PENDEKATAN PENILAIAN ACUAN NORMA (PAN) DAN PENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP)

PENDEKATAN PENILAIAN PAN DAN PAP

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.           Latar Belakang Masalah

Diantara tugas guru dalam kegiatan pembelajaran adalah merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan dan menilai hasil belajar. Kemampuan guru dalam memilih dan menyusun instrumen penilaian yang sesuai dengan tujuan penilaian, mengolah dan menafsirkan hasil penilaian akan sangat berpengaruh terhadap kualitas data hasil penilaian sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu kemampuan menilai proses dan hasil belajar siswa merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru maupun calon guru.[1]

Dalam mengolah dan menafsirkan hasil penilaian memerlukan sebuah acuan standar penilaian atau asesmen. Dalam melakukan penilaian ada 2 jenis standar yang dapat digunakan oleh guru dalam mengolah hasil penilaian yaitu; Penilaian Acuan Normatif (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP). Kedua acuan ini menggunakan asumsi yang berbeda tentang kemampuan seseorang. Asumsi yang berbeda akan menghasilkan informasi yang berbeda. Penafsiran hasil antara kedua acuan ini juga berbeda sehingga menghasilkan informasi yang berbeda maknanya.[2]

Dari pemaparan di atas, penulis akan mencoba membahas lebih lanjut tentang penentuan standart asesmen, melalui pendekatan acuan norma (PAN) dan pendekatan acuan patokan (PAP).[3]

Untuk itu kami akan membahas dalam makalah ini segala yang berkaitan dengan Pendekatan Penilaian PAN Dan PAP  dan yang berkaitan dengannya. Selanjutnya makalah ini kami beri judul “Pendekatan Penilaian PAN Dan PAP ”

B.            Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam makalah ini akan membahas diantaranya :

1.   Apakah pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) ?

2.    Apakah Persamaan dan perbedaan PAN dan PAP ?

3.    Apakah Kekurangan dan kelebihan PAN dan PAP ?

C.           Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendiskripsikan tentang :

1.    Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

2.    Persamaan dan perbedaan PAN dan PAP

3.    Kekurangan dan kelebihan PAN dan PAP

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.        Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)                 

Terdapat dua pendekatan yang berlaku dalam penilaian hasil belajar, yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).[4]

Kedua pendekatan ini berbeda dalam tujuan, cara penerapan dan bagaimana menginterpretasikan hasil penilaian

1.         Penilaian Acuan Norma (PAN / Norm Referenced Evalution)

Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut. Dengan kata lain PAN merupakan sistem penilaian yang didasarkan pada nilai sekelompok siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada kelompok tersebut. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan skor pada kelompok itu.[5]

Dalam hal ini “norma” berarti kapasistas atau prestasi kelompok, sedangkan “kelompok” adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut, dapat kelompok siswa dalam satu kelas, sekolah, rayon, propinsi dan lain-lain. PAN juga dapat dikatakan penilaian “apa adanya” dengan pengertian bahwa acuan pembandingnya semata-mata diambil dari kenyataan yang diperoleh (rata-rata dan simpangan baku) pada saat penilaian dilakukan dan tidak dikaitkan dengan hasil pengukuran lain.[6] Dengan kata lain Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu Pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang-orang lain dalam kelompoknya.[7]

PAN adalah membandingkan skor yang diperoleh peserta didik dengan standar atau norma relatif. Karena apabila seorang siswa yang terjun ke kelompok A termasuk “Hebat”, mungkin jika pindah ke kelompok lainnya hanya menduduki kualitas “Sedang saja”. PAN digunakan untuk menafsirkan hasil tes sumatif.[8]

PAN menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku pada kurva normal. Hasil-hasil perhitungannya dipakai sebagai acuan penilaian dan memiliki sifat relatif sesuai dengan naik turunnya nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan pada saat itu.[9]

Penggunaan sistem PAN membiarkan siswa berkembang seperti apa adanya. Namun demikian guru tetap merumuskan Tujuan Khusus Pembelajaran (TKP) sesuai dengan tuntutan kompetensi. TKP yang berorientasi pada kompetensi tetap dipakai sebagai tumpuan dalam penyusunan evaluasi akan tetapi pada saat pemberian skor yang diperoleh siswa maka TKP tidak dipergunakan sebagai pedoman. Batas kelulusan tidak ditentukan oleh penguasaan minimal siswa terhadap kompetensi yang ditetapkan dalam TKP, melainkan didasarkan pada nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan kelompoknya.[10]

