan menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh si Yahudi
itu. Maka Nabi Saw. bersabda, "Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku
benar-benar kepercayaan semua orang yang ada di langit dan yang ada di bumi.
Dan jikalau dia memberiku utang atau menjualnya kepadaku, pasti aku akan
membayarnya." Setelah aku keluar dari sisi Nabi SAW, turunlah firman Allah
SWT: Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan
kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia. (Thaha:
131) Seakan-akan Allah Swt. menghiburnya dari perkara duniawi.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan
pandanganmu.(Al-Hijr. 88) Bahwa Allah SWT melarang seseorang mengharapkan apa
yang menjadi milik temannya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa
golongan di antara mereka. (Al-Hijr: 88) Menurutnya, yang dimaksud dengan mereka
adalah orang-orang kaya.[67]
G. Tafsir
Dan Hadis Tentang Peserta Didik Dalam Q.S Al Hijr
Dalam term Islam, seorang peserta didik dikenal
dengan istilah T{a<lib. Kata t{a<lib berasal dari akar kata
t{a<laba-yat{lubu yang berarti mencari dan menuntut. Sehingga seorang anak
peserta didik adalah seorang t{a<lib yang selalu merasa gelisah untuk
mencari dan menemukan ilmu di manapun dan kapanpun. Kegelisahan tersebut tidak
selesai atau terobati meskipun ilmu itu sudah ditemukan, akan tetapi
kegelisahan berubah menjadi ketidak puasan dengan apa yang sudah didapat
sehingga secara terus menerus ada upaya untuk mencari dan mendapatkan yang
lebih dari apa yang sudah diterima (never ending process).[68]
Sehingga tidak ada kamus menunggu untuk diberi
akan tetapi menjemput untuk meraih dan mendapatkan. Pemahaman ini sangatlah
penting sehingga ada upaya yang berjalan secara terus menerus dan tidak
henti-hentinya pada diri anak untuk selalu berubah, berevolusi dan berinovasi.
Perubahan yang dimaksud tentunya untuk berubah dalam pengertian positif.[69]
Peserta Didik disebutkan dalam Q. S Al Hijr :
59. Allah SWT berfirman menceritakan perihal Ibrahim a.s. setelah rasa takutnya
lenyap dan mendapat berita gembira bahwa sesungguhnya dia balik bertanya kepada
para utusan itu tentang latar belakang dan tujuan kedatangan mereka kepadanya.
Maka mereka menjawab:
Kami sesungguhnya diutus kepada kaum yang
berdosa. (Al-Hijr: 58)
Yang mereka maksud adalah kaum Nabi Lut. Lalu
mereka memberitakan kepada Ibrahim a.s. bahwa mereka akan menyelamatkan
keluarga Lut dari kalangan kaumnya, kecuali istrinya; karena sesungguhnya
istrinya termasuk orang-orang yang binasa bersama-sama kaumnya. Karena itulah
dalam firman selanjutnya disebutkan:
kecuali istrinya. Kami telah menentukan bahwa
sesungguhnya ia itu termasuk orang-orang yang tertinggal (bersama-sama dengan
orang kafir lainnya). (Al-Hijr: 60) Yakni termasuk orang yang tertinggal dan
dibinasakan.[70]
Hadis Nabi,
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber
dari Abdulla>h ibn Mas’ud:
“Menceritakan kepada kami H{umaid, ia berkata,
menceritakan kepada kami Sufya>n, ia berkata, menceritakan kepadaku
Isma>’il ibn Abu Kha>lid atas selain yang kami ceritakan olehnya
al-Zuhriy, ia berkata, “aku mendengar Ibn Qais ibn Abu H{a>zim, ia berkata,
aku mendengar ‘Abdulla>h ibn Mas’u>d berkata, Nabi saw., bersabda, ”tidak
boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh
Allah lalu harta itu di kuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki
di beri hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya”
(H.R. Bukha>ri>).[71]
H. Isu-Isu Kontemporer Terkait Pendidikan
Masalah di Bidang Pendidikan
Problematika yang dihadapi bangsa Indonesia
mencakup beberapa hal sebagai berikut:
Sistem Pendidikan yang dianut di Indonesia
Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan
nasional yang masih belum bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada beberapa
sistem di Indonesia yang telah dilaksanakan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a.
