Bahan Tambahan Pangan

Definisi Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan (BTP) juga bisa disebut zat aditif makanan, food additive, bahan kimia makanan, atau bahan tambahan makanan. Bahan tambahan pangan adalah bahan-bahan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan dalam jumlah sedikit untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur, atau memperpanjang masa simpan (Murdiati, 2013).

Manfaat dan Tujuan Bahan Tambahan Pangan

BTP mempunyai banyak manfaat, diantaranya untuk mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan. Selain itu membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah, dan enak dimulut, memberikan warna dan aroma yang lebih menarik, meningkatkan kualitas pangan, dan menghemat biaya (Murdiati, 2013).

Tujuan penambahan zat aditif pada makanan adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mempertahankan nilai gizi makanan, karena selama proses pengolahan makanan ada zat gizi yang rusak atau hilang.
  2. Agar penampilan makanan lebih menarik.
  3. Agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga.
  4. Supaya makanan lebih tahan lama bila disimpan (Wijaya, 2011).

Jenis Bahan Tambahan Pangan

Berdasarkan tujuan penggunaannya dalam pangan, pengelompokan BTP yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 sebagai berikut :

Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Contoh pewarna sintetik antara lain amaranth, indigotine, dan nafthol yellow.

Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak memiliki nilai gizi.Contohnya Sakarin, Siklamat, dan Aspartam.

Pengawet, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat terjadinya fermentasi, pengasaman atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Contohnya asam asetat, asam propionat dan asam benzoat.

Antioksidan, yaitu BTP yang dapat menghambat atau mencegah proses oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan. Contohnya TBHQ (tertiary butylhydroquinon).

Antikepal, yaitu BTP yang dapat mencegah menggumpalnya makanan serbuk, tepung, atau bubuk. Contohnya kalium silikat.

Penyedap rasa dan aroma penguat rasa, yaitu BTP yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Contohnya monosodim glutamate (MSG).

Pengatur keasaman (pengasam, penetral, dan pendapar), yaitu BTP yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat asam makanan. Contoh agar, alginate, lesitin, dan gum.

Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses pemutihan dan pematangan tepung sehingga memperbaiki pemanggangan. Contohnya asam askorbat dan kalim bromat.

Pengemulsi, pemantap, dan pengental, yaitu BTP yang dapat membantu terbentuknya dan memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan.

Pengeras, yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contohnya kalsium sulfat, kalsium klorida, dan kalsium glukonat.

Sekuestran, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang terdapat dalam makanan, sehingga memantapkan aroma, warna, dan tekstur. Contohnya asam fosfat dan EDTA (kalsium dinatrium edetat). 

BTP lain yang termasuk bahan tambahan pangan tetapi tidak termasuk golongan diatas. Contohnya enzim, penambahan gizi, dan humektan.

Bahan-bahan tersebut sengaja ditambahkan dalam makanan untuk memperbaiki nilai gizinya, tidak mengurangi zat-zat esensial di dalam makanan, dapat mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan, dan menarik bagi konsumen tetapi tidak merupakan suatu penipuan. Di samping itu juga dalam pemakaian bahan tambahan makanan aman, jumlah yang digunakan dalam pangan harus mengikuti ketetapan batas konsumsi per hari yang dikenal dengan ADI (Acceptable Daily Intake).

Bahan tambahan pangan yang tidak boleh digunakan di antaranya yang mempunyai sifat menipu konsumen, menyembunyikan kesalahan dalam teknik penanganan atau pengolahan, dapat menurunkan nilai gizi makanan, atau jika tujuan dari penambahannya tersebut kedalam makanan masih dapat digantikan oleh perlakuan-perlakuan lain yang praktis dan ekonomis (Murdiati, 2013). 

Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan kesehatan. Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor 722 Tahun 1988, pemanis termasuk kedalam bahan tambahan kimia, selain zat lain seperti antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna. Pemanis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan.