Dengan demikian kelemahan sistem PAN dapat terlihat jelas bahwa tes apapun, dalam kelompok apapun, dengan kadar prestasi yang bagaimanapun pemberian nilai dengan model pendekan PAN selalu dapat dilakukan. Oleh karena itu penggunaan model pendekatan ini dapat dilakukan dengan baik apabila memenuhi syarat antara lain:

a.    Skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal;

b.    Jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti sampel yang digunakan besar.[11]

Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus ditetapkan yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan batas lulus. Terdapat dua cara di dalam menentukan batas kelulusan antara lain: menetapkan terlebih dahulu jumlah yang diluluskan, misalnya 75% dari seluruh peserta tes, kemudian skor tiap siswa disusun dan diranking sehingga akan diketemukan skor terendah. Cara kedua dengan menggunakan data statistik yang terdapat dalam kurva normal dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku, sehingga akan diketemukan luas daerah kurva normal atau jumlah anak yang diluluskan.[12]

Tujuan penggunaan PAN adalah untuk mengklasifikasikan mahasiswa. PAN dirancang untuk membedakan pencapaian nilai mahasiswa yang tinggi dengan yang rendah. Untuk membuat ranking pencapaian prestasi mahasiswa.[13]

Pertimbangan pemilihan PAN yaitu :

a.    Dipakai untuk semua mata kuliah dari yang sangat teoritis (penuh materi kognitif) sampai ke mata kuliah yang paling praktis (penuh muatan keterampilan).

b.    Mata kuliah tersebut bukan merupakan prasyarat mata kuliah yang lain atau mata kuliah pada tingkat yang lebih tinggi.

c.    Hasil ujian mahasiswa diperiksa dan angka hasil ujian disusun dalam bentuk kurva normal dan dihitung angka rata-rata dan simpangan bakunya.

d.   Menghasilkan kurve normal karena pendekatan ini pada dasarnya tidak mengkaitkan dengan proses belajar mengajar.

e.    Membiarkan mahasiswa berkembang normal atau apa adanya sehingga dalam kelompok mahasiswa itu masih terdapat perbedaan yang luas antara mereka yang mencapai hasil belajar tinggi dan mereka yang mencapai hasil belajar yang rendah.

f.     Makin normal kurve yang dihasilkan pengukuran menunjukkan ujian yang dipergunakan makin baik dan makin baik sistem pengajaran yang diselenggarakan.[14]

Penerapan PAN

a.    Batas lulus yang dipakai tidak lagi memperhatikan penguasaan tujuan instruksional tapi pada angka rata-rata dan besarnya simpangan baku. Lazimnya batas lulus ditetapkan berdasarkan persentase jumlah mahasiswa yang akan diluluskan dalam ujian yang sedang berlangsung.

b.    Penetapan persentase kelulusan ditentukan oleh dosen dan disepakati Jurusan/ Departemen

c.    Untuk menetapkan persentase jumlah mahasiswa yang diluluskan dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Cara Pertama : Penetapan persentase mahasiswa yang diluluskan (A, B+, B, C+, C) : 70% dengan cara mengurutkan nilai tertinggi sampai yang terendah.[15]

Cara Kedua : Menggunakan perhitungan MEAN (nilai rata-rata) dan SD (standart deviasi) yang diperoleh. Cara ke dua ini berbeda dengan cara pertama, dan persentase kelulusan mungkin tidak sama dibandingkan bila dilakukan dengan cara pertama.[16]

2.         Penilaian Acuan Patokan (PAP / Criterion Referenced Evaluation)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah model pendekatan penilaian yang mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan atau Tujuan Khusus Pembelajaran (TKP) yang telah ditetapkan sebelumnya. PAP merupakan suatu cara menentukan kelulusan siswa dengan menggunakan sejumlah patokan. Bilamana siswa telah memenuhi patokan tersebut maka dinyatakan berhasil. Tetapi bila siswa belum memenuhi patokan maka dikatakan gagal atau belum menguasai bahan pembelajaran tersebut. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan siswa tentang materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.[17] Dengan kata lain Penilaian Acuan Patokan (PAP) yaitu Pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan patokan "batas lulus" yang telah ditetapkan.[18]

PAP adalah membandingkan skor yang diperoleh peserta didik dengan suatu standar atau norma absolut. PAP pada umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil tes formatif.[19]

