A.
Pengertian
Investasi
Investasi, yang lazim disebut juga
dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua
yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Dengan demikian istilah investasi
dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanaman modal
atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia
dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan
perekonomian tersebut menghasikan lebih banyak barang dan jasa di masa yang
akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang
barang modal yang lama yang harus dan perlu
didepresiasikan Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman
modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai
investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran/perbelanjaan
yang berikut:
1.
Pembelian berbagai jenis barang modal,
yaitu mesin-mesin dan peralatanproduksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis
industri dan perusahaan.
2.
Perbelanjaan untuk membangun rumah
tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3.
Pertambahan nilai stok barang-barang
yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi
pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.
B.
Tahapan Pengambilan Keputusan Investasi
Menurut
Sharpe (1995), pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan
investasi antara lain:
1. Menentukan
kebijakan investasi
Pada
tahap ini, investor menentukan tujuan investasi dan kemampuan/ kekayaannya yang
dapat diinvestasikan. Dikarekan ada hubungan positif antara resiko dan return,
maka hal yang tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya
tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa
ada kemungkinan resiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan
investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun resiko.
2. Analisis
sekuritas
Pada
tahap ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap
sekuritas secara individual atau beberapa kelompok sekuritas. Salah satu
tujuannya melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas
yang salah harga (mispriced).
3. Pembentukan
portofolio
Pada
tahap ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi aset
khusus mana yang akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar
investasi pada tiap aset tersebut. Disini masalah selektivitas, penentuan
waktu, dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor.
Dalam
investasi, investor sering melakukan diversifikasi dengan mengombinasikan
berbagai sekuritas dalam investasi mereka dengan kata lain investor membentuk
portofolio. Selektivitas juga disebut sebagai microforecasting memfokuskan pada
peramalan pergerakan harga setiap sekuritas. Penentuan waktu juga disebut
macroforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan harga saham biasa
relative terhadap sekuritas pendapatan tetap, misal obligasi perusahaan.
Sedangkan diversifikasi meliputi konstruksi portofolio sedemikian rupa sehingga
meminimalkan risiko dengan memerhatikan batasan tertentu.
4. Melakukan
revisi portofolio
Pada
tahap ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodik dari tiga langkah
sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin merubah tujuan investasinya
yaitu mementuk portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan
dengan preferensi investor tentang resiko dan return itu sendiri.
5. Evaluasi
kinerja portofolio
Pada
tahap terakhir ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio
secara periodic dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga
resiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan
resiko juga standar yang relevan.
C.
Jenis-jenis Investasi.
1. Investasi
berdasarkan asetnya
Investasi
ini merupakan penggolongan investasi dari aspek modal atau kekayaannya.
Investasi ini dibagi menjadi dua jenis yatu pertama, real asset merupakan
investasi yang berwujud seperti gedung-gedung dan kendaraan; kedua, financial
asset yaitu berupa dokumen (surat-surat berharga) yang diperdagangkan dipasar
uang seperti deposito,commercial paper, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan
sebagainya. Financial accets juga diperdagangkan dipasar modal seperti
saham,obligasi,warrant,opsi dan sebagainya.
2. Invetasi
berdasarkan pengaruh
Invetasi
model ini merupakan investasi yang berdasarkan pada factor dan keadaan yang
mempengaruhi atau tidak berpengaruh dari kegiatan investasi. Invetasi
berdasatkan pengaruh dibagi menjadi dua yaitu pertama, investasi autonomous
(berdiri sendiri), yaitu invetasi yang tidak dipengaruhi tingkat
pendapatan,bersifat spekulatif,misalnya pembelian surat-surat berharga; kedua,
investasi induced (mempengaruhi-menyebabkan), yakni investasi yang dipegaruh
oleh kenaikan permintaan akan barang dan jasa serta tingkat pendapatan misalnya
penghasilan transitori (penghasilan yang didapat selain dari bekerja),yaitu
bungan tabungan dan sebagainya.
3. Investasi
berdasarkan sumber pembiayaan
Investasi
ini berdasarkan kepada pembiayaa asal atau asal usul investasi itu memperoleh
dana. Invetasi ini dibagi menjadi dua macam: pertama,investasi yang bersumber
dari dana dalam negeri (PMDN), investornya dari dalam negeri: kedua, investasi yang
bersumber dari modal asing,pembiayaan investasi bersumber dari investor asing.
