MAKALAH KEANEKARAGAMAN MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat
yang berwujud sebagai komunitas desa, atau kota, atau sebagai kelompok adat
yang lain, bisa menampilkan corak yang khas. Corak khas dari suatu biasa tampil
karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang kecil, berupa suatu unsur
kebudayaan fisik dengan bentuk yang khusus. Atau karena diantara
pranata-pranatanya ada suatu pola sosial yang khusus, atau dapat juga karena
warganya menganut suatu tema budaya yang khusus. Sebaliknya, corak khas tadi
juga disebabkan karena adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar.
Berdasarkan atas corak khususnya tadi, suatu kebudayaan dapat dibedakan dari
kebudayaan lain. Dalam makalah ini akan memebahas keanekaragaman warna
masyarakat dan kebudayaannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Seperti apakah konsep suku bangsa itu ?
2.
Bagaimana dengan konsep daerah kebudayaan ?
3.
Seperti apakah daerah-daerah kebudayaan di Amerika-Asia ?
4.
Bagaiman dengan Ras, Bahasa, dan Kebudayaan ?
C.
Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk membahas keanekaragaman warna masyarakat dan
kebudayannya, yang di dalamnya terdapat konsep suku bangsa, konsep daerah
kebudayaan, dan persoalan-persoalan lain yang berhubungan dengan keanekaragaman
warna masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Suku Bangsa
1.
Suku Bangsa
Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu
masyarakat yang berwujud sebagai komunits desa, atau kota, atau sebagai
kelompok adat yang lain, bisa menampilkan corak yang khas. Hal itu terlihat
oleh orang luar yang bukan warga masyarakat yang bersangkutan. Seorang warga
dari suatu kebudayaan yang telah hidup dari hari kehari di dalam lingkungan
kebudayaan biasanya tidak melihat corak khas itu. Sebaliknya, terhadap
kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya, terutama mengenai unsur-unsur
yang berbeda menyolok dengan kebudayaan sendiri.
Corak khas dari suatu biasa tampil karena
kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang kecil, berupa suatu unsur
kebudayaan fisik dengan bentuk yang khusus. Atau karen diantara
pranata-pranatanya ada suatu pola sosial yang khusus, atau dapat juga karena
warganya menganut suatu tema budaya yang khusus. Sebaliknya, corak khas tadi
juga disebabkan karena adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar.
Berdasarkan atas corak khususnya tadi, suatu kebudayaan dapat dibedakan dari
kebudayaan lain.
Pokok perhatian dari suatu diskripsi etnografi
adalah kebudayaan dengan corak khas. Istilah etnografi untuk suatu kebudayaan
dengan corak khas adalah “suku bangsa”, atau dalam bahsa ingris ethnic group
(kelompok etnik). Tapi lebih diutamakan istilah suku bangsa daripada kelompok
etnik. Sifat kesatuan dari suatu suku bangsa bukan sifat kesatuan suatu
kelompok, melainkan sifat kestuan golongan. Oleh karena itu istilah kelompok
etnik kurang cocok.
Konsep yang tercakup dalam istilah suku bangsa
adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh sutu kesadaran dan identitas
akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering kali
dikuatkan juga oleh kestauan bahasa. Dengan demikian kesatuan kebudayaan bukan
suatu hal yang ditentukan oleh orang luar, misalnya oleh orang ahli
antropologi, ahli kebudayaan atau ahli lainnya, dengan metode-metode analisa
ilmiah, melainkan oleh warga kebudayaan yang bersangkutan itu sendiri. Dengan
demikian kebudayaan sunda merupakan suatu kesatuan, bukan karena peneliti yang
secara etnografi telah menentukan bahwa kebudayaan sunda itu merupakan
kebudayaan tersendiri yang berbeda dengan kebudayaan jawa, banten, atau bali.
Orang-orang sunada sendiri sadar bahwa diantara merka ada keseragaman mengenai
kebudayaan mereka, yaitu kebudayaan sunda yang mempunyai kepribadian dan
identitas khusus. Apalagi adanya bahasa sunda yang berbeda dengan bahasa jawa,
atau bali. Hal tersebut lebih mempertinggi kesadaran akan kepribadian khusus
tadi.