Siswa yang telah melampaui atau sama dengan kriteria atau patokan keberhasilan dinyatakan lulus atau memenuhi persyaratan. Guru tidak melakukan penilaian apa adanya melainkan berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sejak pembelajaran dimulai. Guru yang menggunakan model pendekatan PAP ini dituntut untuk selalu mengarahkan, membantu dan membimbing siswa ke arah penguasaan minimal sejak pembelajaran dimulai, sedang berlangsung dan sampai berakhirnya pembelajaran. Kompetensi yang dirumuskan dalam TKP merupakan arah, petunjuk dan pusat kegiatan dalam pembelajaran. Penggunaan tes formatif dalam penilaian ini sangat mendukung untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa. Pelaksanaan PAP tidak memerlukan perhitungan statistik melainkan hanya tingkat penguasaan kompetensi minimal.[20]

Sebagai contoh misalnya: untuk dapat diterima sebagai calon tenaga pengajar di perguruan tinggi adalah IP minimal 3,00 dan setiap calon harus lulus tes potensi akademik yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria di atas siapapun calon yang tidak memenuhi persyaratan di atas maka dinyatakan gagal dalam tes atau tidak diterima sebagai calon tenaga pengajar.[21]

Seperti uraian di atas tingkat kemampuan atau kelulusan seseorang ditentukan oleh tercapai tidaknya kriteria. Misalnya seseorang dikatakan telah menguasai satu pokok bahasan/ kompetensi bilamana ia telah menjawab dengan benar 75% dari butir soal dalam pokok bahasan/ kompetensi tersebut. Jawaban yang benar 75% atau lebih dinyatakan lulus, sedang jawaban yang kurang dari 75% dinyatakan belum berhasil dan harus mengulang kembali.[22]

Muncul pertanyaan bahwa apakah siswa yang dapat menjawab benar 75% ke atas juga akan memperoleh nilai yang sama? Hal ini tergantung pada sistem penilaian yang digunakan. Jika hanya menggunakan kriteria lulus dan tidak lulus, berarti siswa yang menjawab benar 75% ke atas adalah lulus, demikian juga sebaliknya siswa yang menjawab benar kurang dari 75% tidak lulus. Apabila sistem penilaian yang digunakan menggunakan model A, B, C, D atau standar yang lain, kriteria ditetapkan berdasarkan rentangan skor atau skala interval.[23]

Perlu dijelaskan bahwa kriteria atau patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak. Artinya kriteria itu bersifat tetap, setidaknya untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa yang mengikuti tes di lembaga yang bersangkutan.[24]

Tujuan penggunaan PAP adalah untuk menentukan apakah seorang mahasiswa sudah menguasai tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Dosen dapat memilih PAP bila mereka ingin mengetahui sejauh mana mahasiswa telah menguasai keterampilan yang diharapkan dapat dicapai. Informasi ini berguna untuk menentukan seberapa baik mahasiswa telah mempelajari kurikulum dan sebaik mana 'sekolah' mengajarkan kurikulum.[25]

Pertimbangan pemilihan PAP yaitu :

a.    Tidak menggunakan angka rata-rata yang dihasilkan dalam kelompok yang diuji melainkan telah terlebih dahulu ditetapkan kriteria keberhasilan yaitu "batas lulus" penguasaan tujuan instruksional (bahan pelajaran).

b.    Mahasiswa yang telah mencapai batas ini dianggap telah berhasil dalam belajar dan diperkenankan mempelajari bahan pelajaran yang lebih tinggi sedang yang belum mencapai dianggap belum berhasil.

c.    Bila dosen menggunakan PAP maka dalam proses pengajarannya dosen tidak bisa begitu saja membiarkan mahasiswa menjalani sendiri proses belajarnya, melainkan terus menerus secara langsung atau tidak langsung merangsang dan memeriksa kemajuan belajar mahasiswa.

d.   Dosen membantu mahasiswa melewati tahap pengajaran sampai berhasil.

e.    Pendekatan ini menuntut usaha yang lebih terarah dan terencana sejak sebelum, selama dan sesuai penyelenggaraan pengajaran.

f.     Dalam pelaksanannya bila dosen menggunakan PAP harus melaksanakan Formatif Test dan Sumatif Test.[26]

 Penerapan PAP

a.    Dosen harus menetapkan Tujuan Instruksional mata kuliah dan batas lulusnya dalam pencapaian tujuan instruksional.

