Resume Buku Zero To Hero

BUKU ZERO TO HERO
Karya: Solikhin Abu Izzudin

Biografi penulis

Buku motivasi ini ditulis oleh Sholikhin. Lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 17 Maret 1971. Alumnus Program DIII Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta menyelesaikan pendidikannya tahun 1993. Kemudian melanjutkan studinya di Instiute of Da’wah and Islamic Studies “Ma’had Al Bina’ Surakarta dan lulus sebagai lulusan terbaik kedua dan diwisuda pada bulan Maret tahun 1996, hadir DR.HM. Hidayat Nurwahid, MA dengan tema “Aqidah Salaf di Tengah Arus Kebangkitan Ummat.” Dalam seminar wisuda bertajuk “Manhaj Salaf dan Gerakan Dakwah Islamiyah.”

         

Sejak kecil ia punya minat baca yang besar dan menaungkan gagasannya dalam kertas-kertas bekas sekalipun (seperti pelapah korma di jaman Nabi barangkali…) itulah yang turut mengantarkan pada kondisi sekarang. “ketrampilan sekecil apapun sangat penting artinya dalam hidup”, begitulah prinsip yang dipegangnya. Sangat perhatian terhadap waktu dan tidak melewatkannya kecuali untuk hal-hal yang bermanfa’at. Seringkali menyusun konsep-konsep tulisan di atas motornya dalam perjalanan. Salah satunya buku “Mumpung Masih Muda, Enjoy Aja!” dan “Zero to Hero”. Biasa menghabiskan beberapa buku-bukunya di atas bus atau di atas kapal laut.

         

Penulis, da’I, muballigh, konsultan keluarga, presenter, desainer grafis, editor, dan trainer ini Mengawali debut jurnalistiknya dengan menulis “resensi” di media pada tahun 1993 di majalah Ishlah dan Inthilaq (almarhum), juga di Majalah Al Muslimun. Banyak mengangkat kegiatan kmpus dan keislaman melalui reportase di Ishlah, kemudian dilanjutkan menuangkan gagasan berupa artikel dan kolam seperti mengisi kolom Hikmah di Harian Republika.

Penulis yng punya beberap nma di media seperti Abu ‘Izzuddin, Hamas Izzuddin, Sholikhin l Parambi, dan Solikhin Abu ‘Izzuddin, ini ikut terlibt dalam pendirian Partai Keadilan di Sragen (kini PK Sejahtera), juga terjun dalam Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah sebagai Ketu PDPM Bidang Organisasi. Di DPD PKS ia menggawangi Biro Kaderisasi Keprtaian setelah sebelumnya diamanahi di Humas dan Sekretaris Umum.

Putra dari pasangan Wiryo Utomo dan Roisah ini dikaruniai 4 orang putera – Izzuddin Ar Rifqiy (tahun 2006 berusi 12 tahun, Daris Muhammad Ridhwan 10 tahun, Royan Jaisy Ar-Rahman 2 tahun, dan Fahri Abdul Fatah 4 tahun – dari pernikahannya dengan Retna Asih Dewi Astuti. TInggal di Jl. Cemara Teguh jajar Rt. 08/II, Plumbungan, Karangmalang , Sragen 57222.

Berikut adalah sedikit isi buku yang dapat saya tuangkan:

Jika diakui, kita ini hanyalah orang biasa. Banyak keterbatasan, kekurangan, kelemahan, kegagalan, kemalasan dan lainnya. Hal itu bukanlah masalah. Bagaimana di tengah keterbatasan itu kita dahsyatkan diri agar lahir prestasi tinggi. Itulah kepahlawanan sejati.



Orang yang hebat adalah orang yang mampu mendahsyatkan dirinya ketika dia , dan mengembangkan apapun yang ada didalam dirinya mau itu sebuah kekurang ataupun kelebihan.



Ini bukan sekedar “buku cerita” tentang prestasi manusia. Bukan sekedar bacaan hiburan pelepas kepenatan. Bukan semata kumpulan dan nukilan. Kami gali dari khazanah yang terpendam, merangkai yang tercecer, menyusun yang terbengkalai, merawat yang dianggap remeh dan menyuguhkannya menjadi sebuah “kekuatan dahsyat” untuk menggugah dan mengubah diri menjadi pribadi luar biasa.



