Tinjauan Tentang Siklamat

Tinjauan Tentang Siklamat

Siklamat memiliki nama dagang yang dikenal sebagai assugrin, sucarly, sugar twin, atau weight watchers. Siklamat mempunyai tingkat kemanisan 30 kali lebih manis dari sukrosa. Karena tingkat kemanisannya yang tinggi, siklamat sering disebut sebagai biang gula. Siklamat lebih disukai karena tidak memberikan after-taste pahit seperti halnya sakarin, sehingga banyak digunakan oleh produsen tingkat industri besar selain itu siklamat memiliki harga yang relatif murah sehingga banyak produsen dengan bebas menggunakan bahan tambahan pangan tersebut (Wijaya, 2011).

Natrium Siklamat pertama kali ditemuakan dengan tidak sengaja oleh  Michael Sveda pada tahun 1937. Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan  dalam pangan dan minuman, siklamat biasanya terdapat dalam bentuk garam  natrium dari asam siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na. Nama lain dari siklamat adalah natrium siklohexilaminsulfamat atau Natrium Siklamat (Cahyadi, 2009).

Pemanis ini dinyatakan tidak berbahaya dan digunakan secara luas dalam makanan dan minuman selama bertahun-tahun. Namun, pada tahun 1969 keamanannya mulai diragukan karena ada sebuah penelitihan yang melaporkan bahwa siklamat dapat menyebabkan terjadinya kanker kandung kemih pada tikus percobaan yang diberi ransum siklamat. Hasil metabolisme siklamat, yaitu sikloheksilamin, mempunyai sifat karsinogenik. Tingkat peracunan siklamat melalui mulut pada tikus percobaan memiliki LD50 ( 50% hewan percobaan mati) sebesar 12 g/kg berat badan. Disamping itu, penelitihan lain menunjukkan bahwa siklamat dapat menyebabkan atropi, yakni terjadinya pengecilan testikular dan kerusakan kromosom. Setelah munculnya penelitian ini, Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris melarang penggunaan siklamat sebagai zat adiktif makanan dan negara mereka.

Meskipun demikian, penelitian yang mendasari pelarangan penggunanan siklamat banyak mendapat kritikan dari para peneliti lainnya. Hal ini dikarenakan jumlah siklamat yang digunakan uji toksisitas dilakukan pada dosisi tinggi. Selain itu, data pengujian siklamat pada hewan percobaan tidak menunjukkan efek yang merugikan dalam dosis kecil setiap harinya. Oleh karena itu, sampai saat ini FAO/WHO masih memasukkan siklamat sebagai zat aditif makanan yang diperbolehkan selama penggunaannya sesuai dengan ketentuan Acceptable DailyIntake (ADI). Dan, pada akhirnya, Joint Expert Comitte on Food Additives (JECFA) menentukan ADI untuk siklamat sebesar 11 mg/kg berat badan/hari.

Dibandingkan pemanis sintetis nonkalori yang lain, siklamat merupakan sintetis yang paling besar jumlahnya dikonsumsi di Indonesia. Menurut departemen Kesehatan Republik Indonesia, penggunaan siklamat hanya diperbolehkan untuk pasien diabetes mellitus ataupun orang yang membutuhkan makanan berkaloroi rendah. Namun pada kenyataannya, penggunaan siklamat semakin meluas pada berbagai kalangan dan beragam produk.

Di indonesia, penggunaan siklamat untuk dikonsumsi telah diatur oleh Badan POM dalam Peraturan Teknik Penggunan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan. Aturan ini membahas batas penggunan maksimum siklamat untuk tiap kategori pangan dengan mendasarkan perhitungannya pada Acceptable Daily Intake (ADI). Peraturan tersebut juga dituangkan dalam Peraturan Kementrian Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/1X/88, yang mengatakan bahwa kadar maksimum asam siklamat yang diperbolehkan dalam makanan untuuk penderita diabetes mellitus dan makanan berkalori redah adalah 3g/kg bahan makanan atau minuman (Wijaya, 2011).