Sistem pendidikan yang berorietasi pada nilai
Sistem pendidikan ini diterapkan sejak SD. Di
sini peserta didik diberikan pengajaran pengenai kejujuran, tenggang rasa, dan
kedisiplinan. Nilai ini disampaikan melalui pelajaran Pkn, bahkan nilai ini
juga disampaikan pada tingkat pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.
b. Sistem pendidikan terbuka
Menurut sistem pendidikan ini, peserta didik
dituntut untuk dapat bersaing dengan teman, berfikir kreatif dan inovatif.
c.
Sistem pendidikan beragam
Di Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa,
daerah, dan budaya yang terdiri dari pendidikan formal, non formal, dan
informal.
d. Sistem pendidikan yang efisien
dalam pengelolaan waktu
Di dalam kegiatan belajar mengajar, waktu di
atur sedemikian rupa agar peserta didik tidak merasa terbebani dengan mata
pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu singkat atau sebaliknya.
e. Sistem pendidikan yang disesuaikan
dengan perkembangan zaman
Dalam sistem pendidikan ini, pemerintah harus
menyesuaikan kurikulum dengan keadaan saat ini. Oleh karena itu, kurikulum di
Indonesia sering mengalami perubahan atau pergantian dari waktu ke waktu
sehingga sekarang Indonesia menggunakan kurikulum 2013.
f. Pemerataan Pendidikan
Indonesia saat ini masih mengalami masalah di
bidang pemerataan pendidikan. Hal ini disebabkan karena pendidikan yang masih
didominasi oleh kaum menengah ke atas sehingga ada beberapa kaum menengah ke
bawah yang tidak bisa merasakan pendidikan. Karena hal inilah muncul
kesenjangan antara pendidikan di Kota dan di desa terutama di daerah perbatasan
dan di luar pulau Jawa. Dengan demikian, untuk mewujudkan hal tersebut maka
pemerintah harus membuat atau mengambil kebijakan yang tepat, seperti adanya
kebijakan wajib belajar 9 tahun. Kebijakan ini dilaksanakan mulai dari SD
hingga SMP dengan pemerataan tenaga pendidik di setiap daerah
g. Kualitas atau Mutu Pendidikan
Permasalahan yang paling mendasar dalam
pendidikan adalah masalah mutu pendidikan. Karena pendidikan di Indonesia masih
jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya tenaga pendidikan yang mengajar namun tidak sesuai dengan
bidangnya. Selain itu, tingkat kejujuran dan kedisiplinan peserta didik juga
masih rendah. Contohnya, ketika sedang mengikuti ujian Nasional peserta didik
melakukan kecurangan dengan memilih jawaban secara instan. Misalnya, dengan
membeli kunci jawaban UN. Oleh karena itu, mutu pendidikan harus diperbaiki
dengan membuat kebijakan yang berupa peningkatan mutu pendidik. Semua itu
dilakukan dengan cara mengevaluasi ulang tenaga pendidik agar sesuai dengan
syarat untuk menjadi pendidik. Selain itu, pemerintah harus meningkatkan sarana
dan prasarana di sekolah, seperti memperbaiki fasilitas gedung dan memperbanyak
buku.
Pendidikan sangat penting bagi suatu bangsa.
Tanpa adanya pendidikan, maka bangsa tersebut akan tertinggal dengan bangsa
lain. Seperti halnya Indonesia, pendidikan merupakan salah satu upaya yang
dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain khususnya bangsa-bangsa
ASEAN. Maka dari itu, pendidikan Indonesia harus diperbaiki, baik dari segi
sistem pendidikan maupun sarana prasarana.
h.