Kecil-kecil jadi mufti

Suatu hari, di Masjidil Haram seorang guru tengah menyampaikan ilmu kepada murid-muridnya. Dengan lugas, jelas, dan komunikatif, guru tersebut mengajarkan materi fiqh, muamalah, jinayah dan hokum-hukum criminal.



Namun ada yang ganjil dalam majelis ini, ternyata Pak Guru tampak jauh lebih muda dari pada murid-muridnya. Bahkan di tengah profesi belajar mengajar, ia sempat minta izin untuk minum, padahal siang itu adalah bualan Ramadhan. Kontan saja “ulah” Pak Guru menuai Protes. “Kenapa Anda Minum, padahal ini ‘kan bulan Ramadhan?”, Tanya para murid. Ia menjawab, “Aku belum wajib Berpuasa.”



Siapa Pak Guru yang terlihat nyeleneh tersebut? Ia adalah Muhammad Idris Asy-Syafi’i, yang lebih  kita kenal dengan Imam Syafi’i.



 Kita tak usah heran dengan fragmen ini, karena pada usia belum baligh Imam Syafi’i sudah menjadi ulama yang disegani. Usia Sembilan tahun sudah hafal Al-Qur’an. Usia sepuluh tahun isi kitab Al-Muwatha’ karya Imam Malik yang berisi 1720 hadits pilihan juga mampu dihafalnya dengan sempurna. Pada usia 15 tahun telah menduduki jabatan Mufti (semacam hakim agung) kota Makkah, sebuah jabatan prestisius pada masa itu. Bahkan di bawah usia 15 tahun, Imam Syafi’i sudah dikenal mumpuni dalam bidang bahasa dan sastra Arab, hebat dalam membuat sya’ir, jago qira’at, serta diakui memiliki pengetahuan yang luas tentang adat istiadat Arab yang asli. Subhanallah.







Merekapun pernah Gagal

Imam Al-Ghazali adalah orang yang gemar mencatat ilmu-ilmu yang didapatkan hingga suatu saat dia berjalan membawa hasil ilmunya dan di rampok bawaannya. Perampok merebut bawaannya berupa catatan-catatan ilmu. Imam Al Ghazali bersikeras merebutnya, tapi dia malah di cemooh, masa mengandalkan ilmu hanya pada catatan bukan dari hafalan di hati, “Al-ilmu fish shudhur la fis suthuur…”

           

            Kegagalan inilah yang melecut dirinya untuk mengambil ibrah dan merubah cara belajarnya dari sekedar mencatat menjadi menghafal. Dan hasilnya luar biasa sebagaimana kita rasakan hingga saat ini. Kegagalan lainnya adalah beliau juga pernah tersesat dalam filsafat ilmu kalam namun akhirnya tersadar dan mengungkapkan kesesatan-kesesatan ilmu filsafat atau ilmu kalam.



Bermimpi Yuk!

            Penulis mengajak para pembaca bermimpi. Ada apa dengan mimpi? Mengapa kita harus bermimpi? Bukankah mimpi itu bunganya tidur? Apa kita harus tidur dulu? Bagaimana mau maju, bukankah kita sudah kebanyakan tidur?



Begini, suatu hari Umar bin Khatab ra melakukan dialog dengan beberapa orang di zamannya. Umar bin Khatab berkata : “Berangan-anganlah!” maka salah seorang diantara yang hadir berkata : “saya berangan-angan kalau saja mempunyai banyak uang (dinar dan dirham), lalu saya belanjakan untuk memerdekakan budak dalam rangka meraih ridha Allah.”



Seorang lainnya menyahut : “Kalau saya, berangan-angan memiliki banyak harta, lalu saya belanjakan fi sabilillah.” Yang lainnya menyahut : “Kalau saya mengangankan mempunyai kekuatan tubuh yang prima lalu saya abadikan diri saya untuk member air zam-zam kepada jama’ah haji satu persatu.”