Sifat Fisika Siklamat

Berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, Sangat mudah larut dalam air, etanol, dan praktis tidak larut dalam eter , benzene, dan kloroform (Rosdayani, 2018)

Kelebihan Siklamat Sebagai Pemanis Sintetis

Seperti pemanis rendah kalori lainnya, Natrium Siklamat bermanfaat untuk mengontrol berat badan, mengelola diabetes, atau membantu mencegah kerusakan gigi. Natrium Siklamat stabil dan larut dalam air. Natrium Siklamat digunakan sebagai pemanis dalam minuman diet dan makanan rendah kalori lainnya. Selain itu, Natrium Siklamat berguna sebagai penambah rasa. Stabilitas panas, tingkat kemanisan yang tinggi dan keunggulan teknologi lainnya juga membuat Natrium Siklamat digunakan bagi banyak sediaan farmasi dan perlengkapan mandi (Putri, 2015)

Dampak Penggunaan Siklamat yang Berlebihan

Penggunaan Natrium Siklamat secara berlebih dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh senyawa Natrium Siklamat  yaitu :

Dampak akut 

Sakit perut, diare, demam, sakit kepala, mual, dan muntah. 

Dampak kronis 

Memicu timbulnya kanker atau karsinogenik, gangguan saraf, gangguan fungsi hati, iritasi lambung, dan perubahan fungsi sel  (Saparinto dan Hidayati, 2010).

Bahan Tambahan Pangan

Definisi Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan (BTP) juga bisa disebut zat aditif makanan, food additive, bahan kimia makanan, atau bahan tambahan makanan. Bahan tambahan pangan adalah bahan-bahan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan dalam jumlah sedikit untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur, atau memperpanjang masa simpan (Murdiati, 2013).

Manfaat dan Tujuan Bahan Tambahan Pangan

BTP mempunyai banyak manfaat, diantaranya untuk mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan. Selain itu membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah, dan enak dimulut, memberikan warna dan aroma yang lebih menarik, meningkatkan kualitas pangan, dan menghemat biaya (Murdiati, 2013).

Tujuan penambahan zat aditif pada makanan adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mempertahankan nilai gizi makanan, karena selama proses pengolahan makanan ada zat gizi yang rusak atau hilang.
  2. Agar penampilan makanan lebih menarik.
  3. Agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga.
  4. Supaya makanan lebih tahan lama bila disimpan (Wijaya, 2011).

Jenis Bahan Tambahan Pangan

Berdasarkan tujuan penggunaannya dalam pangan, pengelompokan BTP yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 sebagai berikut :

Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Contoh pewarna sintetik antara lain amaranth, indigotine, dan nafthol yellow.

Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak memiliki nilai gizi.Contohnya Sakarin, Siklamat, dan Aspartam.

Pengawet, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat terjadinya fermentasi, pengasaman atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Contohnya asam asetat, asam propionat dan asam benzoat.

Antioksidan, yaitu BTP yang dapat menghambat atau mencegah proses oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan. Contohnya TBHQ (tertiary butylhydroquinon).

Antikepal, yaitu BTP yang dapat mencegah menggumpalnya makanan serbuk, tepung, atau bubuk. Contohnya kalium silikat.

Penyedap rasa dan aroma penguat rasa, yaitu BTP yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Contohnya monosodim glutamate (MSG).

Pengatur keasaman (pengasam, penetral, dan pendapar), yaitu BTP yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat asam makanan. Contoh agar, alginate, lesitin, dan gum.

Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses pemutihan dan pematangan tepung sehingga memperbaiki pemanggangan. Contohnya asam askorbat dan kalim bromat.

Pengemulsi, pemantap, dan pengental, yaitu BTP yang dapat membantu terbentuknya dan memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan.

Pengeras, yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contohnya kalsium sulfat, kalsium klorida, dan kalsium glukonat.

Sekuestran, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang terdapat dalam makanan, sehingga memantapkan aroma, warna, dan tekstur. Contohnya asam fosfat dan EDTA (kalsium dinatrium edetat). 

BTP lain yang termasuk bahan tambahan pangan tetapi tidak termasuk golongan diatas. Contohnya enzim, penambahan gizi, dan humektan.

Bahan-bahan tersebut sengaja ditambahkan dalam makanan untuk memperbaiki nilai gizinya, tidak mengurangi zat-zat esensial di dalam makanan, dapat mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan, dan menarik bagi konsumen tetapi tidak merupakan suatu penipuan. Di samping itu juga dalam pemakaian bahan tambahan makanan aman, jumlah yang digunakan dalam pangan harus mengikuti ketetapan batas konsumsi per hari yang dikenal dengan ADI (Acceptable Daily Intake).