Biaya Pendidikan
Keadaan ekonomi di Indonesia yang semakin
terpuruk berdampak pula pada pendidikan di Indonesia. Banyak sekali anak yang
tidak bisa merasakan pendidikan karena biayanya yang mahal. Maka dari itu, agar
bangsa Indonesia tidak semakin terbelakang, pemerintah mengeluarkan dana BOS,
yang diberikan pada peserta didik di SD dan SMP. Hal ini dilakukan dengan
membebaskan biaya SPP atau membuat kebijakan free-school bagi pendidikan dasar.
Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut, diharapkan semua pendidikan dapat
dirasakan oleh semua kalangan masyarakat yang ada di Indonesia.
i. Keadaan Lingkungan Belajar
Keadaan lingkungan belajar di Indonesia juga
menjadi masalah dalam pendidikan di Indonesia. Dengan fasilitas yang minim
untuk sekolah tertentu memicu terciptanya suasana belajar yang tidak efektif
dan efisien. Namun sebaliknya, fasilitas yang terlalu berlebihan juga akan
mempengaruhi suasana belajar sehinggu muncul penyimpangan. Misalnya, terjadinya
kekerasan dan kejahatan seksual di lingkungan sekolah seperti Pemukulan guru
oleh orang tua siswa di Makasar dan Kejahatan seksual yang terjadi di JIS.
j. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang diambil pemerintah terutama
menteri Pendidikan dan Kebudayaan beberapa tahun terakhir yang mengalami
resafle jabatan mengakibatkan perubahan beberapa kebijakan sehingga mengganggu
sistem pendidikan dan kurang efisien dalam melaksanakan beberapa program baru.
Kurangnya sosialisasi terhadap program baru juga menjadi permasalahan dalam
menyampaikan materi. Seperti halnya :
Perubahan KTSP menjadi K-13
Penghapusan Ujian Nasional
Diberlakukannya full day school yang masih
menjadi pro kontra dari beberapa pihak.
k.
Pihak yang Terkait
Pihak yang terkait dalam problematika
pendidikan di Indonesia yaitu,
1). Kesejahteraan guru yang relatif rendah
terutama guru honorer,
2).
Rendahnya perhatian orang tua terhadap pentingnya pendidikan untuk anak,
3).
Kemauan anak terhadap pendidikan yang rendah,
4).
Keadaan lingkungan sekolah yang tidak mendukung.
Dari sisi lain, penulis___mempunyai
anggapapan__bahwa sebuah lembaga pendidikan Islam termasuk salah satunya di
dalamnya Madrasah akan selalu diminati dan dicari oleh masyarakat apabila dari
madrasah itu sendiri melakukan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik dan
berkualitas. Untuk merubah ke arah yang berkualitas dan lebih baik bagi
madrasah seharusnya memperhatikan dua faktor penting.
Pertama, ada upaya meningkatkan tenaga
pendidiknya dengan memberikan fasilitas untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi seperti yang belum lulus S-1 harus sekolah lagi agar lulus S-1 atau S-2
minimal untuk tingkat madrasah. Kedua, Memperbaiki melengkapi dan menambah
sarana dan prasarana madrasah yang diperlukan, termasuk melengkapi sarana laboratorium
yang memadai dan tenaga yang profesional.
Disamping itu semua untuk menunjang dan
meningkatkan kesejahteraan para guru dan pendidik, maka anggaran pendidikan di
madrasah perlu ditingkatkan dan bahkan ditambah dari pemerintah. Karena guru
yang profesional dan berkualitas dibutuhkan anggaran biaya yang tidak sedikit.
Jangan asal-asalan guru atau pendidik hanya memperoleh gaji yang pas-pasan,
seperti pepatah kuno "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa'' itu adalah
meremehkan martabat guru secara finansial. Tapi pepatah itu sekarang harus
diubah yaitu "Guru adalah pahlawan yang harus di hormati dan
dihargai". Seberapa harganya yang harus diberikan oleh seorang guru atau
pendidik tergantung persediaan anggaran dari pemerintah dan tingkat kualitas mereka
masing-masing dalam mengabdikan ilmunya kepada anak didiknya.