Setelah Umar bin Khatab mendengarkan mereka, ia pun berkata : “Kalau saya, berangan-angan kalau saja di dalam rumah ini ada tokoh seperti Abdullah bin Al Jarrah, Umair bin Sa’ad dan semacamnya.”

[Stop! Bangun dan bangkitlah, jangan tidur terus nanti kebablasan]

            Mungkin anda bertabya mengapa harus bermimpi sih? Memang, mimpi itu kembangnya tidur dan bukankah kita harus realistis?



            Begini para pembaca budiman, memang mimpi bisa jadi tinggal mimpi. Namun ada sebuah hikmah “Bermimpilah sebelum kamu menjadi pemimpin.” Serta “Belajarlah sebelum engkau menjadi pemimpin.”  Ternyata banyak orang-orang besar, pemimpin besar yang berangkat dari seorang pemimpi. Jadilah pemimpi yang besar untuk menjadi pemimpin yang besar. Dalam sebuah majelis, ada seorang syaikh yang mengatakan, “Laa budda lil qaa-idi yakuuna lahu ahlam, wa illa la yashluh an yahuuna qaa-idan… seorang pemimpin hharus mempunyai banyak mimpi, jika tidak dia tidak layak jadi pemimpin.”



            Memang kenyataannya, kita akan kehabisan stok pemimpin kalau tidak ada lagi orang yang berani bermimpi dan bercita-cita besar. Nah, bila untuk bermimpi saja tidak berani, bagaimana ia berani memimpin? Karena menjadi pemimpin berabti menjadi orang yang cerdas. Yakni berani berfikir mendahului  masanya, meski kadang orang lain belum bisa memahaminya. Ia juga obsesif. Memiliki pikiran dan gagasan besar di luar apa yang dipikirkan orang lain. Seperti yang dilakukan Khidr, hal-hal yang tidak bisa dipahami dan dimengerti oleh Nabi Musa.



            Tapi yang aneh, kadang untuk bermimpi dan bercita-cita saja takut apalagi untuk meraihnya. Iya kan?







Berhitung… mulai !

Kalau dihitung-hitung, masing-masing waktu kita sama : 60 detik dalam 1 menit, 60 menit dalam 1 jam dan 24 jam sehari, 7 hari sepekan dam seterusnya, anda sendiri hitunglah waktu Anda. Namun kata Imam Al Ghazali. Kalau orang umurnya 60 tahun rata-rata dan menjadikan 8 jam sehari untuk tidur, maka dalam 60 tahun iya telah tidur 20 tahun. Luar biasa… banyak banget tidurnya ya. Lah prestasinya mana…? Itulah kebanyakan manusia. Apakah termasuk kita?

           

            Kita akui, kita orang biasa. Banyak keterbatasan, kekurangan, kelemahan, kegagalan, kemalasan de el el. Itu bukan masalah. Bagaimana ditengah keterbatasan itu kita mendahsyatkan diri lahir prestasi tinggi. Itulah kepahlawanan sejati. From Zero to Hero!



            Sejarah mencatat, banyak orang besar justru lahir di tengah himpitan kesulitan bukan buaian kemanjaan. Mereka besar dengan mengurangi jam tidurnya, waktu bekerja dan kesibukan mengurusi duniawi untuk memenuhi kebutuhan ukhrawi. Menyedikitkan tidur malam untuk bisa bangun malam. Sedikit canda untuk rasakan nikmatnya ibadah. Tak berlebihan dalam bergaul ‘tuk’ rasakan lezatnya iman. Menahan diri dari maksiat biar tubuhnya tetap sehat.