Bahan tambahan pangan yang tidak boleh digunakan di antaranya yang mempunyai sifat menipu konsumen, menyembunyikan kesalahan dalam teknik penanganan atau pengolahan, dapat menurunkan nilai gizi makanan, atau jika tujuan dari penambahannya tersebut kedalam makanan masih dapat digantikan oleh perlakuan-perlakuan lain yang praktis dan ekonomis (Murdiati, 2013). 

Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan kesehatan. Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor 722 Tahun 1988, pemanis termasuk kedalam bahan tambahan kimia, selain zat lain seperti antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna. Pemanis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan.

Pemanis Alami

Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu dan aren. Selain itu pemanis alami dapat pula diperoleh dari buah-buahan dan madu. Pemanis alami berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma manis, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh. Jika kita mengkonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami resiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi. Contoh pemanis alami antara lain: gula pasir, gula tebu, gula merah, dan madu. Kementrian Kesehatan RI menganjurkan pembatasan konsumsi gula sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok makan /orang dewasa setiap hari (Murdiati, 2013).

Gula merupakan senyawa kimia yang termasuk karbohidrat, mempunyai rasa manis dan larut dalam air serta mempunyai sifat aktif optis yang dijadikan ciri khas untuk mengenal setiap jenis gula, gula mudah dicerna dalam tubuh sebagai sumber kalori, gula dipergunakan sebagai bahan pengawet bagi berbagai macam makanan terutama pabrik-pabrik pembuat makanan jadi (Agustin dan Putri, 2014).

Pemanis Buatan

Pemanis buatan adalah bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak memiliki nilai gizi (Cahyadi, 2012).Manfaat dari pemanis buatan adalah untuk mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan tambahan pemanis utama. Selain itu, pemanis buatan dengan nilai kalori rendah sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes atau kencing manis. Mengkonsumsi pemanis buatan untuk kebutuhan diet sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter gizi anda. Sebab, konsumsi pemanis kimia itu memiliki efek berbeda bagi setiap orang (Murdiati, 2013).

Jenis-Jenis Bahan Pemanis Buatan

Pemanis buatan mempunyai kemanisan yang lebih dibandingkan pemanis alami. Adapun jenis pemanis buatan antara lain:

Sakarin

sakarin adalah 50-300 mg/kg bahan. Sakarin mempunyai kemanisan 200-700 kali rasa manis gula tebu, sering digunakan pada soft drink, selai, permen, jajanan pasar. Batas penggunaan

Siklamat

Siklamat kemanisanya 30 kali kemanisan gula tebu, sering digunakan pada makanan kaleng atau makanan proses lain karena tahan panas. Pada hewan percobaan pemanis ini menyebabkan kanker kandung kemih. Batas penggunana siklamat adalah 500 mg-3 g/kg bahan. 

Aspartam

Aspartam mempunyai kemanisan 160-220 kali kemanisan gula tebu, banyak digunakan sebagai pemanis buatan pada berbagai jenis makanan dan minuman, terutama makanan dan minuman rendah kalori, seperti sirup, selai (jam), dessert, ice cream topping, dan soft drink. Batas maksimum penggunanan aspartam adalah 40mg/kg berat badan.

Xylitol

Xylitol adalah pemanis buatan yang kemanisanya 0,8-1,2 kali kemanisan gula. Xylitol mempunyai rasa yang menarik, aman bagi kesehatan gigi karena sifatnya yang tidak merusak gigi (non carcinogenic) juga membantu  menurunkan pemebentukan carries dan plaque pada gigi sehingga banyak digunakan untuk campuran pasta gigi. Xylitol menguntungkan bagi penderita diabetes, mempunyai efek sensasi dingin yang menyegarkan, tahan panas, dan tidak mengalami pencoklatan saat dipakai memasak.

Sukralosa

Sukralosa mempunyai kemanisan 550-750 kali kemanisan gula. Manfaat pemanis ini adalah sifatnya yang tidak menyebabkan caries dan tidak merusak gigi, sehingga cocok digunakan dalam industri kembang gula atau permen. Sukralosa juga bersifat tidak bernutrisi, dicirikan dari rendahnya kalori yang dihasilkan, yaitu sekitar 2 kalori/satu sendok teh, sehingga dapat digunakan untuk penderita diabetes dan program penurunan berat badan (Murdiati, 2013). 

Definisi Jelly

Definisi Jelly

Jelly merupakan produk olahan semi padat yang terbuat dari sari buah  yang di masak dalam gula. Perbandingan bobot sari buah dan gula pasir adalah  45% : 55%. Jelly bisa dikonsumsi saat makan roti atau makan secara langsung.  Penambahan gula dalam pembuatan jelly berfungsi sebagai bahan pengawet alami  dan pengendap pektin. Pektin merupakan komponen penting untuk memperoleh struktur jelly. Kandunggan pektin yang rendah tidak akan mampu membentuk  jelly.