Di sini penulis juga optimis terhadap program
sertifikasi pendidik dari pemerintah yang baru bergulir sekarang ini. Karena
dengan sertifikasi pendidik tersebut diharapkan ada peningkatan-peningkatan
dari berbagai faktor. Baik kualitas mutu pendidikan terhadap anak didik
meningkat menjadi baik, disiplin mengajar, dan perhatian penuh kepada anak
didiknya.
Disamping itu, dari kebutuhan ekonomi akan
tercukupi dan kebutuhan rumah tangga dapat menjadi lebih baik lagi.
Pendidikan merupakan aset bangsa. Anak juga
merupakan aset bangsa namun dalam pengertian yang lain. Pendidikan yang
berkualitas akan membawa sebuah bangsa semakin maju. Sama halnya dengan anak,
semakin baik kualitas anak, akan membawa sebuah bangsa semakin maju. Hal inilah
yang menjadikan pendidikan dan anak merupakan dua hal yang saling berkaitan
satu sama lain. Anak merupakan generasi penerus masa depan bangsa dan negara.
Oleh karena itu, pendidikan anak merupakan hal penting yang tidak bisa
diabaikan karena di dalamnya terdapat nasib masa depan bangsa dan negara.
Namun, pada realitasnya, pendidikan anak sampai
saat ini, di negara Indonesia ini, belum merupakan sebuah prioritas bersama
antara pemerintah, orang tua maupun si anak itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi, salah satunya adalah biaya pendidikan yang semakin tinggi.
Sekarang ini, pendidikan yang berkualitas sangat erat dengan biaya yang tinggi,
tidak ada yang salah dengan pernyataan tersebut karena memang seperti itu
keterkaitan antara kualitas dengan biaya. Namun, akan menjadi salah jika
pendidikan yang berkualitas hanya dapat dinikmati oleh masyarakat kelas atas
saja yang mampu membayarnya. Jika seperti ini terus, di masa depan, jurang
pemisah antara miskin dan kaya akan semakin jauh, karena masyarakat miskin
tidak memiliki akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Ingat bahwa
pendidikan merupakan salah satu solusi untuk menaikkan kelas sosial.
Bukti lain bahwa pendidikan belum menjadi
prioritas bersama adalah pada setiap bergantinya rezim pemerintahan, utamanya
dengan bergantinya menteri pendidikan, selalui diikuti dengan bergantinya
kurikulum pendidikan. Dari sini tampak bahwa pemerintah masih belum menemukan
bentuk pengelolaan pendidikan yang tepat bagi anak-anak kategori usia
pendidikan dasar dan masih mencari-cari bentuk yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan seni.
Oleh karena itu, negara (pemerintah) memiliki
peran yang sangat penting untuk mencegah kondisi di atas, untuk menjadikan
pendidikan berkualitas milik siapa saja, bukan hanya si kaya. Di berbagai
negara, tidak hanya di Indonesia, penyelenggaraan pendidikan merupakan beban
tanggung jawab negara. Negara merupakan penyelenggara pendidikan yang resmi.
Negara kemudian menyerahkan beban tanggung jawab tersebut kepada pemerintah
sesuai dengan konstitusi. Namun, hal ini bukan berarti beban tanggung jawab
pendidikan semata-mata hanya ada di tangan negara. Walaupun pendidikan
merupakan tanggung jawab negara, namun tidak tertutup kemungkinan adanya sektor
privat yang turut serta melakukan penyelenggaraan pendidikan. Walla<hu A’lam
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan makalah Kajian Tafsir Dan Hadis
(Qs. Al Hijr : Surat Ke 15) dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Tafsir Dan Hadis Tentang Tujuan pendidikan/ filosofi Pendidikan Dalam
Q.S Al Hijr adalah insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada
Allah inilah merupakan tujuan akhir dari
pendidikan Islam.