b.    Penetapan patokan 'batas lulus' tergantung pada sifat mata kuliah. Bila diperlukan penguasaan yang akurat/ keterampilan yang tinggi maka 'batas lulus' akan lebih tinggi dibandingkan mata kuliah yang mensyaratkan keterampilan yang tidak terlalu tinggi.

c.    Batas lulus' ini ditetapkan dosen dan disepakati oleh Jurusan/ Departemen.

d.   Di bawah ini contoh penetapan batas lulus derajat penguasaan tujuan instruksional dengan PAP.[27]

Contoh batas lulus 50% dan 60 %

A = 85 - 100 %

B+ = 80 - 84 %

B = 70 - 79 %

C+ = 65 - 69 %

C = 50 - 64 %

D = 45 - 49 %

E = < 45 %

A = > - 90 %

B+ = 85 - 89 %

B = 80 - 84 %

C+ = 70 - 79 %

C = 60 - 69 %

D = 50 - 59 %

E = < 50 %

 

Penghalusan angka mentah

Rumus Penghalusan Angka Mentah

              AHU

 

AMH = -------- X Na

 

               AM

 

AMH= Angka Mentah yang dihaluskan

AHU = Angka Mentah hasil ujian

AM = Angka Mentah Maksimum

Na = Nilai tertinggi

 

Contoh angka yang dihaluskan

ü  Skor mentah hasil ujian mid semester: 55

ü  Skor mentah maksimum (bila semua soal dijawab benar): 60

ü  Nilai tertinggi : 100

ü  Angka mentah yang dihaluskan = 55/60 x 100 = 91.67.[28]

 

B.        Persamaan dan perbedaan PAN dan PAP

Perbedaan CRT (PAP) dan NRT (PAN) didasarkan atas 3 kriteria:

1.         Pengembangan tes

2.         Standar penilaian performance siswa

3.         Maksud tes. [29]

Perbedaan CRT dan NRT ditinjau dari Pengembangan Tes

1.CRT hanya terdiri dari soal-soal tes yang didasarkan pada tujuan khusus pembelajaran

2.Soal tes tidak hanya berdasarkan pelajaran yang diterima siswa

2.Setiap tes mempunyai prasarat agar siswa menunjukkan “performance” seperti yang tercantum dalam TIK

3.Tidak perlu terlebih dahulu menentukan secara pasti performance yang diharapkan sebelum tes disusun

4.Dasar pertimbangan untuk diterimanya performance tertentu harus berdasarkan pada kriteria tertentu

5.Dasar pertimbangan diterimanya performance berdasarkan hasil perolehan nilai yang didapat oleh siswa

6.Mementingkan butir tes sesuai dg perilaku (tujuan pembelajaran)

7.Membuat tes dalam kategori sedang

Perbedaan CRT dan NRT ditinjau dari Standar Performance

1.Standar performance ditentukan dalam bentuk tingkah laku

2.Standar performance berdasarkan pada jumlah pertanyaan yang dijawab benar oleh siswa dihubungkan dengan siswa lain yang menempuh tes tersebut.

3.Pengukur performance dalam menempuh tes didasarkan pada standar performance yang telah ditetapkan

4.Prestasi siswa adalah 80% dari siswa lain

5.Distribusi nilai tidak menyerupai kurve normal

6.Penilaian didasarkan pada apa adanya hasil prestasi siswa

7.Didasarkan pada batas kelulusan (KKM)

8.Perolehan nilai berdasarkan pada kelompok/ kelas

Perbedaan CRT dan NRT ditinjau dari Maksud Tes

1.Dimaksudkan untuk mengklasifikasikan seseorang, mendiagnosa belajar siswa

2.Untuk mengadakan seleksi pada individu/membuat rangking

Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa persamaan sebagai berikut:

1.         Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan.

2.         Kedua pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sample yang diukur mempresentasikan populasi siswa yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan.

3.         Untuk mandapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument.

4.         Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur.

5.         Keduanya menggunakan macam tes dan instrumen yang sama.

6.         Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.[30]

7.         Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda.[31]

Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut:

1.         Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.

2.         Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.

3.         Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya.

4.         Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan patokan digunakan terutama untuk penguasaan.[32

C.        Kekurangan dan kelebihan PAN dan PAP

Adapun kekurangan PAN adalah sebagai berikut :

1.         Sedikit menyebutkan kompetensi atau tujuan pembelajaran serta kualitas pembelajaran siswa apa yang mereka ketahui atau yang dapat mereka lakukan.