Adanya asam diperlukan juga dalam proses pembuatan jelly sebagai  pengokoh jaringan. Tingkat keasaman yang terlalu rendah membuat jelly yang  terbentuk lemah atau  hancur karena terjadi hidrolisis pektin. Sebaliknya tingkat  keasaman yang terlalu tinggi menyebabkan jelly tidak terbentuk karena dehidrasi. Karena itu, perbandingan antara gula, pektin, dan keasaman harus tepat sehingga diproleh tekstur jelly yang baik.

Semakin tinggi kandungan pektin dalam buah, maka semakin tinggi pula jumlah gula yang harus ditambahkan. Namun perlu diingat bahwa penambahan gula yang terlalu tinggi (melampaui batas maksimum) membuat jelly lembek atau seperti sirup (Saptoningsih dan Ajat, 2012).

Jenis-Jenis Jelly

Berikut ini ada beberapa jenis jelly antara lain :

Jelly Drink

Jelly drink merupakan produk minuman semi padat yang terbuat dari sari buah-buahan yang masak dalam gula dimana jelly drink tidak hanya sekedar minuman biasa, tetapi dapat juga dikonsumsi sebagai minuman penunda lapar. Tekstur yang diinginkan pada minuman jelly adalah mantap, saat dikonsumsi menggunakan bantuan sedotan mudah hancur, namun bentuk gelnya masih terasa di mulut. Pembuatan jelly drink diperlukan bahan pembentuk gel diantaranya agar, locust bean gum, pectin, gelatin, dan karagenan.  Karagenan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida galaktosa hasil ekstraksi dari rumput laut. Karagenan dapat diekstraksi dari protein dan lignin rumput laut dan dapat digunakan dalam industri pangan karena karakteristiknya yang dapat berbentuk jelly, bersifat mengentalkan, dan menstabilkan material utamanya. Konsistensi gel dipengaruhi beberapa faktor antara lain : jenis karagenan, konsistensi, adanya ion-ion serta pelarut yang menghambat pembentukan hidrokoloid (Agustin dan Putri, 2014).

Jelly Cup

Jelly cup atau jelly siap saji dalam kemasan merupakan produk olahan semi padat yang terbuat dari sari buah yang di masak dalam gula dan dikemas dalam suatu wadah. Perbandingan bobot sari buah dan gula pasir adalah 45% : 55% (Saptoningsih dan Ajat, 2012).

 Jelly Serbuk Instant  

Produk jelly dapat diubah menjadi bentuk serbuk kering, sehingga dapat memperpanjang umur simpannya. Serbuk jelly ialah jelly yang memiliki sifat kering dan berbentuk serbuk atau granul, stabil dalam penyimpanan dan transportasi (Wintirani, 2016).

Cara membuat jelly menggunakan jelly serbuk instant:

1. Campur jelly bubuk dengan gula.

2. Rebus air hingga mendidih, tuangkan bubuk jelly dan gula. Masak selama

2 menit, aduk terus hingga merata.

3. Tuangkan rebusan jelly kedalam cetakan. Diamkan hingga membeku(Hestianawati, 2013). 

Syarat Jelly yang Baik

Berikut ini syarat-syarat jelly buah yang baik yaitu :

1. Berwarna cerah, jernih (transparan)

2. Mempunyai konsisteni yang baik (seperti agar-agar, tetapi tidak terlalu

kaku dan keras)

3. Memiliki cita rasa buah yang baik.

4. Tingkat keasaman (pH) harus dibawah 4,5 (Septoningsih dan Ajat, 2012).

Penyebab Kegagalan Pada Proses Pembuatan Jelly

 Berikut ini penyebab dan jenis-jenis kegagalan yang sering terjadi selama proses pembuatan jelly.

Tekstur jelly seperti sirup kental Terlalu banyak gula yang ditambahkan, kandungan air buah terlalu rendah, kandungan pektin buah tidak mencukupi, dan proses pemasakan yang terlalu lama.

Tekstur jelly terlalu encer Proses pemasakan terlalu lama.

Tekstur jelly mengental dan tidak dapat membentuk gel. Suhu pemasakan terlalu tinggi.