Dalam kenyatannya, konsep suku bangsa lebih
kompleks daripada apa yang terurai diatas. Ini disebabkan karena dalam
kenyataan batas kesatuan manusia merasakan diri terikat oleh keseragaman
kebudayaan itu dapat meluasnatau menyempit, tergantung pada keadaan. Misalnya,
penduduk pulau flores di NTT terdiri dari beberapa suku bangsa yang khusus,
juga menurut kesdaran orang flores, yaitu orang Manggarai, Ngada, Sika, Riung,
Ende, dan Larantuka. Kepribadian dari suku bangsa tersebut dikuatkan oleh
bahasa-bahasa khusus, yaitu bahasa manggarai, ngada, sikka, ende, dan lainnya
yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga seorang manggarai tidak
mengerti bahsa sikka, orang sikka tidak mengerti bahasa ngada. Walaupun
demikian kalau orang Flores berada di jakarta misalnya, merka akan merasa
bersatu sebagai putra Flores, dan tidak sebagai orang sikka, larantuka, atau
ngada.
Mengenai makna suku bangsa harus lengkap tidak
boleh suku saja. Sebaiknya kita mengetahui suku bangsa Minangkabau, suku bangsa
Sunda, Suku bangsa Makasar, dan lain-lain. Hal tersebut sangat penting karena
istilah suku, baik dalam bahasa Minangkabau maupun dalam sistem peristilahan
etnogrfi dan ilmu hukumadat Indonesia, sudah mempunyai arti teknikal yang khas.
2.
Aneka Warna Kebudayaan Suku Bangsa
Kecuali mengenai besar kecilnya jumlah penduduk
dalam kestauan masyarakat suku bangsa, seorang sarjana antropologi tentu
menghadapi suatu perbedaan asas dan kompleksitas dari unsur kebudayaan yang
menjadi pokok penelitian atau pokok deskripsi etnografinya. Dalam hal itu, para
sarjana antropologi sebaiknya membedakan kesatuan masyarkat suku-suku bangsa di
dunia berdasarkan asa kriterium mata pencarian dan sistem ekonomi kedalam enam
macam: (1) masyarakat pemburu dan peramu, (2) masyarakat peternak, (3) masyarakat
peladang,(4) masyarakat nelayan, (5) dan masyarakat perkotaan.
Kebudayaan suku bangsa yang hidup dari berburu
dan meramu pada akhir abad ke-20 sudah hampir tidak ada di muka bumi. Mereka
tinggal di daerah terisolasi di daerah pinggiran atau daerah terpencil yang
karena keadaan alamnya tidak suka diganggu oleh bangsa-bangsa lain. Daerah
seperti itu misalnya, daerah di pantai utara kanada yang telampau dingin atau
daerah yang tidak cocok untuk bercocok tanam seperti daerah gurun. Di daerah
pantai utara kanada tinggal suku bangsa eskimo yang memburu binatang kutub. Di
daerah gurun kalihara di afrika selatan
tinggal orang bushmen, dan gurun Australia tinggala beberapa suku bangsa
penduduk asli Australia (aborigin) sebagai pemburu binatang gurun.
Pada masa kini jumlah dari semua suku bangsa
yang hidup dari berburu di seluruh dunia belum ada setengah juta orang.
Dibandingkan dengan sluruh penduduk dunia yang berjumlah tiga milir orang, maka
hanya tinggal kira-kira 0,01% dari seluruh penduduk dunia yang masih hidup dan
berburu. Jumlah itu semakin berkurang karena suku-suku bangsa yang berburu
sudah banyak yang pindah ke kota untuk menjadi buruh.
Masyarakat peternak yang hidup hingga kini
masih ada di daerah-daerah padang rumput stepa atau sabana di Asia Barat Daya,
Asia Tengah, Siberia, Asia Timur Laut,Afrika Timur, atau Afrika Selatan.
Binatang yang dipelihara berbeda menurut daerah geografinya. Misalnya, di
daerah sumber air di gurun Semenanjung Arab hidup suku bangsa badui yang
memelihara unta, kambing dan kuda. Di daerah gurun stepa dan sabana di Asia
Barat daya hidup suku bangsa khanzah di Iran, dan Pashtun di Afganistan yang
memelihara domba sapi dan kuda.