2.
Tafsir Dan Hadis Tentang Kurikulum Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr adalah
konsep Tauhid dan Perintah membaca.
3.
Tafsir Dan Hadis Tentang Materi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr adalah
materi tauhid, akhlak, ibadah dan muamalah.
4.
Tafsir Dan Hadis Tentang Metode Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr adalah
diantaranya metode Targhib (janji) dan metode Tarhib (ancaman).
5.
Tafsir Dan Hadis Tentang Evaluasi Pendidikan Dalam Q.S Al Hijr adalah
yaitu At-Taqdir, ketentuan, jumlah, ukuran. Ketentuan hasil evaluasi yang
dilakukan oleh Allah terhadap makhluknya, tidak akan menyalahi aturan yang
telah ditetapkan sehingga tidak ada orang yang teraniaya atau dirugikan.
6.
Tafsir Dan Hadis Tentang Pendidik Dalam Q.S Al Hijr adalah Allah sebagai
pendidik pertama
7.
Tafsir Dan Hadis Tentang Peserta Didik Dalam Q.S Al Hijr adalah keluarga
nabi Luth dari kalangan kaumnya,
8.
Isu-Isu Kontemporer Terkait Pendidikan adalah Sistem pendidikan yang
berorietasi pada nilai, Sistem pendidikan terbuka, Sistem pendidikan beragam,
Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu, Sistem pendidikan yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman, Pemerataan Pendidikan, Kualitas atau
Mutu Pendidikan, Biaya Pendidikan, Keadaan Lingkungan Belajar, Kebijakan
Pemerintah, Pihak yang Terkait, upaya peningkatan tenaga pendidik dengan
memberikan fasilitas untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi,
Memperbaiki melengkapi dan menambah sarana dan prasarana, Peningkatan anggaran
dari pemerintah, peningkatan program sertifikasi pendidik dari pemerintah.
Pendidikan yang berkualitas, biaya pendidikan yang semakin tinggi, sering
bergantinya kurikulum pendidikan. Wallahu A’lam
B.
Saran
Hendaknya kita sering mempelajari, mengkaji
ayat-ayat al Qur an dan tafsirnya, juga hadis-hadis Nabi karena di dalamnya
tersimpan khazanah keilmuan yang tiada tara yang dapat digali sebanyak yang
kita inginkan. Yang kelak berguna bagi kehidupan kita dan anak cucu kita
mendatang, sebagai pedoman hidup dan bekal untuk menjadi insan ka<mil yang
senantiasa mendapatkan ridha-Nya. Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud. 2008. Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Al-Syaibany, Umar Muhammad al-Toumy. 1979.
Falsafatut Tarbiyyah Al-Islamiyah,
diterjemahkan oleh Hasan Langgulung dengan judul Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam. Cet. 1. Jakarta: Ciputat Pers.
Arifin, HM. 1993. Kapita Selekta Pendidikan
Islam Dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Barsihannor.
2009. Belajar dari Luqman al-Hakim, Cet.1. Yogyakarta: Kota Kembang.
Basuki dan Ulum, Miftahul. 2007.
Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo: STAIN Po Press.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur an Dan
Terjemahannya. Bandung: CV. Penerbit J-ART.
Emang, Muh. Ruddin. 2002. Pendidikan Agama Islam, Cet.1. Makassar:
Yayasan Fatiya.
Enciclopedia Americana, Int. Edition.
1977. New York:, vol.27.
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan
Pembelajaran, Cet. 4. Jakarta: Bumi Aksara.
Ihsan, Hamdani
dan Ihsan, Fuad. 2007. Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III. Bandung:
CV. Pustaka Setia.
Joesoef, Soelaiman & Santoso, Slamet. Tt.
Pengantar Pendidikan Sosial. Surabaya: Usaha Nasional.
Langgulung, Hasan. 1986. Teori-Teori Kesehatan Mental. Jakarta:
Pustaka Al-Husna.