2.         Tidak fair karena peringkat siswa tidak hanya bergantung pada tingkatan prestasi, tetapi juga atas prestasi siswa lainnya.

3.         Tidak dapat diandalkan siswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulus tahun berikutnya.[33]

4.         Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para siswa.[34]

Kelebihan PAN ( Penilaian Acuan Normatif) adalah sebagai berikut :

1.         Dapat digunakan untuk menetapkan nilai secara maksimal.

2.         Dapat membedakan kemampuan antar peserta didik yang pintar dan kurang pintar yakni dengan membedakan kelompok atas dan bawah.

3.         Fleksibel yakni dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berbeda-beda.

4.         Mudah menilai karena tidak ada patokan tertentu yang harus dicapai.

5.         Dapat digunakan menilai ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.

6.         Kebiasaan menggunakan penilaian berdasarkan referensi norma atau kelompok.

7.         Asumsi bahwa tingkat kinerja yang sama diharapkan terjadi pada setiap kelompok siswa.

8.         Bermanfaat untuk membandingkan siswa lintas mata pelajaran dan memberikan hadiah atau penghargaan utama untuk sejumlah siswa tertentu. [35]

Adapun Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP) :

1.         Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan standar.

2.         Lebih menekankan hasil daripada proses.

3.         Kadang didalam akademisi kurang kompeten dan kurang percaya diri untuk membuat penilaian profesional.

4.         Tidak selalu mudah bagi akademisi untuk mengubah suatu kebiasaan dari menilai dengan berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria siswa/ mahasiswa dapat mempertanyakan nilai mereka.[36]

Sedangkan kelebihan PAP adalah sebagai berikut:

1.         Dapat membantu guru merancang program remidi.

2.         Penilaian lebih transparan yakni sebuah penilaian dengan menggunakan rubrik atau skema penilaian.

3.         Penilaian lebih dapat diandalkan, karena menggunakan standarisasi dan menggunakan kriteria minimal.

4.         Nilai dan peringkat lebih dapat dirundingkan.

5.         Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.

6.         Nilai atau skor dapat dipertanggungjawabkan secara objektif karena penilaian tersebut berdasarkan prestasi yang dapat disesuaikan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan.

7.         Lebih banyak partisipasi dari siswa dan motivasi siswa serta lebih mudah fokus pada pembelajaran.

8.         Lebih adil dan fair, karena siswa dapat diukur berdasarkan standar prestasi, bukan dengan membandingkan mahasiswa satu dengan lainnya.

9.         Sebuah prestasi tergantung pada tingkat kebaikan kinerja yang ditunjukkan siswa/ mahasiswa.

10.     Lebih dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan prestasi siswa/ mahasiswa.

11.     Mengakui subjektivitas dan penilaian yang profesional dalam memberikan sebuah penilaian.

12.     Dapat digunakan untuk mendiagnosa suatu kemampuan seseorang dalam proses pembelajaran.

13.     Dapat digunakan untuk memonitor kemampuan setiap siswa atau kelompok dalam proses pembelajaran.[37]

Patokan yang digunakan untuk penilaian acuan patokan adalah sebagai berikut :

1.         Karakteristik mata pelajaran (Kompleksitas)

Untuk mengetahui karakteristik mata pelajaran, maka harus mengetahui rumit tidaknya kompetensi yang harus dicapai siswa. Jika semakin besar usaha/ kompetensi yang harus dicapai siswa, maka KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) akan lebih kecil untuk mempermudah siswa.

2.         Daya dukung

Daya dukung merupakan kondisi yang ada di sekolah. Contohnya kelengkapan alat untuk praktikum, kelengkapan fasilitas belajar di sekolah dan lainnya. Semakin lengkap daya dukung maka akan semakin mudah siswa dalam mencapai kompetensi.