DI daerah stepa Asia Tengah hidup suku bangsa
Mongolik dan Turkik, seperti buryatyi, Kazakh, dan Uzbek yang memlihara domba,
kambing, unta, dan kuda. Kehidupan suku peternak adalah sangat labil. Merka
pindah dari suatu perkemahan ke perkemahan lain dengan menggembala ternak
mereka terentu. Merka memeras susu ternak yang mereka buat menjadi mentega,
keju, makanan-makana susu lain dapat disimpan lama.
Masyarakat peladang yang hidup terbatas di
daerah hutan rimbika tropikal di daerah aliran sungai Kongo di Afrika Tengah,
di Asia Tenggara termasuk Indonesia, dan didaerah pengairan sungai Amazon di
Amerika Selatan. Para peladang tersebut menggunakan tekhnik bercock tanam yang
sama. Mereka mulai membersihkan belukar dalam hutan, menebang pohon-pohon dan
membakar daun-daun, dahan dan balok-balok pohon ditebang. Mereka menanam
berbagai macam tanaman tanpa pengolahan tanah dan irigasi. Bercocok tanam di
ladang merupakan suatu mata pencaharian yang dapat mejadi dasar suatu
peradaban. Contoh peradaban Indian Maya dalam abad ke-15 di Meksiko Selatan,
Yukatan, dan Guatemala di Amerika Tengah.
Masyarakat nelayan da di seluruh dunia, di
sepanjang pantai, baik dari negara-negara yang berada di pinggir benua maupun
pulau-pulau. Secara khusus daerah desa nelayan biasanya terletak di muara
sungai atau sekitar teluk. Di muara sungai memudahkan nelayan untuk melabuhkan
perahunya yang mereka pakai ke laut, sedangkan di teluk banyak terdapat ikan.
Suatu masyarakat nelayan tentu mengetahui
teknologi pembuatan perahu, mengetahui cara-cara navigasi di laut, mempunyai
organisasi sosial yang dapat menampung suatu sistem pembagian kerja antara
nelayan, pemilik perahu, dan pembuat perahu. Sedangkan sistem religinya
biasanya mengandung unsur-unsur keyakinan, upacar-upacara, serta ilmu gaib yang
erat kaitannya dengan persepsi serta konsepsi mereka mengenai laut.
Mayarakat petani pedesaan pada masa sekarang
merupakan bagian terbesar dari objek perhatian para ahli antropologi, karena
suatu proporsi terbesar dari penduduk masa kini merupakan petani yang hidup
dalam komunitas desa, yang berdasarkan pertanian, khususnya bercocok tanam
menetap secara tradisisonal dengan irigasi.
Masyarakat yang kompleks telah menjadi objek
perhatian para ahli antropolgi, terutama sesudah perang dunia II. Pada masa itu
timbul banyak negara baru bekas jajahan, dengan penduduk yang terdiri dari
banyak suku bangsa, golongan, bahasa, dan agama dalam satu wadah negara
nasional yang merdeka.
B.
Konsep Daerah Kebudayaan
Suatu daerah kebudayaan atau culture area
merupaka suatu penggabungan atau penggolongan (oleh ahli antropologi) dari
suku-suku bangsa yang dalam masing-masingkebudayaan yang beranaeka warna
mempunyai beberapa unsur dari ciri mencolok serupa. Sistem penggolongan daerah
kebudayaan yang sebenarnya merupakan suatu sistem klasifikasi yang mengklaskan
beraneka warna suku bangsa yang tersebar disuatu daerah atau benua besar,
kedalam golongan berdasarkan atas beberpa persamaan unsusr dalam kebudayanya.
Hal ini untuk memudahkan gambaran menyeluruh dalam hal penelitian analisa atau
penelitian komperatif dari suku-suku bangsa di daerah atau benua yang
bersangkutan.
Saran-saran pertama untuk perkembangan sistem
culture area nerasal dari seorang ilmuan antropologi di Amerika, F. Boas.
Walaupun para pengarang dari abad ke-19 tentang kebudayaan dab masyarakat suku
bangsa indian pribumi benua Amerika telah mempergunakan istilah klasifikasi
berdasarkan daerah-daerah geografi di benua Amerika yang menunjukan banyak
persamaan dengan sistem klasifikasi culture area di Amerika Utara yang kita
kenal sekarang.