Langgulung, Hasan. 1986. Manusia Dan Pendidikan
Suatu Analisa Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Sekolah Dan
Pengelolaan Kelas. Jakarta: Haji Masagung.
Nizar, Samsul. 2008. Memperbincangkan Dinamika
Intelektual dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam, Cet. 1. Jakarta:
Kencana.
Purwadarminta, 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Puskur Balitbang Depdiknas. 2007. Naskah
Akademik Kajian Kebijakan Kurikulun Mata Pelajaran Pendidikan Agama. Jakarta:
Balitbang Depdiknas.
Ramayulis, 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kalam Mulia.
Sasono, Adi. 1998. Solusi Islam atas
Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah, Cet.1. Jakarta: Gema Insani
Press.
Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam
Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Umar, Moh. Chudlori. 2012.
http://fahdamjad.Files.wordpres.com/pendidikan-islam-kontemporer.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Hijr
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nadwa/article/download/567/514
http://fauzanma-fitkuinjkt.blogspot.com/2008/12/evaluasi-dalam-al-quran.html
http://wawasankeislaman.blogspot.com/2013/03/kumpulan-hadits-tentang-tauhid-1.html,
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-28-33.html
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-16-20.html.
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-21-25.html
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-45-50.html
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-2-3.html,
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-87-88.html
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-57-60.html,
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Hijr
[2] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat
Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), 64.
[3]
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-28-33.html,
(online), diakses pada 25-01-2020, pukul 07.05 WIB.
[4]http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-28-33.html,
(online), diakses pada 25-01-2020, pukul 07.10 WIB.
[5] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:
Kalam Mulia, 2002), 127.
[6] Ibid., 128. Lihat dalam Hasan Langgulung,
Manusia Dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1986), 176.
[7] Ramayulis, Ilmu..., 129.
[8] Ibid., 130-131.
[9] Ibid., 137.
[10] Lihat dalam Ramayulis, Ilmu...,137.
[11] Ibid.
[12] Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehatan
Mental (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), 258.
[13] Ibid.
[14] Allah Swt. menyebutkan tentang langit yang
diciptakan-Nya, yang sangat tinggi disertai dengan bintang-bintang yang
menghiasinya, baik yang tetap maupun yang beredar. Hal tersebut dapat dijadikan
tanda-tanda yang jelas menunjukkan kekuasaan-Nya bagi orang yang merenungkannya
dan menggunakan akal pikirannya dalam menganalisis keajaiban-keajaiban alam
yang sangat mengagumkan itu dan membuat terpesona orang yang memandangnya.
Lihat dalam
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-16-20.html.
[15]
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-21-25.html
(online), diakses pada 25-01-2020, pukul 07.39 WIB.
[16] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan,
Filsafat...,133.
[17] Moh. Chudlori Umar,
http://fahdamjad.Files.wordpres.com/pendidikan-islam-kontemporer.pdf (28 Maret 2012)
[18] Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika
Intelektual dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam, Cet. 1 (Jakarta:
Kencana, 2008), 119.
[19] Umar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafatut Tarbiyyah Al-Islamiyah, diterjemahkan oleh Hasan
Langgulung dengan judul Falsafah
Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 497.
[20] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, Cet. 1 (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 30.
[21] Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika
Umat Ekonomi, Pendidikan Dan Dakwah, Cet.1 (Jakarta: Gema Insani Press, 1998),
93.
[22] Departemen Agama RI, Al-Qur an Dan
Terjemahannya (Bandung: CV. Penerbit J-ART, 2005), 413.
[23] Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam
( Jakarta: Rajawali Pers, 2008), 351.
[24] Barsihannor, Belajar dari Luqman al-Hakim,
Cet.1 (Yogyakarta: Kota Kembang, 2009), 53.
[25] Departemen Agama RI, Al-Qur an..., 413.
[26] Muh. Ruddin Emang, Pendidikan Agama Islam,
Cet.1 (Makassar: Yayasan Fatiya, 2002), 71.