Tekstur jelly sangat liat dan sukar dipotong. Penambahan gula terlalu banyak dibandingkan dengan kandungan pektin yang terdapat dalam sari buah.

Tekstur jelly keruh. Penyaringan sari buah kurang sempurna.

Warna jelly kelam (terjadi proses browning atau pencoklatan). Pemasakan terlalu lama, penyimpanan terlalu lama di tempat yang terkena sinar matahari secara langsung, dan suhu ruang penyimpanan terlalu tinggi.

Terbentuk kristal gula dalam jelly Terlalu banyak penambahan gula, rendahnya kandungan asam dalam buah, dan penambahan gula yang sudah menjadi kristal.

Tekstur jelly berair. Asam dalam sari buah terlalu tinggi dan pembentukan gel terlalu cepat.

Tekstur jelly berjamur. Wadah gelas jelly kurang bersih, ruang penyimpanan terlalu lembap dan panas, serta proses penutupan botol kurang sempurna.Sumber : Saptoningsih dan Ajat, 2012 

Ruang Lingkup dan Aliran dalam Filsafat Pendidikan

A. Pengertian filsafat pendidikan 

Kata filsafat berasal dari bahasa yunani filosofia yang berasal dari kata kerja filosofien berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari bahasa yunani philosophy, Ada pula yang mengatakan filsafat berasal dari bahasa arab falsafah yang artinya hikmah.[1] Dengan demikian diartikan " cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Suka kepada hikmah dan kebijaksanaan.jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, ahli hikmah dan bijaksana.[2]

Selanjutya kata filsafat yang banyak terpakai dalam bahasa indonesia, menurut prof. Dr. harun Nasution bukan berasal dari kata arab falsafah dan bukan pula dari kata Barat philosophy. Disini dipertanyakan tentang apakah fil diambil dari kata Barat dan safah dari bahasa Arab, sehingga terjadi gabungan antara keduanya dan menimbulkan kata filsafat?

Dari pengertian secara Etimologi itu, filsafat didefinisikan sebagai berikut:[3]

1.    Pengetahuan tentang hikmah

2.    Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar

3.    Mencari kebenaran

4.    Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas

الفلسفة: الحكمة أي التأنق في المسائل العلمية وتفنن فيها وعلم الأشياء بمبادئها وعللها الأولى.

 

Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalanya.

 

Adapun pengertian filsafat menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut: [4]

 

1.    Plato, mengatakan bahasa filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada.

2.    Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asal segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.

3.    Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal ssegala pengetahuan dan pekerjaan.

4.    Fichte, menyebut filsafat sebagai Wissenschaftslehre: ilmu dari ilmu-ilmu yakni ilmu yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu.

5.    Ibnu Sina, membagi filsafat dalam dua bagian, yaitu teori dan praktek, yang keduanya berhubungan dengan agama, di mana dasarnya terdapat dalam syari'at tuhan, yang penjelasan dan kelengkapanya diperoleh dengan tenaga akal manusia.

 

Maka dari pengertian-pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber kebenaran secara logis, kritis, rasional, dan spekulatif. Alat yang digunakan untuk mencari kebenaran adalah akal yang merupakan sumber utama dalam berpikir. Dengan demikian, kebenaran filosofis adalah kebenaran berpikir yang rasional, logis, sistematis, kritis, radikal, dan universal.

Adapun yang dimaksud dengan filsafat pendidikan adalah sebagaimana yang diungkapkan al-Syaibany, filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur, yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.  Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai maklumat yang diupayakan untuk pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral.[5] Sedangkan menurut Imam Barnadib filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan.

Kalau kita perhatikan pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh lodge, yaitu " life is education" akan berarti bahwa seluruh proses hidup ini adalah proses pendidikan. Selanjutnya dalam artinya yang sempit  Lodge menjelaskan pengertian pendidikan mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar serba terkontrol. Dan pendidikan formal hanyalah bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan tidak bisa lepas kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhan.[6] 

B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan 

Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang terbaik agar dapat mengatasi permasalahan hidup dan hidup yang dihadapi. Filsafat bertujuan memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bgai manusia agar mendapatkan kebahagiaan.[7]

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang komperhensif. Baik material konkret mapun non material abstrak. Jadi, obyek filsafat itu tidak terbatas. Secara makro, apa yang terjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:

1.    Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan

2.    Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan

3.    Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan

4.    Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan

5.    Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideology), filsafat pendidikan, dan politik pendidikan (sistem pendidikan)

 

Dengan demikian, dari uraian di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri

