BUKU ZERO TO HERO
Karya: Solikhin
Abu Izzudin
Biografi penulis
Buku motivasi ini ditulis oleh Sholikhin. Lahir
di Kebumen, Jawa Tengah, 17 Maret 1971. Alumnus Program DIII Higene Perusahaan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta menyelesaikan
pendidikannya tahun 1993. Kemudian melanjutkan studinya di Instiute of Da’wah
and Islamic Studies “Ma’had Al Bina’ Surakarta dan lulus sebagai lulusan
terbaik kedua dan diwisuda pada bulan Maret tahun 1996, hadir DR.HM. Hidayat
Nurwahid, MA dengan tema “Aqidah Salaf di Tengah Arus Kebangkitan Ummat.” Dalam
seminar wisuda bertajuk “Manhaj Salaf dan Gerakan Dakwah Islamiyah.”
Sejak kecil ia punya minat baca yang besar dan
menaungkan gagasannya dalam kertas-kertas bekas sekalipun (seperti pelapah
korma di jaman Nabi barangkali…) itulah yang turut mengantarkan pada kondisi
sekarang. “ketrampilan sekecil apapun sangat penting artinya dalam hidup”,
begitulah prinsip yang dipegangnya. Sangat perhatian terhadap waktu dan tidak
melewatkannya kecuali untuk hal-hal yang bermanfa’at. Seringkali menyusun
konsep-konsep tulisan di atas motornya dalam perjalanan. Salah satunya buku
“Mumpung Masih Muda, Enjoy Aja!” dan “Zero to Hero”. Biasa menghabiskan
beberapa buku-bukunya di atas bus atau di atas kapal laut.
Penulis, da’I, muballigh, konsultan keluarga,
presenter, desainer grafis, editor, dan trainer ini Mengawali debut
jurnalistiknya dengan menulis “resensi” di media pada tahun 1993 di majalah
Ishlah dan Inthilaq (almarhum), juga di Majalah Al Muslimun. Banyak mengangkat
kegiatan kmpus dan keislaman melalui reportase di Ishlah, kemudian dilanjutkan
menuangkan gagasan berupa artikel dan kolam seperti mengisi kolom Hikmah di
Harian Republika.
Penulis yng punya beberap nma di media seperti
Abu ‘Izzuddin, Hamas Izzuddin, Sholikhin l Parambi, dan Solikhin Abu ‘Izzuddin,
ini ikut terlibt dalam pendirian Partai Keadilan di Sragen (kini PK Sejahtera),
juga terjun dalam Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah sebagai Ketu PDPM Bidang
Organisasi. Di DPD PKS ia menggawangi Biro Kaderisasi Keprtaian setelah
sebelumnya diamanahi di Humas dan Sekretaris Umum.
Putra dari pasangan Wiryo Utomo dan Roisah ini
dikaruniai 4 orang putera – Izzuddin Ar Rifqiy (tahun 2006 berusi 12 tahun,
Daris Muhammad Ridhwan 10 tahun, Royan Jaisy Ar-Rahman 2 tahun, dan Fahri Abdul
Fatah 4 tahun – dari pernikahannya dengan Retna Asih Dewi Astuti. TInggal di
Jl. Cemara Teguh jajar Rt. 08/II, Plumbungan, Karangmalang , Sragen 57222.
Berikut adalah sedikit isi buku yang dapat saya
tuangkan:
Jika
diakui, kita ini hanyalah orang biasa. Banyak keterbatasan, kekurangan,
kelemahan, kegagalan, kemalasan dan lainnya. Hal itu bukanlah masalah.
Bagaimana di tengah keterbatasan itu kita dahsyatkan diri agar lahir prestasi
tinggi. Itulah kepahlawanan sejati.
Orang yang hebat adalah orang yang mampu
mendahsyatkan dirinya ketika dia , dan mengembangkan apapun yang ada didalam
dirinya mau itu sebuah kekurang ataupun kelebihan.
Ini bukan sekedar “buku cerita” tentang
prestasi manusia. Bukan sekedar bacaan hiburan pelepas kepenatan. Bukan semata
kumpulan dan nukilan. Kami gali dari khazanah yang terpendam, merangkai yang
tercecer, menyusun yang terbengkalai, merawat yang dianggap remeh dan menyuguhkannya
menjadi sebuah “kekuatan dahsyat” untuk menggugah dan mengubah diri menjadi
pribadi luar biasa.