3.         Karakteristik peserta didik (Intake)

KKM juga akan dipengaruhi oleh karakter peserta didik. Diantaranya adalah motivasi belajar siswa, dukungan orang tua untuk kemajuan belajar dan lainnya. Oleh karena itu, sebelum siswa masuk kelas untuk memulai pembelajaran harus diseleksi supaya guru mengetahui masing-masing karakter siswa.[38]

 

BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan   

Dari pembahasan makalah yang berjudul “Pendekatan Penilaian PAN Dan PAP ” tersebut di atas dapat diambil kesimpulan :

Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut atau pemberian nilai mengacu pada perolehan skor pada kelompok itu atau Pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang-orang lain dalam kelompoknya. Sedangkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah model pendekatan penilaian yang mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan atau Tujuan Khusus Pembelajaran (TKP) yang telah ditetapkan sebelumnya. PAP merupakan suatu cara menentukan kelulusan siswa dengan menggunakan sejumlah patokan atau Pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan patokan "batas lulus" yang telah ditetapkan.

Persamaan dan perbedaan PAN dan PAP yaitu persamaannya adalah Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan, kedua pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi, sample yang diukur mempresentasikan populasi siswa yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan, untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument, keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur, keduanya menggunakan macam tes dan instrumen yang sama, keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya, keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda. Sedangkan perbedaannya yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku sedangkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku, Penilaian Acuan Norma (PAN) menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif sedangkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes, Penilaian Acuan Norma (PAN) lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit sedangkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya, Penilaian Acuan Norma (PAN) digunakan terutama untuk survey sedangkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) digunakan terutama untuk penguasaan.

Kekurangan dan kelebihan PAN dan PAP yaitu kekurangan PAN (Penilaian Acuan Norma) adalah sedikit menyebutkan kompetensi atau tujuan pembelajaran serta kualitas pembelajaran siswa apa yang mereka ketahui atau yang dapat mereka lakukan, tidak fair karena peringkat siswa tidak hanya bergantung pada tingkatan prestasi, tetapi juga atas prestasi siswa lainnya, tidak dapat diandalkan, siswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulus tahun berikutnya, kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para siswa, sedangkan Kelebihan PAN ( Penilaian Acuan Normatif) adalah dapat digunakan untuk menetapkan nilai secara maksimal, dapat membedakan kemampuan antar peserta didik yang pintar dan kurang pintar yakni dengan membedakan kelompok atas dan bawah, fleksibel yakni dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berbeda-beda, mudah menilai karena tidak ada patokan tertentu yang harus dicapai, dapat digunakan menilai ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor, kebiasaan menggunakan penilaian berdasarkan referensi norma atau kelompok, asumsi bahwa tingkat kinerja yang sama diharapkan terjadi pada setiap kelompok siswa, bermanfaat untuk membandingkan siswa lintas mata pelajaran dan memberikan hadiah atau penghargaan utama untuk sejumlah siswa tertentu.  Adapun Kekurangan PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan standar, lebih menekankan hasil daripada proses, kadang di dalam akademisi kurang kompeten dan kurang percaya diri untuk membuat penilaian profesional, tidak selalu mudah bagi akademisi untuk mengubah suatu kebiasaan dari menilai dengan berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria siswa/ mahasiswa dapat mempertanyakan nilai mereka. Sedangkan kelebihan PAP (Penilaian Acuan Patokan) adalah sebagai berikut dapat membantu guru merancang program remidi, penilaian lebih transparan yakni sebuah penilaian dengan menggunakan rubrik atau skema penilaian, penilaian lebih dapat diandalkan, karena menggunakan standarisasi dan menggunakan kriteria minimal, nilai dan peringkat lebih dapat dirundingkan, hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum, nilai atau skor dapat dipertanggungjawabkan secara objektif karena penilaian tersebut berdasarkan prestasi yang dapat disesuaikan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan, lebih banyak partisipasi dari siswa dan motivasi siswa serta lebih mudah fokus pada pembelajaran, lebih adil dan fair, karena siswa dapat diukur berdasarkan standar prestasi, bukan dengan membandingkan mahasiswa satu dengan lainnya, sebuah prestasi tergantung pada tingkat kebaikan kinerja yang ditunjukkan siswa/ mahasiswa, lebih dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan prestasi siswa/ mahasiswa, mengakui subjektivitas dan penilaian yang profesional dalam memberikan sebuah penilaian, dapat digunakan untuk mendiagnosa suatu kemampuan seseorang dalam proses pembelajaran, dapat digunakan untuk memonitor kemampuan setiap siswa atau kelompok dalam proses pembelajaran.

B.       Saran                             

Hendaknya guru dalam kegiatan pembelajaran menguasai berbagai kompetensi diantaranya mampu merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan dan menilai hasil belajar memilih dan menyusun instrumen penilaian yang sesuai dengan tujuan penilaian, mengolah dan menafsirkan hasil penilaian karena akan sangat berpengaruh terhadap kualitas data hasil penilaian sebagai dasar pengambilan keputusan agar sesuai dengan yang diharapkan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahma. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta.