 

Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu. Ilmu ingin mengetahui sebab dan akibat dari sesuatu. Sementara filsafat tidak terikat pada satu ketentuan dan tidak mau terkurung dalam satu ruang saja. Filsafat ingin memperoleh realitas mengenai apa hakikat benda, dari mana asal-usulnya, dan kemana tujuan akhirnya.[8]

 

C. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan

 

Untuk mengenal perkembangan pemikiran dunia filsafat pendidikan, akan diuraikan garis-garis besar aliran filsafat dalam pendidikan, yaitu:[9]

 

1.    Aliran Proggressivisme

Aliran proggressivisme adalah aliran filsafat yang sangat berpengaruh dalam abad ke 20 ini. Aliran ini dihubungkan dengan pandangan liberal, yaitu fleksibel, curious dan open mined. Aliran ini meyakini bahwa manusia mempunyai kesanggupan untuk mengendalikan hubunganya dengan alam serta meresapi dan menguasai rahasia alam.

 

2.    Filsafat Pendidikan Idealisme

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi.

Aliran ini menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran berfilsafat spiritual atau mental. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, al Ghazali.

 

3.    Filsafat Pendidikan Realisme

Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

 

4.    Filsafat Pendidikan Materialisme

Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.

 

5.     Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami.  Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

 

6.    Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich.

 

7.         Filsafat Pendidikan Progresivisme

Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatugerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.

 

D. Hubungan Filsafat dalam Pendidikan

 

Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman manusia.

Filsafat menetapkan ide-ide, idealisme, dan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian manusia. Kilpatrik mengatakan, berfilsafat dan mendidik adalah dua face dalam satu usaha; berfilsafat ialah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha mereliasasikan nilai-niali dan cita-cita itu dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia. Mendidik ialah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk membimbing rakyat, membina nilai-nilai dalam kepribadian mereka, demi menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan melembagakannya dalam kehidupan mereka.

Oleh kerena itu, dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah reliasi dari ide-ide filsafat; filsafat memberi asas kepastian bagi peranan pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia yang telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan.

 

Dari uraian di atas, diperoleh hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan berikut:[10]

 

1.    Filsafat, dalam arti filosofis, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teorinpendidikan oleh para ahli.

2.    Filsafat, berfungsi memberi arah begi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata.

3.    Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

E.  Daftar Pustaka

 

Ahmadi, Asmoro. filsafat Umum,  jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2012

Alwasilah, A.Chaedar. Filsafat bahasa dan pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2008

AM, Suhar. Filsafat Umum, Jakarta: persada press 2009

Jalaluddin, Idi Abdullah. Filsafat pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo 2013

Noorsyam, M. Pengantar Filsafat Pendidikan,  Malang: IKIP 1978

Salahudin Anas filsafat pendidikan, Bandung:Pustaka Setia 2011

Soemargono,Soejono. Pengantar Filsafat Yogya:Tiara Wacana 2004

Sumarna, Cecep.  filsafat ilmu dari hakikat menuju nilai Bandung: Pustaka Bani Quraisy 2006

S. Surisumantri, Jujun. filsafat ilmu sebuah pengantar populeR,  Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 1985

Zuhairini. filsafat pendidikan,  Jakarta: Bumi Aksara 1995



[1] Jujun S. Surisumantri filsafat ilmu sebuah pengantar populer ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 1985) hal.20

[2]  Asmoro Ahmadi filsafat Umum, ( jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2012) hal. 1

[3] Zuhairini filsafat pendidikan, ( jakarta: Bumi Aksara 1995) hal. 4

[4]  Suhar AM Filsafat Umum, (Jakarta: persada press 2009) hal. 9-10

[5]  Jalaluddin, Abdullah Idi filsafat pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo 2013) hal.6-7

[6] Anas Salahudin filsafat pendidikan, ( Bandung:pustaka Setia 2011) hal. 24

[7] A.Chaedar Alwasilah filsafat bahasa dan pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2008) hal. 15

[8] Soejono Soemargono Pengantar Filsafat ( Yogya:Tiara Wacana 2004) hal. 5

[9] Ibid. 76

[10] M.  Noorsyam, pengantar filsafat pendidikan ( Malang: IKIP 1978) hal. 13

Featured Post

Tinjauan Tentang Siklamat

Tinjauan Tentang Siklamat Siklamat memiliki nama dagang yang dikenal sebagai assugrin, sucarly, sugar twin, atau weight watchers. Siklamat...