Meskipun benih-benih untuk sistem klasifikasi
culture area itu sudah ada pada para
pengarang etnografi di Amerika, tetapi murid Boas bernama C. Wissler adalah
yang membuat konsep itu populer, terutama karena bukunya yang berjudul The
American Indian (1920), di mana ia membicarakan berbagai macam suku bangsa
indian Amerika Utara berdasarkan atas sembilan buah culture area.
Sistem culture area mulai dikembangkan oleh C.
Wissler untuk mengklasifikasikan aneka
warna kebudayaan penduduk indian pribumi di Amerika Selatan, Oseania, Afrika,
dan di Asia, semuanya dengan sedikit keterangan dan contoh.
C.
Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika-Asia
Clark Wissler mengklasifikasikan Amerika Utara
kedalam sembilan daerah kebudayaan.
a.
Daerah Kebudayaan di Amerika Utara
1.
Daerah kebudayaan eskimo
Yang meliputi susku-suku bangsa pemburu
binatang laut di pantai utara dan barat laut kanada, serta pantai-pantai yang
berhadapan dengan panatai kanada seperti Greenlandyang telah mengdaptasikan
diri terhadap kehidupan di daerah sebelah utara garis pantai dan di dalam suatu
alam yang sangat dingin dan banyak es dan salju keras. Contoh suku bangsa dari
daerah ini Eskimo, Nanivakimut di Alaska, Eskimo Iglulik di pantai bagian utara
dari teluk Hudson.
2.
Daerah Kebudayaan Yukon-Mackenzi
Yang meliputi suku-suku bangsa pemburu binatang
hutan koniferus di Kanada Barat Laut, seperti beruang atau binatang-binatang
buruan yang lebih kecil, serta penangkapan ikan di sungai-sungai Yukon dan
Mackenzi, serta anak-anak sungai. Dibeberapa tempat ada pula suku-suku bangsa
yang musim-musim tertentu memburu binatangrusa reindeer. Salju lembut yang
banyak di daerah itu telah menyebabkan berkembangnya alat sepatu salju. Contoh
suku bangsa di daerah itu adalah Tanana di hulu sungai Yukon, Kaska di hulu
sungai Mackenzie, dan chipwayan di daerah-daerah danau kanada utara.
3.
Daerah Kebudayaan pantai barat laut
Yang meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat
rumpun yang hidup di desa-desa tepi pantai barat laut Kanada, atau di tepi
pantai pulau-pulau yang berhadapan dengan panatai Kanada. Suku bangsa itu hidup
dari perikanan (ikan salm) dan membru ikan paus dilaut terbuka. Ciri yang
mencolok dari kebudayaannya adalah upacara-upacara tetonisme dengan suatu seni
patung kayu yang berkembang luas, seni teun yang indah, danadat setiadat
sekitar potlatch, yaitu pesta-pesta besar dimana kelompok-kelompok kekerabatan
yang berasal dari desa-desa lain saling bersaing secara berlebihan dalam hal
memamerkan kekayaan. Contoh suku bangsa dari daerah ini adalah Tlinggit, Haida,
dan Kwakikut.
4.
Daerah Kebudayaan Dataran Tinggi
Yang meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat
rumpun hidup di desa-desa, dirumah-rumah setengah di bawah tanah dalam musim
dingin dan rumah-rumah jerami untuk musim panas . Mata pencariannya adalah
perikanan dan meramu tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Contoh suku bangsa ini
adalah Kutensi, Klamat, dan Yurok.
5.
Daerah kebudayaan Plains
Yang meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat
rumpun yang sampai sekitar abad ke-19 tersebar didaerah stepa-stepa yang sangat
luas, yaitu di ddaerah praire atau plains diantara sungai besra misissipidan
deret pegunungn Rocky, yang hidup dari berburu binatang banteng bison
dengan kuda ( yang pemakainnya mereka
pelajari dari orang spanyol). Sekarang dengan musnahnya bison, orang indian
praire sudah mempunyai mata pencaharian hidup lain atau sudah tersebar di
kota-kota. Contoh suku bangsa daerah ini adalah Crow, Omaha, dan Comanche.
6.
Daerah kebudayaan hutan timur
Yang meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat
rumpun yang tersebar di daerah-daerah sekitar bagian timur laut, dan yang hidup
berdasarkan pertanian menetap dengan jagung sebagai tanaman pokok. Suku bangsa
itu umumnya hidup di desa-desa dengan rumah-rumah panjang yang terbuat dari
kulit pohon untuk musim panas dan rumah-rumah setengah bola yang juga terbuat
dari kulit pohon untuk musim dingin (wigwam). Contoh suku bangsa ini adalah
Winnebago, Huron, dan Iroquis.