Review pembaca

Setelah membaca sedikit isi buku tersebut atau bahkan menghabiskan membaca buku ini banyak sekali manfaat yang akan pembaca dapatkan. Bahasan buku ini diawali dengan dua buah kisah yang sangat menginspirasi semua orang. Bagaiaman tidak, buku ini diawali dengan kisah salah seorang imam madzhab, yakni imam as-syafi’i. dari kisah tersebut pembaca dapat bercermin, bagaimana ia pada masa kecilnya. Imam syafi’I pada umur 9 tahun sudah menghafal 30 juz al’qur;an, kemudian pada umur 10 tahun, beliau sudah menghfal dan menguasai kitab gurunya, yakni kitab al-muwatta’, yang berisi 1720 hadits. Pada usianya kurang dari 15 tahun beliau sudah menguasai berbagi macam ilmu dan pada usianya yang ke 15 tahun, beliau menjadi seorang mufti, yakni hakim agung di makkah. sebuah jabatan yang sangat hebat bagi seorang pemuda.

Kita para pembaca mencoba bercermin, bagaimana kita pada usia tersebut, kita pasti masih senang menghabiskan waktu dengan bermain dan lain sebagainya. Begitulah kebiasaan orang-orang sukses, orang-orang hebat. Jika kita menginginkan kesuksesan sebagamana halnya dengan orang-orang sukses yang menginspirasi atau bahkan ingin menjadi lebih dari mereka, maka kita mencoba mengikuti kebiasaan orang-orang sukses tersebut atau bahkan melakukan lebih. Sebagaimana dalam sebuah pepatah dalam bahasa inggris yakni, “at first you make habbits, at last habbits make you” maknanya, pada awalnya kamu yang mebuat kebiasaan, pada akhirnya kebiasaanlah yang akan membentukmu”. Artinya, jika kita ingin sukses seperti misalnya orang-orang sukses yang menginspirasi kita, maka kita harus mengikuti kebiasaan apa yang dia lakukan hingga bisa menjadi sukses. Jika kita melakukan kebiasaan-kebiasaan orang sukses, maka kitapun akan bisa menjadi sukses. Jadi mari mencoba merubah kebiasaan-kebiasan kita!!!

Kemudian yang selanjutnya, didalam buku tersebut bagaimana mengajak para pembaca untuk bisa lebih baik dalam memanfaat waktu dengan sebaik-baiknya, bahkan bagiamana mengisi waktu agar hari-hari berlalu tidak terlewat dengan melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya untuk masa depan kita.

Dalam buku ini, mencoba mengingatkan para pembaca sebuah surah dalam al-qur’an yakni qs. Al-ashr ayat 1 – 3.didalam surah tersebut menyebutkan bahwa DIA tidak main-main, dengan besrsumpah bahwa semua manusia akan mengalami kerugian, kecuali:

1.      Orang-orang yang beriman

2.      Orang-orang yang beramal shalih

3.      Orang yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran

Imam syafi’I dalam menyikapi ayat tersebut, ia berkata “seandainya manusia memahami ayat ini cukuplah agama ini baginya…” maksudnya adalah, hidup ini merupakan sekumpulan waktu, jika ia tidak bisa memanfaatkan waktu, maka ia dijamin akan menjadi manusia yang rugi. Ia akan dianggap mati, padahal jantung dan nafasnya msih ada. Artinya jika dia ridak bisa memberikan manfaat bagi manusia yang lainnya.

“barang siapa yang tidak menyibukkan diri dengan kebaikan, maka ia akan disibukkan dengan keburukan”



Ubahlah paradigma kita, cara berpikir kita. kita semua memang manusia yang dipenuhi dengan banyak kekurangan dan keterbatasan, memang tak ada manusia yang sempurna. Lantas, jangan kekurangan dan keterbatasan yang kita miliki membuat kita menjadi manusia yang lemah, tapi bagaimana kita berpikir mengubah kekurangan dan keterbatasan tersebut menjadi sebuah kekuatan untuk tetap maju dan berusaha sebaik mungkin, memperbaiki kehidupan kita, agar menjadi orang-orang yang luar biasa.

Banyak orang-orang sukses yang bahkan memiliki kekurangan lebih banyak dari kita saat sekarang ini. Mereka yang tak memiliki tangan, tapi masih memiliki kaki, dan ia mampu mengubahnya menjadi kekuatan, ia mampu menjadi seorang pelukis professional. Luar biasa bukan!.