[27] Puskur Balitbang Depdiknas, Naskah
Akademik Kajian Kebijakan Kurikulun Mata Pelajaran Pendidikan Agama (Jakarta:
Balitbang Depdiknas, 2007), 3.
[28] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,
Cet. 4 (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 25.
[29] Ibid.
[30] Ibid.
[31]
http://wawasankeislaman.blogspot.com/2013/03/kumpulan-hadits-tentang-tauhid-1.html,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.23 WIB.
[32]
http://wawasankeislaman.blogspot.com/2013/03/kumpulan-hadits-tentang-tauhid-1.html,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.24 WIB.
[33]
http://wawasankeislaman.blogspot.com/2013/03/kumpulan-hadits-tentang-tauhid-1.html,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.26 WIB.
[34] Hamdani Ihsan dkk., Filsafat..., 163.
[35] Ramayulis, Ilmu...,155.
[36] HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan
Islam Dan Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 88.
[37] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam
Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 135.
[38] Ibid.
[39] Lihat di http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-45-50.html,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.41 WIB.
[40] Ibid.
[41] Ibid.
[42] Lihat di
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-45-50.html,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.45 WIB.
[43] Ibid.
[44] Lihat di
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-45-50.html,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.50 WIB.
[45] Lebih jelas lihat Enciclopedia Americana,
Int. Edition (New York: 1977, vol.27), 867.
[46] Ramayulis, Ilmu..., 197.
[47] Ibid., 92
[48] Lihat dalam
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-2-3.html,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.53 WIB.
[49] Ibid.
[50] Ibid.
[51] Lihat dalam http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-2-3.html,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.55 WIB.
[52] Ibid.
[53] Ibid.
[54] Lihat dalam
http://fauzanma-fitkuinjkt.blogspot.com/2008/12/evaluasi-dalam-al-quran.html
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 08.53 WIB
[55] Ibid.
[56] Ibid..
[57] Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), 250.
[58] Basuki Dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu
Pendidikan Islam (Ponorogo: STAIN Po Press, 2007), 77.
[59] Ibid.
[60] Ibid., 78.
[61] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam
Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), 74.
[62] Basuki Dan Miftahul Ulum, Pengantar...,
79.
[63] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah Dan
Pengelolaan Kelas (Jakarta: Haji Masagung, 1989), 123.
[64] Dari berbagai ayat Al Qur an yang
membicarakan mengenai kedudukan Allah SWT sebagai guru dapat difahami. Allah
SWT Maha memiliki pengetahuan yang amat luas dan Maha pemurah dalam arti tidak
kikir dengan ilmu-Nya, Maha tinggi, Penentu, Pembimbing, Penumbuh prakarsa,
Mengetahui kesungguhan manusia yang beribadat kepada-Nya, Mengetahui siapa yang
baik dan yang buruk, Menguasai cara-cara (metode) dalam membina umat-Nya antara
lain melalui penegasan, perintah, pemberitahuan, kisah, sumpah, pencelaan,
hukuman, keteladanan, pembantahan, mengemukakan teka-teki, mengajukan
pertanyaan, memperingatkan, mengutuk, dan meminta perhatian. Baca surat Al-
Alaq, Al Qalam, Al Muzammil, Al Mudatsir, Al Lahab, At Takwir dan Al A’la.
Lihat dalam Basuki Dan Miftahul Ulum, Pengantar..., 83.
[65] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 65.
[66] Lihat dalam
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-87-88.html,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 09.35 WIB.
[67] Lihat dalam
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-87-88.html,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 09.37 WIB.
[68] Soelaiman Joesoef & Slamet Santoso,
Pengantar Pendidikan Sosial (Surabaya: Usaha Nasional, tt.), 14.
[69] Basuki Dan Miftahul Ulum, Pengantar...,
123.
[70]
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-hijr-ayat-57-60.html,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 09.49 WIB.
[71] Lihat di
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nadwa/article/download/567/514,
(online) diakses pada 25-01-2020, pukul 09.59 WIB