7.
Daerah kebudayaan dataran kalifornia
Yang meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat
rumpun yang hidup dari berburu dan mengumpulkan biji-bijian. Mereka tinggal
dalam rumah-rumah jerami dan terkenal dengan seni keindahan anyamannya. Contoh
suku bangsa ini adalah Miwok, Washo, dan Ute.
8.
Daerah kebudayaan Barat Daya
Yang meliputi suku-suku bermasyarakat rumpun
yang tersebar di daerah gurun dan setengah gurun, dan hidup dari pertanian
intensif di lembah-lembah sungai. Suku bangsa itu tinggal di desa-desa berumah
persegi bertingkat-tingkat yang terbuat dari tanah liat (peublo), dan yang
sering dibangun diatas puncak gunung karang yang tinggi curam untuk keperluan
pertahanan. Contoh suku bangsa ini adalah Apache, Navaho, Zuni Peublo, Hopi
Peublo, dan santa carla peublo.
9.
Daerah kebudayaan tenggara
Yang meliputi suku-suku bangsa bermasyaratkat
rumpun yang bercocok tanam intensif dengan cangkul dan menanam jagung,
labu-labuan dan tembakau sebagai tanaman pokok. Mereka hidup dalam desa dengan
rumah-rumah berbentuk persegi panjang yang tergabung dalam federasi-federasi
desa yang luas. Dalam kehidupan kehidupan keagamaannya merka telah mengembangkan
suatu sistem upacara yang luas berpusat pada pemujaan matahari. Contoh suku
bangsa ini adalah Cherokee, Seminole, dan Chowtow
10.
Dearah Kebudayaan Meksiko
Yang meliputi suku-suku bangsa bermasyarakat
rakyat pedesaan yang berorientasi terhadap peradaban kota yang banyak
terpengaruh oleh kebudyaan spanyol dan agama Katolik.
Dalam zaman sebelum orang Spanyol datang,
rakayat pedesaan berorientasi pada suatu perdaban yang tinggi di kota-kota
besra dengan bangunan kuil-kuil yang indah, pusat penyembahan matahari, yang
dilakukan dengan upacara-upacara luas dengan korban manusia. Rakyat hidup dari
bercocok tanam di ladang dengan jagung, kentang , labu-labum, tembakau, dan
kapas sebagai tanaman pokok.
b.
Daerah-daerah kebudayaan di Asia
Suatu pembagian dari benua Asia kedalam
daerah-daerah kebudayaan pernah dibuat oleh AL. Kroeber. Pembagian itu
sebenarnya masih bersifat kasar dan lebih berdasrkan common sense daipad
analisa dan perbandingan dengan unsur-unsur kebudayaan secara mendalam dan
luas.
Pada hakikatnya sutu benua besar seperti Asia
terlamapau besar perbedaan-perbedaan sifat-sifatnya untuk dapat dibagi secara
keseluruhan ke dlam daerah-daerah kebudayaan. Kalau kita ambil bagian-bagian
khusus dari benua itu, misalnya Asia Barat Daya, Siberia, Asia Selatan, atau
daerah lain yang mengklasifikasikan aneka warna kebudayaan dalam bagian khusus
itu kedalam daerah-daerah kebudayaan, maka bru klasifikasi seperti ada artinya.
Dalam bab ini kawasan Asia menurtu Kroeber
dengan beberapa perubahan, kedalam tujuh bagian yaitu :
1.
Daerah Kebudayaan Asia Tenggara
2.
Daerah Kebudayaan Asia Selatan
3.
Daerah Kebudayaan Asia Barat Daya
4.
Daerah Kebudayaan China
5.
Daerah Kebudayaan Stepa
6.
Daerah Kebudayaan Siberia Asia Tengah
7. Daerah Kebudayaan Asia timur Laut
8.
Suku-suku bangsa di Indonesia
Seorang ahli Antropologi biasanya, kecuali
memilih suatu kejuruan mengenai satu sub ilmu dalm antropologi fisik, ahli
etnologi, ahli antropologi-sosial, dan sebagainya, juga memilih suatu kejuruan
mengenai suatu daerah di muka bumi ( Ahli Asia Barat Daya, Ahli Amerika Utara,
Ahli Amerika Latin, ahli Oseania, ahli Asia tenggara, dan sebagainya).