Kecil-kecil jadi mufti
Suatu hari, di Masjidil Haram seorang guru
tengah menyampaikan ilmu kepada murid-muridnya. Dengan lugas, jelas, dan komunikatif,
guru tersebut mengajarkan materi fiqh, muamalah, jinayah dan hokum-hukum
criminal.
Namun ada yang ganjil dalam majelis ini,
ternyata Pak Guru tampak jauh lebih muda dari pada murid-muridnya. Bahkan di
tengah profesi belajar mengajar, ia sempat minta izin untuk minum, padahal
siang itu adalah bualan Ramadhan. Kontan saja “ulah” Pak Guru menuai Protes.
“Kenapa Anda Minum, padahal ini ‘kan bulan Ramadhan?”, Tanya para murid. Ia
menjawab, “Aku belum wajib Berpuasa.”
Siapa Pak Guru yang terlihat nyeleneh tersebut?
Ia adalah Muhammad Idris Asy-Syafi’i, yang lebih kita kenal dengan Imam
Syafi’i.
Kita tak usah heran dengan fragmen ini,
karena pada usia belum baligh Imam Syafi’i sudah menjadi ulama yang disegani.
Usia Sembilan tahun sudah hafal Al-Qur’an. Usia sepuluh tahun isi kitab
Al-Muwatha’ karya Imam Malik yang berisi 1720 hadits pilihan juga mampu
dihafalnya dengan sempurna. Pada usia 15 tahun telah menduduki jabatan Mufti
(semacam hakim agung) kota Makkah, sebuah jabatan prestisius pada masa itu.
Bahkan di bawah usia 15 tahun, Imam Syafi’i sudah dikenal mumpuni dalam bidang
bahasa dan sastra Arab, hebat dalam membuat sya’ir, jago qira’at, serta diakui
memiliki pengetahuan yang luas tentang adat istiadat Arab yang asli.
Subhanallah.
Merekapun pernah Gagal
Imam Al-Ghazali adalah orang yang gemar
mencatat ilmu-ilmu yang didapatkan hingga suatu saat dia berjalan membawa hasil
ilmunya dan di rampok bawaannya. Perampok merebut bawaannya berupa
catatan-catatan ilmu. Imam Al Ghazali bersikeras merebutnya, tapi dia malah di
cemooh, masa mengandalkan ilmu hanya pada catatan bukan dari hafalan di hati,
“Al-ilmu fish shudhur la fis suthuur…”
Kegagalan inilah yang melecut dirinya untuk mengambil ibrah dan merubah cara
belajarnya dari sekedar mencatat menjadi menghafal. Dan hasilnya luar biasa
sebagaimana kita rasakan hingga saat ini. Kegagalan lainnya adalah beliau juga
pernah tersesat dalam filsafat ilmu kalam namun akhirnya tersadar dan
mengungkapkan kesesatan-kesesatan ilmu filsafat atau ilmu kalam.
Bermimpi Yuk!
Penulis mengajak para pembaca bermimpi. Ada apa dengan mimpi? Mengapa kita
harus bermimpi? Bukankah mimpi itu bunganya tidur? Apa kita harus tidur dulu?
Bagaimana mau maju, bukankah kita sudah kebanyakan tidur?
Begini, suatu hari Umar bin Khatab ra melakukan
dialog dengan beberapa orang di zamannya. Umar bin Khatab berkata :
“Berangan-anganlah!” maka salah seorang diantara yang hadir berkata : “saya
berangan-angan kalau saja mempunyai banyak uang (dinar dan dirham), lalu saya
belanjakan untuk memerdekakan budak dalam rangka meraih ridha Allah.”
Seorang lainnya menyahut : “Kalau saya,
berangan-angan memiliki banyak harta, lalu saya belanjakan fi sabilillah.” Yang
lainnya menyahut : “Kalau saya mengangankan mempunyai kekuatan tubuh yang prima
lalu saya abadikan diri saya untuk member air zam-zam kepada jama’ah haji satu
persatu.”
Setelah Umar bin Khatab mendengarkan mereka, ia
pun berkata : “Kalau saya, berangan-angan kalau saja di dalam rumah ini ada
tokoh seperti Abdullah bin Al Jarrah, Umair bin Sa’ad dan semacamnya.”