4. Investasi
berdasarkan bentuk
Investasi
yang didasarkan pada cara menanamkan investasinya. Investasi modal ini dibagi
menjadi dua bentuk yaitu pertama, investasi lansung dilaksanakan oleh
pemiliknya sendiri,seperti membangun pabrik, membangun gedung selaku konraktor,
membeli total, atau mengakuisi perusahaan; kedua, investasi tidak langsung yang
disebut dengan investasi portofilio,investasi tidak langsung dilakukan melalui
pasar modal dengan instrument surat – surat berharga seperti
saham,obligasi,reksadana beserta turunannya.
5. Investasi
berdasarkan waktu
Investasi
berdasarkan waktu dibagi dua, yaitu: investasi berdasarkan jangka pendek dan
investasi berdasarkan jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan penanaman
modal oleh seseorang yang jangka waktunya relative pendek misalnya setahun,
atau dua tahun. Contohnya tabungan di Bank, deposito, instrument pasar uang,
dll. Sedangkan investasi jangka panjang adalah penanaman atau penyertaan
sebagian kekayaan suatu perusahaan dengan maksud untuk meperoleh pendapatan
tetap dan untuk menguasai atau mengendalikan perusahaan tersebut dengan waktu 5
tahun dan seterusnya. Contohnya, saham, reksadana, obligasi, emas batangan,
properti, barang koleksi, dll.
D.
Kriteria
Penilaian Investasi
Pada hakikatnya,
melalui penilain sebuah pembangunan/proyek, dapat menarik dua jenis kesimpulan.
Pertama, melalui evaluasi proyek kita dapat mengetahui apakah benefitnetto
lebih besar atau lebih kecil daripada benefitnetto suatu peluang investasi
marjinal. Jika suatu proyek menghasilkan benefit netto yang lebih besar
daripada benefit netto proyek marjinal, pelaksanaanya dapat disetujui. Dan jika
lebih kecil, pelaksanaannya seharusnya ditolak. Jenis kesimpulan ini mendasari
keputusan go/no-go (lanjut/tolak proyek). Kedua, melalui proyek kita dapat
menentuka urutan proyek dalam rangka serangkaian peluang investasi yang lebih
baik daripada proyek marjinal sedemikian rupa sehingga proyek yang akan
menghasilkan benefit yang lebih besar terletak pada urutan yang paling
atas.Dalam rangka mencari ukuran menyeluruh sebagai dasar penerimaan/penolakan
atau pengurutan suatu proyek, telah dikembangkan berbagai cara yang
dinamakan investment criteria atau kriteria investasi.
Dalam hal menyusun
berbagai peluang investasi yang semuanya kelihatan lebih menguntungkan daripada
proyek marjinal, maka seringkali penggunaan dua atau lebih kriteria investasi
meletakkan dua atau lebih kemungkinan investasi di dalam urutan yang sama.
Tetapi, ada kalanya urutan berbagai kemungkinan itu berbeda menurut jenis kriteria
yang dipakai. Tidak satu pun kriteria yang diterima secara universal sebagai
yang paling bermanfaat dalam setiap keadaan.Ketiga kriteria pertama, yaitu NPV,
IRR, dan Net B/C, lebih umum dipakai dan dapat dipertanggungjawabka untuk
penggunaan-penggunaan tertentu. Masing-masing kriteria ini mempunyai kebaikan
dan kelemahan. Oleh karena itu, si penilai proyek harus memutuskan, kriteria
mana yang paling tepat dalam setiap keadaan. Sedangkan untuk Gross B/C
didasarkan atas salah pengertian tentang sifat dasar biaya, sehingga dapat
menyebabkan kekeliruan dalam penyusunan urutan peluang investasi.Berikut ini
kelima investment criteria yang digunakan oleh calon investor:
1.
Net present value (NPV).
NPV adalah kriteria terpenting dalam evaluasi sebuah
investasi merupakan tujuan manajemen keuangan semua perusahaan untuk
meningkatkan atau menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham. NPV adalah
selisih jumlah kas yang dihasilkan sebuah proyek investasi dan nilai investasi
yang diperlukan atau selisih PV dari sebuah proyek dan investasi
awal. Dalam metode ini, pertama-tama yang dihitung adalah nilai sekarang (present
value) dari keseluruhan proses yang diharapkan atas discount rate tertentu.