Kita tinjau seorang ahli asia tenggara secara
konvensional seorang ahli antroplogi serupa itu dianggap mengenal secara luas
dan mendalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan semua suku bangsa yang
tersebar di Birma,Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan
Filipina. Biasanya ia pernah melakukan penelitian yang mendalam diantara paling
sedikit dua suku bangsa, terdapat mungkin satu di Benua (Asia Tenggara), dan
satu di kepulauan (Asianesia).
Seorang ahli antropologi Indonesia sudah tentu
tidak dapat mengikuti syarat-syarat konvensional yang lazim diterima oleh dunia
antropologi itu. Seorang ahli Antropologi Indonesia wajib untuk mengenal
bentuk-bentuk masyarakat dan kebudayaan di wilyah indonesia sendiri, dan wajib
mengetahui dengan cukup mendalam masyarakat dan kebudayaan diwilayah negara
tetangga, yaitu : Malaysia, Brunei, Filipina, Papua Nugini dan Asia tenggara
pada umumnya.
Klasifikasi dari aneka waran suku bangsa di
Indonesia biasanya masih berdasarkan sistem lingkaran hukum adat yang mula-mula
disusun oleh Van Vallenhoven. Sistem yang tergambar dalam peta 7 membagi
Indonesia kedalam 19 daerah yaitu:
1.
Aceh
2.
Sulawesi Selatan
3.
Gayo-Alas Batak
4.
Ternate
5.
Nias dan Batu
6.
Ambon Maluku
7.
Minangkabau
8.
Kepulauan Barat Daya
9.
Mentawai
10.
Papua (Irian)
11.
Sumatra Selatan
12.
Timor
13.
Enggano
14. Bali
dan Lombok
15.
Melayu
16. Jawa
Tengah dan Jawa Timur
17.
Bangka dan Belitung
18.
Surakarta dan Yogyakarta
19.
Kalimantan
20. Jawa
Barat
21.
Sangir-Talaud
22.
Gorontalo
23.
Toraja
Mengenai lokasi suku-suku bangsa di Indonesia
masih berdasarkan peta bahasa dari J.Esser. Hrus diperhatikan terutam untuk
daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Timur bahkan bagian dari Sumatra
masih banyak terdapat keragu-raguan.
D. Ras
, Bahasa, dan Kebudayaan
Sejumlah manusia yang memiliki ciri-cir ras
tertentu yang sama, belum tentu mempunyai bahasa induk yang termasuk satu
keluarga bahasa, apalagi mempunyai satu kebudayaan yang tergolong satu daerah
kebudayaan. Diantara sejumlah manusia itu, misalnya ada beberapa orang Thai, Khmer,
dan beberapa orang sunda. Ketiga golongan tersebut mempunyai ciri-ciri ras yang
sama, yang dalam Ilmu Antropologi fisik disebut ciri-ciriras Paleo-Mongoloid.
Namun bahasa induk masing-masingorang tadi termasuk keluarga bahasa yang
berlainan. Bahasa Thai termasuk keluarga bahasa Sino-Tibetani, bahsa Khmer
termasuk keluarga bahasa Austro-Asia, dan Bahasa Sunda termasuk kelurga bahasa
Austronesia. Kebudayaan Thai dan Khmer terpengaruh oleh agama Budha Theravada,
kebudayaan sunda terpengaruh oleh agam Islam.
Ada sejumlah manusia yang memiliki ciri-ciri
ras yang berbeda tetapi mempergunakan beberpa bahasa induk yang berasal dari
satu keluarga bahasa, sedangkan kebudayaan mereka berbeda, seperti orang Huwa
di daerah pegunungn Madagaskar, dengan orang Jawa, dan orang papua daerah
pantai utara papua. Orang Huwa memiliki ciri-ciri ras Negroid dengan beberpa
unsur ras Kaukasoid Arab, orang Jawa memiliki ciri-ciri ras Mongoloid-Melayu,
dan orang Papua memiliki ciri-ciri ras Melanosoid.