[Stop! Bangun dan bangkitlah, jangan tidur
terus nanti kebablasan]
Mungkin anda bertabya mengapa harus bermimpi sih? Memang, mimpi itu kembangnya
tidur dan bukankah kita harus realistis?
Begini para pembaca budiman, memang mimpi bisa jadi tinggal mimpi. Namun ada
sebuah hikmah “Bermimpilah sebelum kamu menjadi pemimpin.” Serta “Belajarlah
sebelum engkau menjadi pemimpin.” Ternyata banyak orang-orang besar,
pemimpin besar yang berangkat dari seorang pemimpi. Jadilah pemimpi yang besar
untuk menjadi pemimpin yang besar. Dalam sebuah majelis, ada seorang syaikh
yang mengatakan, “Laa budda lil qaa-idi yakuuna lahu ahlam, wa illa la
yashluh an yahuuna qaa-idan… seorang pemimpin hharus mempunyai banyak
mimpi, jika tidak dia tidak layak jadi pemimpin.”
Memang kenyataannya, kita akan kehabisan stok pemimpin kalau tidak ada lagi
orang yang berani bermimpi dan bercita-cita besar. Nah, bila untuk bermimpi
saja tidak berani, bagaimana ia berani memimpin? Karena menjadi pemimpin
berabti menjadi orang yang cerdas. Yakni berani berfikir mendahului
masanya, meski kadang orang lain belum bisa memahaminya. Ia juga obsesif.
Memiliki pikiran dan gagasan besar di luar apa yang dipikirkan orang lain.
Seperti yang dilakukan Khidr, hal-hal yang tidak bisa dipahami dan dimengerti
oleh Nabi Musa.
Tapi yang aneh, kadang untuk bermimpi dan bercita-cita saja takut apalagi untuk
meraihnya. Iya kan?
Berhitung… mulai !
Kalau dihitung-hitung, masing-masing waktu kita
sama : 60 detik dalam 1 menit, 60 menit dalam 1 jam dan 24 jam sehari, 7 hari
sepekan dam seterusnya, anda sendiri hitunglah waktu Anda. Namun kata Imam Al
Ghazali. Kalau orang umurnya 60 tahun rata-rata dan menjadikan 8 jam sehari
untuk tidur, maka dalam 60 tahun iya telah tidur 20 tahun. Luar biasa… banyak
banget tidurnya ya. Lah prestasinya mana…? Itulah kebanyakan manusia. Apakah
termasuk kita?
Kita akui, kita orang biasa. Banyak keterbatasan, kekurangan, kelemahan,
kegagalan, kemalasan de el el. Itu bukan masalah. Bagaimana ditengah
keterbatasan itu kita mendahsyatkan diri lahir prestasi tinggi. Itulah
kepahlawanan sejati. From Zero to Hero!
Sejarah mencatat, banyak orang besar justru lahir di tengah himpitan kesulitan
bukan buaian kemanjaan. Mereka besar dengan mengurangi jam tidurnya, waktu
bekerja dan kesibukan mengurusi duniawi untuk memenuhi kebutuhan ukhrawi.
Menyedikitkan tidur malam untuk bisa bangun malam. Sedikit canda untuk rasakan
nikmatnya ibadah. Tak berlebihan dalam bergaul ‘tuk’ rasakan lezatnya iman.
Menahan diri dari maksiat biar tubuhnya tetap sehat.
Review pembaca
Setelah membaca sedikit isi buku tersebut atau
bahkan menghabiskan membaca buku ini banyak sekali manfaat yang akan pembaca
dapatkan. Bahasan buku ini diawali dengan dua buah kisah yang sangat
menginspirasi semua orang. Bagaiaman tidak, buku ini diawali dengan kisah salah
seorang imam madzhab, yakni imam as-syafi’i. dari kisah tersebut pembaca dapat
bercermin, bagaimana ia pada masa kecilnya. Imam syafi’I pada umur 9 tahun
sudah menghafal 30 juz al’qur;an, kemudian pada umur 10 tahun, beliau sudah
menghfal dan menguasai kitab gurunya, yakni kitab al-muwatta’, yang berisi 1720
hadits. Pada usianya kurang dari 15 tahun beliau sudah menguasai berbagi macam
ilmu dan pada usianya yang ke 15 tahun, beliau menjadi seorang mufti, yakni
hakim agung di makkah. sebuah jabatan yang sangat hebat bagi seorang pemuda.