Kemudian jumlah present value dari keseluruhan selama usianya dikurangi dengan present
value dari jumlah investasinya. Selisih antara present value dari keseluruhan
dengan present value dari pengeluaran modal (capital outlays) dinamakan nilai
neto sekarang (Net Present Value).
Kesulitan penggunan NPV adalah investor atau manajer
keuangan harus mendapat tingkat diskonto yang representatif untuk setiap proyek
investsi. Untuk investor perusahaan, tingkat diskonto ini adalah rata-rata
tertimbang dari biaya dana atau rata-rata tertimbang dari struktur modal
perusahaan itu. Untuk investor individu, tingkat diskonto yang relevan adalah
biaya bunga pinjaman atau biaya modal sendiri.
Adapun Kelebihan dari
NPV, sebagai berikut:



Kelemahan
dari NPV, sebagai berikut:


2.
Internal Rate of Return (IRR).
Internal
Rate Return adalah tingkat bunga yang
menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran
kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang
menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0). Gittinger (1986)
menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi
perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen.
Adapun Kelebihan dari IRR,
sebagai berikut:



Kelemahan dari PP adalah Memerlukan
perhitungan (Cost Of Capital) sebagai batas minimal dari nilai yang mungkin
dicapai.
3.
Payback Period (PP).
Payback
period adalah periode modal kembali atau
lamanya waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal atau modal
yang sudah dikeluarkan. Metode ini juga sering disebut dengan metode
pemulihan investasi yang merupakan metode analisis kelayakan investasi untuk
menilai jangka waktu (tahun) pemulihan seluruh modal yang diinvestasikan dalam
suatu perusahaan.
Adapun Kelebihan dari PP,
sebagai berikut:



Kelemahan dari PP, sebagai berikut:




4.
Profitability Index (PI).
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai arus
kas bersih yang akan datang dengan nilai investasi yang sekarang. Profitability
Index harus lebih besar dari 1 baru dikatakan layak. Semakin besar PI,
investasi semakin layak. Model ini adalah menghitung nilai tunai arus kas
masuk bersih dibagi nilai tunai investasi. Jika nilainya lebih besar dari 1,
maka proyek investasi tersebut dianggap layak, dan sebaliknya.
Adapun Kelebihan dari
metode PI, sebagai berikut:



Kelemahan dari metode PI
yaitu dapat memberikan panduan dan pilihan yang salah pada proyek- proyek yang mutually
exsclusive yang memiliki unsur ekonomis dan skala yang berbeda.
5.
Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio).
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang
dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan
dinotasikan dengan C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit).
Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan
melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1,
sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan.
E.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat investasi
Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return).
1.
Kondisi Internal Perusahaan. Kondisi
internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol Perusahaan,
seperti tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi. Sedangka
faktor non-teknis, seperti kepemilikkan hak dan atau kekuatan monopoli,
kedekatan denga pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.
2.
Kondisi Eksternal Perusahaan. Kondisi
eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi
utama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi
domestik maupun internasional.
F.
Nilai
Tercatat Investasi (Carrying Amount of Investment)
1.
Investasi
Lancar.
Terdapat pendapat berbeda mengenai nilai tercatat
yang tepat untuk investasi lancar. Ada yang menekankan bahwa untuk laporan
keuangan yang dipersiapkan menurut biaya perolehan aturan umum tentang biaya
dan nilai bersih yang direalisasi yang mana yang lebih rendah dapat diterapkan
pada investasi; dan karena kebanyakan investasi lancar dapat dipasarkan; nilai
tercatatnya adalah biaya atau nilai pasar mana yang lebih rendah. Dengan kata
lain metode ini memberikan nilai neraca yang wajar (prudent) dan tidak menyebabkan
pengakuan keuntungan yang tidak direalisasi dalam
penghasilan.Pendapat lain mengenai investasi lancar yang merupakan subtitusi
kas adalah menilainya dengan nilai wajar, yakni dengan nilai pasar. Perusahaan
tidak memperhatikan unsur harga perolehan melainkan kas yang dapat diperoleh
dengan menjualnya kembali. Persediaan dengan investasi lancar merupakan hal
yang berbeda. Investasi lancar dapat dengan mudah dijual sedangkan laba tidak
dapat diakui sebelum penjualan persediaan dipastikan.