Tetapi ketiga golongan manusia tersebut
mempergunakan bahasa yang termsuk satu induk, yaitu bahasa Huwa, bahasa Jawa,
bahasa Bugis, yang walaupun berbeda antara yang satu dengan yang lain, tetapi
termasuk keluarga bahasa Austronesia. Kebudayaan orang Huwa adalah kebudayaan
orang pertanian dengan irigasi, yang dikuasai kerajaan kuno Imerina, dengan
agama pribumi dan kini terpengaruh oleh agama Katolik. Kebudayaan Huwa
digolongkan kedalam daerah kebudayaan Madagaskar. Kebudayaan Jawa adalah
kebudayaan pertanian dengan irigasi yang hidup untk sebagian besar dalam
masyarakat pedesaan yang dikuasai oleh suatu rangkaian kerajaan-kerajaan kuno
sejak abad ke-9, dengan agama Hindu dan Budha Mahayana yang kemudian terpengruh
oleh agama Islam.
Kebudayaan Jawa kemduian digolongkan kedalam
lingkaran hukum adat Jawa-Madura. Kebudayaan penduduk pantai utara Papua adalah
peramu sagu, yang hidup didesa-desa kecil disepanjang lembah-lembah sungai
dekat rawa-rawa dan hutan-hutan sagu.
Mereka memupunyai satu sistem religi pribumi
yang kini terpengaruh oleh agama Kristen Belanda Keadaan lain adalah dimana
sejumlah manusia dengan sejumlah kebudayaan, berasal dari berbagai ras, contoh
di negara-negara besar Zaman sekarang. Warga negara Amerika Serikat hidup dalam
satu kebudayaan, yaitu kebudayaan Amerika masa kini, tetapi merke berasal dari
berbagai macam ras, yaitu ras Kaukasoid, ras Negroid (Amerika Indians) dan Ras
Mongoloid Amerika (Chinese American, Japanese American, atau Korean American).
Dengan demikian, warga negara Inggris
dikota-kota besar yang berkebudayaan Inggris masa kini ada yang memilki ciri
–ciri ras Kaukasoid, ras Kaukasoid India (India warga negara Inggris), dan
Mongoloid (cina warga negara Inggris).
Dari contoh-contoh diatas jelas bahwa perbedaan
ras antar manusia di muka bumi, mencapai kemantapan sejak beberapa ratus ribu
tahun yang lalu, ketika persebaran keluraga bahasa, terjadi kemudian, yaitu
sejak beberapa puluh ribu tahunyng lalu, sedang pembentukan dan penyebaran
aneka warna kebudayaan merupakan suatu proses yang terjadi kemudian, yaitu
dalam akhir zaman Prihestoria dan selama Zaman Histori, yaitu kira-kira empat
ribu tahun.
Namun untuk keperluan analisa antropologi
secara historis perlu mengetahui pola-pola penyebaran yang asli dari aneka
warna ras, bahasa dan kebudayaan di muka bumi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adanya keragaman manusia di maksudkan bahwa
setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah
mahluk individu memiliki ciri-ciri khas sendiri. Dalam kehidupan masyarakat
juga terdapat keanekaragaman warna dan kebudayaan. Misalnya keanekaragaman
ras,bahasa,budaya,dan lain-lain. Adanya keanekaragaman budaya juga turut
dipengaruhi oleh keadaan geografi suatu lingkungan masyarakat. Dengan adanya keadaan geografi
yang berbeda juga turut mempengaruhi pola kehidupan suatu masyarakat, sperti
berburu,meramu,berladang,berternak,dll.
B.
Saran
Dengan adanya keanekaragaman warna masyarakat
dan kebudayaan hendaknya kita menyikapinya dengan bijak. Toleransi dan saling
menghormati antar sesama masyarakat harus dijunjung tinggi. Walaupun banyak
perbedaan dalam kehidupan masyarakat. Hal yang terpenting adalah menghindari
sifat etnosentrisme dan egoisme dalam kehidupan masyarakat yang multikultural
demi tercapainya kelangsungan hidup masyarakat yang damai dan aman.
Daftar Pustaka
..............Fathoni,Abdurrahmat.2006.Antropologi
Sosial Budaya.Jakarta:Rineka Cipta
..............Herimanto.2008.Ilmu
Sosial.Jakarta:Bumi Aksara
..............Koentjoroningrat.2010.Sejarah
Teori Antropologi.Jakarta:UI-Press