Kita para pembaca mencoba bercermin, bagaimana
kita pada usia tersebut, kita pasti masih senang menghabiskan waktu dengan
bermain dan lain sebagainya. Begitulah kebiasaan orang-orang sukses,
orang-orang hebat. Jika kita menginginkan kesuksesan sebagamana halnya dengan
orang-orang sukses yang menginspirasi atau bahkan ingin menjadi lebih dari
mereka, maka kita mencoba mengikuti kebiasaan orang-orang sukses tersebut atau
bahkan melakukan lebih. Sebagaimana dalam sebuah pepatah dalam bahasa inggris
yakni, “at first you make habbits, at last habbits make you” maknanya, pada
awalnya kamu yang mebuat kebiasaan, pada akhirnya kebiasaanlah yang akan
membentukmu”. Artinya, jika kita ingin sukses seperti misalnya orang-orang
sukses yang menginspirasi kita, maka kita harus mengikuti kebiasaan apa yang
dia lakukan hingga bisa menjadi sukses. Jika kita melakukan kebiasaan-kebiasaan
orang sukses, maka kitapun akan bisa menjadi sukses. Jadi mari mencoba merubah
kebiasaan-kebiasan kita!!!
Kemudian yang selanjutnya, didalam buku
tersebut bagaimana mengajak para pembaca untuk bisa lebih baik dalam memanfaat
waktu dengan sebaik-baiknya, bahkan bagiamana mengisi waktu agar hari-hari
berlalu tidak terlewat dengan melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya untuk
masa depan kita.
Dalam buku ini, mencoba mengingatkan para
pembaca sebuah surah dalam al-qur’an yakni qs. Al-ashr ayat 1 – 3.didalam surah
tersebut menyebutkan bahwa DIA tidak main-main, dengan besrsumpah bahwa semua
manusia akan mengalami kerugian, kecuali:
1.
Orang-orang yang beriman
2.
Orang-orang yang beramal shalih
3.
Orang yang saling menasihati dalam kebenaran
dan kesabaran
Imam syafi’I dalam menyikapi ayat tersebut, ia
berkata “seandainya manusia memahami ayat ini cukuplah agama ini baginya…”
maksudnya adalah, hidup ini merupakan sekumpulan waktu, jika ia tidak bisa
memanfaatkan waktu, maka ia dijamin akan menjadi manusia yang rugi. Ia akan
dianggap mati, padahal jantung dan nafasnya msih ada. Artinya jika dia ridak
bisa memberikan manfaat bagi manusia yang lainnya.
“barang siapa yang tidak menyibukkan diri
dengan kebaikan, maka ia akan disibukkan dengan keburukan”
Ubahlah paradigma kita, cara berpikir kita.
kita semua memang manusia yang dipenuhi dengan banyak kekurangan dan keterbatasan,
memang tak ada manusia yang sempurna. Lantas, jangan kekurangan dan
keterbatasan yang kita miliki membuat kita menjadi manusia yang lemah, tapi
bagaimana kita berpikir mengubah kekurangan dan keterbatasan tersebut menjadi
sebuah kekuatan untuk tetap maju dan berusaha sebaik mungkin, memperbaiki
kehidupan kita, agar menjadi orang-orang yang luar biasa.
Banyak orang-orang sukses yang bahkan memiliki
kekurangan lebih banyak dari kita saat sekarang ini. Mereka yang tak memiliki
tangan, tapi masih memiliki kaki, dan ia mampu mengubahnya menjadi kekuatan, ia
mampu menjadi seorang pelukis professional. Luar biasa bukan!.
Misalkan dihadapkan dengan suatu masalah,
Orang-orang yang mudah putus asa mungkin berfikir “masalah ini mungkin
deselesaikan, tapi sulit.” Tapi kita yakinlah ubah cara pandang kita dengan
mengatakan “masalah ini memang sulit, tapi mungkin untuk diselesaikan”. Hal-hal
sekecil itupun akan mampu mengubah kita, yang dulunya mungkin berpikir tak
mampu, akan mengobarkan semangat dalam diri, agar tetap berusaha dan mau
mencoba. Ada sebuah pepatah “you never know, if you never try” kamu tidak akan
pernah tahu/bisa, jika kamu tak pernah mencoba.