Pemanis Alami

Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu dan aren. Selain itu pemanis alami dapat pula diperoleh dari buah-buahan dan madu. Pemanis alami berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma manis, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh. Jika kita mengkonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami resiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi. Contoh pemanis alami antara lain: gula pasir, gula tebu, gula merah, dan madu. Kementrian Kesehatan RI menganjurkan pembatasan konsumsi gula sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok makan /orang dewasa setiap hari (Murdiati, 2013).

Gula merupakan senyawa kimia yang termasuk karbohidrat, mempunyai rasa manis dan larut dalam air serta mempunyai sifat aktif optis yang dijadikan ciri khas untuk mengenal setiap jenis gula, gula mudah dicerna dalam tubuh sebagai sumber kalori, gula dipergunakan sebagai bahan pengawet bagi berbagai macam makanan terutama pabrik-pabrik pembuat makanan jadi (Agustin dan Putri, 2014).

Pemanis Buatan

Pemanis buatan adalah bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak memiliki nilai gizi (Cahyadi, 2012).Manfaat dari pemanis buatan adalah untuk mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan tambahan pemanis utama. Selain itu, pemanis buatan dengan nilai kalori rendah sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes atau kencing manis. Mengkonsumsi pemanis buatan untuk kebutuhan diet sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter gizi anda. Sebab, konsumsi pemanis kimia itu memiliki efek berbeda bagi setiap orang (Murdiati, 2013).

Jenis-Jenis Bahan Pemanis Buatan

Pemanis buatan mempunyai kemanisan yang lebih dibandingkan pemanis alami. Adapun jenis pemanis buatan antara lain:

Sakarin

sakarin adalah 50-300 mg/kg bahan. Sakarin mempunyai kemanisan 200-700 kali rasa manis gula tebu, sering digunakan pada soft drink, selai, permen, jajanan pasar. Batas penggunaan

Siklamat

Siklamat kemanisanya 30 kali kemanisan gula tebu, sering digunakan pada makanan kaleng atau makanan proses lain karena tahan panas. Pada hewan percobaan pemanis ini menyebabkan kanker kandung kemih. Batas penggunana siklamat adalah 500 mg-3 g/kg bahan. 

Aspartam

Aspartam mempunyai kemanisan 160-220 kali kemanisan gula tebu, banyak digunakan sebagai pemanis buatan pada berbagai jenis makanan dan minuman, terutama makanan dan minuman rendah kalori, seperti sirup, selai (jam), dessert, ice cream topping, dan soft drink. Batas maksimum penggunanan aspartam adalah 40mg/kg berat badan.

Xylitol

Xylitol adalah pemanis buatan yang kemanisanya 0,8-1,2 kali kemanisan gula. Xylitol mempunyai rasa yang menarik, aman bagi kesehatan gigi karena sifatnya yang tidak merusak gigi (non carcinogenic) juga membantu  menurunkan pemebentukan carries dan plaque pada gigi sehingga banyak digunakan untuk campuran pasta gigi. Xylitol menguntungkan bagi penderita diabetes, mempunyai efek sensasi dingin yang menyegarkan, tahan panas, dan tidak mengalami pencoklatan saat dipakai memasak.

Sukralosa

Sukralosa mempunyai kemanisan 550-750 kali kemanisan gula. Manfaat pemanis ini adalah sifatnya yang tidak menyebabkan caries dan tidak merusak gigi, sehingga cocok digunakan dalam industri kembang gula atau permen. Sukralosa juga bersifat tidak bernutrisi, dicirikan dari rendahnya kalori yang dihasilkan, yaitu sekitar 2 kalori/satu sendok teh, sehingga dapat digunakan untuk penderita diabetes dan program penurunan berat badan (Murdiati, 2013). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Tinjauan Tentang Siklamat

Tinjauan Tentang Siklamat Siklamat memiliki nama dagang yang dikenal sebagai assugrin, sucarly, sugar twin, atau weight watchers. Siklamat...