Sukardi. 2012. Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara.

http://blog.unnes.ac.id/seputarpendidikan/2015/10/19/pan-pap-dalam-evaluasi-pembelajaran/

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132231727/pendidikan/MATERI+PAN-PAP.pdf,

https://www.lamaccaweb.com/2020/05/01/pengertian-penilaian-acuan-norma-pan-penilaian-acuan-patokan-pap/

https://www.lamaccaweb.com/2020/05/03/perbedaan-dan-persamaan-penilaian-acuan-norma-pan-dan-penilaian-acuan-patokan-pap/,

https://yogabudibhakti.wordpress.com/2017/03/23/penilaian-acuan-norma-pan-penilaian-acuan-patokan-pap/

[1] http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/allubab/article/view/3915, (online), diakses pada tanggal 17 Juli 2020, pukul 3:18 WIB.

[2] Ibid.

[3] Ibid.

[4]http://staffnew.uny.ac.id/upload/132231727/pendidikan/MATERI+PAN-PAP.pdf, (online), diakses pada tanggal 17 Juli 2020, pukul 3:18 WIB.

[5] Ibid.

[6] Ibid.

[7]https://mirzabsahmad.wordpress.com/2012/06/09/pendekatan-dalam-penilaian/#:~:text=Pendekatan%20penilaian%20yang%20membandingkan%20hasil,(Norm%20%E2%80%93%20Refeereced%20Evaluation).&text=PAN%20pada%20dasarnya%20mempergunakan%20kurve,hasil%20perhitungannya%20sebagai%20dasar%20penilaiannya., (online), diakses pada tanggal 17 Juli 2020, pukul 3:18 WIB.

[8]http://blog.unnes.ac.id/seputarpendidikan/2015/10/19/pan-pap-dalam-evaluasi-pembelajaran/, (online), diakses pada tanggal 17 Juli 2020, pukul 3:18 WIB.

[9]http://staffnew.uny.ac.id/upload/132231727/pendidikan/MATERI+PAN-PAP.pdf, (online), diakses pada tanggal 17 Juli 2020, pukul 3:18 WIB.

[10] Ibid.

[11] Ibid.

[12] Ibid.

[13] der_122_slide_pendekatan_penilaian_grading_nilai

[14] Ibid.

[15] Ibid.

[16] Ibid.

[17]http://staffnew.uny.ac.id/upload/132231727/pendidikan/MATERI+PAN-PAP.pdf, (online), diakses pada tanggal 17 Juli 2020, pukul 3:18 WIB.

[18] Ibid.

[19]http://blog.unnes.ac.id/seputarpendidikan/2015/10/19/pan-pap-dalam-evaluasi-pembelajaran/, (online), diakses pada tanggal 17 Juli 2020, pukul 3:18 WIB.

[20] http://staffnew.uny.ac.id/upload/132231727/pendidikan/MATERI+PAN-PAP.pdf, (online), diakses pada tanggal 17 Juli 2020, pukul 3:18 WIB.

[21] Ibid.

[22] Ibid.

[23] Ibid.

[24] Ibid.

[25] Ibid.

[26] Ibid.

[27] Ibid.

[28] Ibid.

[29] https://www.lamaccaweb.com/2020/05/03/perbedaan-dan-persamaan-penilaian-acuan-norma-pan-dan-penilaian-acuan-patokan-pap/, (online), diakses pada tanggal 17 Juli 2020, pukul 3:18 WIB.

[30] Ibid.

[31]https://yogabudibhakti.wordpress.com/2017/03/23/penilaian-acuan-norma-pan-penilaian-acuan-patokan-pap/, (online), diakses pada tanggal 17 Juli 2020, pukul 3:18 WIB.

[32] Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasional (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), 25.

[33] Aunurrahma, Belajar dan Pembelajaran  (Bandung: CV Alfabeta, 2009), 103.

[34]https://www.lamaccaweb.com/2020/05/01/pengertian-penilaian-acuan-norma-pan-penilaian-acuan-patokan-pap/, (online), diakses pada tanggal 17 Juli 2020, pukul 3:18 WIB.

[35] Ibid.

[36]Ibid.

[37] Ibid.

[38] Ibid.


Related Posts