Banyak prestasi-prestasi orang-orang sukses
terdahulu pada buku ini, yang dapat memotivasi diri, agar dapat berprestasi,
dalam keterbatasan yang kita miliki.
Misalnya sahabat zaid bin tsabit ra, sanggup
menguasai bahasa parsi hanya dalam tempo waktu 2 bulan.
Abu hurairah, masuk islam pada umurnya yang ke
60 tahun, pada tahun khaibar dan selalu menyertai rasulullah sepenuhnya. Ia
meninggal di madinah pada tahun 57 H. prestasinya sangat luar biasa, yakni ia
mampu meriwayatkan sebanyak 5374 hadits.
Nabi yusuf AS, hidup dalam keterasingan,
dibuang oleh saudaranya sendiri hanya karena iri kepadanya, kemudian dibawa dan
dibesarkan oleh raja mesir pada masa itu, tapi setelah menginjak usia menjadi
seorang pemuda, ia dimasukkan ke dalam penjara. Bukan karena ia sudah melakukan
suatu kejahatan atau sebuah criminal. Tapi beliau adalah korban fitnah karena
menolak ajakan imraatul aziz, Zulaikha. Untuk berbuat seuatu yang tak
semestinya. Didalam penjara, nabi yusuf memanfaatkan waktunya dengan banyak
belajar dan mendekatkankan diri pada Allah SWT. Penjara menjadikannya seorang
bendaharawan mesir, karena ia banyak belajar dan mengasah potensi yang ia
miliki.
Bersiaplah menghadapi kegagalan
Kegagalan dan kesuksesan itu selalu
berjalan beriringan, tak pernah
terpisahkan, seperti halnya dua sisi mata uang, satu sisi adalah kegagalan dan
sisi yang satunya lagi adalah sebuah ksesuksesan. Jika ingin menjadi sukses,
maka siaplah juga untuk mengalami kegagalan. Yang penting bukan hanya mencari
jalan sukses, tapi juga mencari apa penyebab kegagalan yang dialami. Tidak
hanya meratapi, mengapa ini terjadi. Tapi juga koreksi diri, dan berpikir
mencari solusi.
Oleh karenanya penting sekali menyusun sebuah
rencana, karena perencanaan adalah menulis kegagalan diatas kertas. Kegagalan
tidak hanya tentang siapa yang kalah ketika tidak dapat mencapai apa yang
dicita-citakan, tapi hakikat kegalan itu juga, antara lain:
1.
Orang yang takut melangkah, karena takut salah.
2.
Orang yang tidak pernah bisa mengakui kekalahan
dan kesalahan.
3.
Orang yang selalu menyalahkan orang lain, dan
tidak pernah mengoreksi diri sendiri
4.
Orang yang gagal merencanakan, maka ia telah
merencanakan kegagalan.
5.
Orang yang gagal membangun hubungan jangka
panjang dengan keluarga, pada umum nya juga akan gagal membangun hubungan
jangka panjang dalam bisnis, pertemanan dan seterusnya.
6.
Kegagalan adalah milik mereka yang melangkah
setengah hati, tak pernah jelas apa yang dicari.
7.
Kegagalan terjadi karena terpasung oleh
mitos-mitos yang menghalangi langkah, tak berani mengambil resiko, duduk manis
menunggu durian runtuh.
8.
Kegagalan adalah hiasan akrab bagi mere yang
manja, tak mau berusaha apalagi bekerja, tak memiliki motivasi dan percaya
diri.
9.
Kegagalan itu milik orang-orang yang berfikir
negative, bertindak pasif, mengalah pada keadaan,gamang melangkah, gampang
menyerah, dan suka mencari-cari alasan.
Ketika mengalami kegagalan, jangan pernah
berenti berusaha. Tak penting seberapa kali kita jatuh gagal, yang terpenting
adalah berapa kali kita sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit
setiap kali ia jatuh, maka ia tak akan pernah mengenal yang namanya putus asa.
Ketika kita terhambat disuatu jalan menuju sukses, jangan pernah menyerah
mencari jalan baru, hingga kita mencapai tujuan yang kita inginkan.
