Berikut
lima prinsip dasar akuntansi yang dapat dijadikan pedoman bagi pengusaha dalam
pembuatan laporan keuangan, agar laporan keuangan disusun berdasarkan prosedur
da prinsip akuntansi.
Prinsip
dasar akuntansi mendasari akuntansi dan seluruh laporan keuangan. Prinsip
akuntansi dijabarkan dari tujuan laporan keuangan, postutat akuntansi, dan
konsep teoritis akuntansi, serta sebagai dasar pengembangan teknik atau
prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan.
Ada
lima prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi. Yakni:
1.
Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)
GAAP
mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan
berdasarkan harga akuisi. Hal ini seringkali disebut prinsip biaya historis.
Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva.
utang, modal, dan biaya.
Yang
dimaksud dengan-harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetuiui oleh
kedua belah pihak vang tersangkut dalam transaksi. Harga perolehan ini harus
terjadi dalam transaksi di antara kedua belah pihak yang bebas. Harga
pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh transaksi dengan pihak ekstern, baik
yang menyangkut aktiva, utang, modal atau transaksi lainnya. Biaya memiliki
keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya, yaitu dapat
diandalkan.
2.
Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)
Prinsip
Pengakuan Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari
penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu
periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk mengukur besamya pendapatan adalah
jumlah kas atau ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan
pihak yang bebas.
Istilah
pendapatan dalam prinsip ini merupakan istilah yang luas, di mana di dalam
pendapatan termasuk pendapatan sewa, laba penjualan aktiva dan lain-lain.
Batasan umum yang biasanya digunakan adalah semua perubahan dalam jumlah bersih
aktiva selain yang berasal dari pernilik perusahaan.
Biasanya
pendapatan diakui pada saat terjadinya penjualan barang atau jasa. Yaitu saat
ada kepastian mengenai besarnya pendapatan yang diukur dengan aktiva yang
diterima. Tetapi ketentuan umum ini tidak selalu dapat diterapkan, sehingga
timbul beberapa ketentuan lain untuk mengakui pendapatan.
Pengecualian-pengecualian itu adalah pengakuan pendapatan saat produksi
selesai, selama masa produksi dan pada saat kas diterima.
3.
Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Yang
dimaksud prinsip mempertemukan biaya adalah mempertemukan biaya dengan
pendapatan yang timbul karena biaya tersebut Prinsip ini berguna untuk
menentukan besamya penghasilan bersih setiap periode. Karena biaya itu harus
dipertemukan dengan pendapatannya, maka pembebanan biaya sangat tergantung pada
saat pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan suatu pendapatan ditunda, maka
pembebanan biayanya juga akan ditunda sampai saat diakuinya pendapatan.
Penerapan
prinsip ini. juga menghadapi beberapa kesulitan. Misalnya, dalam hal
biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan pendapatan, maka
sulit untuk mempertemukan biaya dengan pendapatannya. Contoh, biaya
administrasi dan umum tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan perusahaan.
Kesulitan seperti ini diatasi dengan membebankan biaya-biaya tersebut ke
periode terjadinya.
Biasanya
biaya-biaya seperti itu disebut period costs. Sebabnya, biaya produksi seperti
biaya baban baku, upah langsung dan biaya produksi tidak langsung, mempunyai
hubungan yang jelas dengan pendapatan, sehingga dapat dengan mudah
dipertemukan.
Kesulitan
yang lain seperti dalam hal biaya yang mempunvai manfaat untuk beberapa
periode. Biaya-biaya seperti ini ditunda pembebanannya karena mernpunyai fungsi
menimbulkan pendapatan. Masalahnya adalah alokasi setiap periodenya. Dasar
alokasi yang digunakan dalam metode-metode depresiasi dan amortisasi hampir
semuanya berdasarkan taksiran-taksiran yang tidak jelas hubungannya dengan
pendapatan.
Salah
satu akibat dari prinsip ini adalah digunakannya dasar waktu (accrual basis)
dalam pembebanan biaya. Dalam prakteknya digunakan jurnal-jurnal penyesuaian
setiap akhir periode untuk mempertemukan biaya dengan pendapatan.
4.
Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Agar
laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka metode
dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan
secara konsisten dari tahun ke tahun. Sehingga bila terdapat perbedaan antara
suatu pos dalam dua periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan
selisih akibat penggunaan metode yang berbeda.
Konsistensi
tidak dimaksudkan sebagai larangan penggantian metode, jadi masih dimungkinkan
untuk mengadakan perubahan metode yang dipakai. Tetapi jika ada penggantian
metode, maka akibat (selisih) yang cukup berarti (material) terhadap laba
perusahaan harus dijelaskan dalam laporan keuangan, tergantung dari sifat dan
perlakuan terhadap perubahan metode atau prinsip tersebut.
5.
Prisip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)
Yang
dimaksud dengan prinsip pengungkapan lengkap adalah menyajikan informasi yang
lengkap dalam laporan keuangan. Karena infomasi yang disajikan itu merupakan
ringkasan dari transaksi-transaksi dalam satu periode dan juga saldo-saldo dari
rekening-rekening tertentu, tidaklah mungkin untuk memasukkan semua
informasi-informasi yang ke dalam laporan keuangan.
Biasanya
keterangan tambahan atas informasi dalam laporan keuangan dibuat dalam bentuk:
•
Catatan kaki/footnote.
•
Dalam laporan keuangan, biasanya dituliskan dalam kurung di bawah elemen yang
bersangkutan, atau dengan memakai rekening-rekening tertentu.
•
Berbagai lampiran.
Keterangan
tambahan dengan menggunakan catatan kaki biasanya karena tidak diinginkan untuk
mengganggu laporan keuangan yang dibuat. Catatan kaki ini digunakan untuk
menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
•
Prinsip akuntansi yang digunakan.
•
Perubahan-perubahan, seperti perubahan dalam prinsip akuntansi,
taksiran-taksiran, kesatuan usaha, dan juga kalau ada koreksi-koreksi
kesalahan. Catatan kaki ini juga menunjukkan perlakuan terhadap
perubahan-perubahan tersebut, apakah dengan cara kumulatif, retroaktif, dan
lain-lain.
•
Adanya kemungkinan timbulnya rugi atau laba bersyarat.
•
Informasi tentang modal perusahaan, seperti jumlah lembar saham dan lain-lain.
•
Kontrak-kontrak pembelian, kontrak-kontrak penting lainnya, adanya option atau
warrant untuk saham dan lain-lain.
Keterangan
tambahan yang dibuat sebagai lampiran laporan keuangan biasanya digunakan untuk
menunjukkan perhitungan-perhitungan detail yang mendukung suatu jumlah
tertentu, atau menunjukkan informasi-informasi keuangan berdasarkan indeks
harga (price level adjustment).
Berdasarkan
dari penjelasan tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa prinsip akuntansi dapat
dijadikan pedoman bagi pengusaha dalam pembuatan laporan keuangan. Hal ini
untuk menjadikan laporan keuangan yang dihasilkan atas dasar prosedur akuntansi
dan disesuaikan dengan peraturan dari prinsip akuntansi yang ada.