Perhatian perusahaan biasanya langsung pada nilai
keseluruhan dari portofolio investasi lancar, dan bukan pada investasi
individual, karena investasi tersebut dimiliki secara kolektif sebagai tempat
penyimpanan kekayaan. Maka sejalan dengan pandangan ini, investasi dicatat pada
biaya atau nilai pasar yang mana yang lebih rendah dinilai pada suatu
portofolio agregat, dalam total atau dengan kategori investasi, dan tidak pada
basis investasi individual. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa penggunaan
dasar portofolio menghasilkan kerugian yang dikompensasi dengan keuntungan yang
tidak direalisasi.
2.
Investasi
Jangka Panjang.
Investasi jangka panjang biasanya dicatat pada biaya
perolehan. Tetapi jika terjadi penurunan yang tidak bersifat sementara dalam
penilaian investasi jangka panjang tersebut, nilai tercatat dikurangi
untuk mengakui penurunan tersebut. Indikator nilai suatu investasi dapat
diperoleh dengan mengacu pada nilai pasarnya, aktiva dan kinerja investee serta
arus kas yang diharapkan dari aktivitas tersebut. Resiko dan jenis serta
penyertaan (stake) investor pada investe juga diperhitungkan. Pembatasan
distribusi oleh investee tersebut atau pelepasan investasi oleh investor
mungkin mempengaruhi investasi. Contoh: pembayaran dividen atau pembayaran
kembali investasi.
Banyak investasi jangka panjang yang secara
individual penting bagi perusahaan yang melakukan investasi. Nilai tercatat
dari investasi jangka panjang karenanya, biasanya ditentukan secara individual.
Namun, dari beberapa negara, sekuritas ekuitas mudah dipasarkan yang
diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang dapat dinilai menurut yang
terendah antara biaya dan nilai pasar yang ditentukan pada basis portofolio.
Dalam hal ini, penurunan sementara dan pemulihan atas penurunan tersebut
dimasukkan dalam ekuitas.Penurunan selain penurunan sementara dalam nilai
tercatat investasi jangka panjang dibebankan pada laporan laba rugi. Penurunan
nilai tercatat dapat dipulihkan jika selanjutnya terdapat kenaikan dalam nilai
invetasi tersebut, atau jika alasan penurunan tersebut tidak relevan lagi.
Pemulihan tersebut tidak boleh menyebabkan nilai investasi melebihi biaya
perolehannya semula (original cost).Investasi properti lazim dicatat sebagai
investasi jangka panjang kecuali apabila dimaksudkan untuk dimiliki dalam waktu
satu tahun atau kurang. Investasi properti tidak boleh disajikan sebagai bagian
dari aktiva tetap dan tidak boleh disusutkan.
3.
Pelepasan
Investasi (Disposal of Investment) dan Pemindahan investasi.
Pelepasan investasi dapat terjadi karena penjualan,
kerusakan, bencana, peraturan pemerintah dan sebagainya sehingga tidak dapat
digunakan lagi oleh perusahaan. Pada penjualan suatu investasi, selisih antara
nilai tercatat dan hasil neto, diakui pada laporan laba rugi sebagai keuntungan
atau kerugian penjualan.
Setiap penurunan nilai pasar investasi lancar yang
dicatat pada yang terndah antara biaya dan nilai pasar pada dasar portofolio
dilakukan terhadap biaya perolehan secara agregat; investasi individual tetap
dicatat pada biaya. Dengan demikian, laba atau rugi penjualan suatu investasi
individual didasarkan pada biaya perolehan; namun penurunan agregat pada nilai
pasar dari portofolio tersebut ditentukan.
Kadang-kadang investasi jangka panjang
direklasifikasi sebagai investasi lancar. Pemindahan tersebut dilakuakan
berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai tercatat jika
investasi lancar dicatat pada nilai terendah antara biaya dan nilai pasar.
Investasi yang direklasifikasi dari lancar ke jangka panjang masing-masing
dipindahkan berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai pasar.