Dalam menghadapi kegagalan, hal pertama yang
harus kita miliki adalah kesabaran. Karena orang yang sabar ketika mengalami
kegagalan adalah orang yang akan mampu bertahan, tak mudah menyerah. Sabar
apabila dijalani sebagaimana mestinya, akan mampu mengubah musibah menjadi
karunia, tantangan menjadi peluang, kekurangan menjadi kekuatan, hambatan
menjadi kesempatan.
Kemudian hal yang perlu kita miliki, adalah
ketabahan. Ketika gagal ketabahan saat menghadapi kegagalan tersebut akan
membuat kita bangkit kembali.
Apabila anda dapat terus mencoba setelah tiga
kali kegagalan, anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi seorang pemimpin
dalam pekerjaan anda sekarang.
Jika anda terus mencoba setelah mengalami
belasan kali kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri
anda.
Selanjutnya, yang perlu kita lakukan dalam
menghadapi kegagalan adalah selalu mengambil hikmah dan jangan pernah menyerah.
Ketika mengalami kegagalan, aka nada hikmah dibaliknya, bagaimana kita belajar
mengambil kebaikan didalamnya menjadi motivasi untuk terus bangkit dan jangan
pernah menyerah.
Bermimpi dan
bercita-cita
“bermimpilah sebelum kamu jadi pemimpin” serta
“belajarlah sebelum kamu jadi pemimpin”
Banyak orang-orang besar, pemimpin-pemimpin
besar terlahir dari seoarang pemimpi. Jadilah pemimpi besar untuk menjadi
pemimpin besar. Jika bermimpi saja tidak berani, bagaimana anda berani untuk
sukses. Mimpi saja tidak punya, apa yang akan diwujudkan.
Cita-cita adalah sebagian dari kesuksesan, jika
cita-cita saja tidak punya, bagaimana anda bisa sukses, apa yang akan anda
wujudkan. Kadang kita takut punya cita-cita, karena takut untuk mencapainya.
Padahal cita-cita adalah penggerak jiwa agar mau terus berusaha untuk mencapai
tujuan yang akan dicapai. Jadi jangan pernah takut, hanya untuk bercita-cita.
Dalam mewujudkan cita-cita tersebut jangan
pernah lupakan sang pencipta, jangan pernah jauh dariNYA. Karena ketika kita
jatuh atau gagal, tak ada yang dapat menolong, kecuali DIA yang maha menolong.
Ketika masalah menimpa, tak ada yang dapat menyelesaikan, kecuali DIA yang maha
luas. Inti dari sebuah kesuksesan adalah usaha yang kita lakukan dan do’a yang
kita lantunkan.
Kemudian pada akhir bahasan buku ini, disana
diawali dengan sabda Nabi SAW yang mulia, yang berbunyi “ jika anak adam
meninggal, maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara:
1.
Shadaqah jariyah yang terus mengalir
2.
Ilmu yang bermanfaat
3.
Anak sholeh yang selalu mendo’akan kedua orang
tuanya
(H.R Muslim)
Maksudnya
adalah kesuksesan yang sebenarnya adalah kebahagiaan yang akan kita capai di
akhirat nanti. Hidup ini pilihan, apakah kita maemilih untuk hidup bahagia atau
sengsara. Pahlawan sejati tidak mimikirkan kapan matinya, tapi bagaimana
matinya. Apakah husnul khotimah ataukah suul khotimah? Semua tergantung pada
diri masing-masing. Yang terpenting adalah mempersiapkan agar kita kembali
dengan cara yang baik, kembali ketika menjadi orang yang baik.
Sebenarnya tak perlu
panjang lebar, buku ini mengajak, buku ini mengubah pribadi pembacanya, dengan
menyampaikan motivasi-motivasi yang menginspirasi. Yang mungkin dulunya hanya
seseorang yang biasa-biasa saja, atau bahkan menganggap dirinya bukan apa-apa,
dia akan dapat bangkit hingga menjadi orang yang luar biasa. Yang mungkin
dulunya hanya seorang tamatan SMA, tak mengenal ilmu agama, dia akan dapat
berubah dan akan sangat mendambakan manisnya iman. Seseorang yang dulu hidupnya
tak memiliki tujuan, maka dia akan maenjadi orang-orang yang meimiliki
cita-cita besar. Dan mewujudkannya hingga menjadi orang besar, menjadi
pahlawan. Mengubah pecundang menjadi pahlawan.