Misalkan dihadapkan dengan suatu masalah, Orang-orang yang mudah putus asa mungkin berfikir “masalah ini mungkin deselesaikan, tapi sulit.” Tapi kita yakinlah ubah cara pandang kita dengan mengatakan “masalah ini memang sulit, tapi mungkin untuk diselesaikan”. Hal-hal sekecil itupun akan mampu mengubah kita, yang dulunya mungkin berpikir tak mampu, akan mengobarkan semangat dalam diri, agar tetap berusaha dan mau mencoba. Ada sebuah pepatah “you never know, if you never try” kamu tidak akan pernah tahu/bisa, jika kamu tak pernah mencoba.

Banyak prestasi-prestasi orang-orang sukses terdahulu pada buku ini, yang dapat memotivasi diri, agar dapat berprestasi, dalam keterbatasan yang kita miliki.

Misalnya sahabat zaid bin tsabit ra, sanggup menguasai bahasa parsi hanya dalam tempo waktu 2 bulan.

Abu hurairah, masuk islam pada umurnya yang ke 60 tahun, pada tahun khaibar dan selalu menyertai rasulullah sepenuhnya. Ia meninggal di madinah pada tahun 57 H. prestasinya sangat luar biasa, yakni ia mampu meriwayatkan sebanyak 5374 hadits.

Nabi yusuf AS, hidup dalam keterasingan, dibuang oleh saudaranya sendiri hanya karena iri kepadanya, kemudian dibawa dan dibesarkan oleh raja mesir pada masa itu, tapi setelah menginjak usia menjadi seorang pemuda, ia dimasukkan ke dalam penjara. Bukan karena ia sudah melakukan suatu kejahatan atau sebuah criminal. Tapi beliau adalah korban fitnah karena menolak ajakan imraatul aziz, Zulaikha. Untuk berbuat seuatu yang tak semestinya. Didalam penjara, nabi yusuf memanfaatkan waktunya dengan banyak belajar dan mendekatkankan diri pada Allah SWT. Penjara menjadikannya seorang bendaharawan mesir, karena ia banyak belajar dan mengasah potensi yang ia miliki.

Bersiaplah menghadapi kegagalan

Kegagalan dan kesuksesan itu selalu berjalan  beriringan, tak pernah terpisahkan, seperti halnya dua sisi mata uang, satu sisi adalah kegagalan dan sisi yang satunya lagi adalah sebuah ksesuksesan. Jika ingin menjadi sukses, maka siaplah juga untuk mengalami kegagalan. Yang penting bukan hanya mencari jalan sukses, tapi juga mencari apa penyebab kegagalan yang dialami. Tidak hanya meratapi, mengapa ini terjadi. Tapi juga koreksi diri, dan berpikir mencari solusi.

Oleh karenanya penting sekali menyusun sebuah rencana, karena perencanaan adalah menulis kegagalan diatas kertas. Kegagalan tidak hanya tentang siapa yang kalah ketika tidak dapat mencapai apa yang dicita-citakan, tapi hakikat kegalan itu juga, antara lain:

1.      Orang yang takut melangkah, karena takut salah.

2.      Orang yang tidak pernah bisa mengakui kekalahan dan kesalahan.

3.      Orang yang selalu menyalahkan orang lain, dan tidak pernah mengoreksi diri sendiri

4.      Orang yang gagal merencanakan, maka ia telah merencanakan kegagalan.

5.      Orang yang gagal membangun hubungan jangka panjang dengan keluarga, pada umum nya juga akan gagal membangun hubungan jangka panjang dalam bisnis, pertemanan dan seterusnya.

6.      Kegagalan adalah milik mereka yang melangkah setengah hati, tak pernah jelas apa yang dicari.

7.      Kegagalan terjadi karena terpasung oleh mitos-mitos yang menghalangi langkah, tak berani mengambil resiko, duduk manis menunggu durian runtuh.

8.      Kegagalan adalah hiasan akrab bagi mere yang manja, tak mau berusaha apalagi bekerja, tak memiliki motivasi dan percaya diri.

9.      Kegagalan itu milik orang-orang yang berfikir negative, bertindak pasif, mengalah pada keadaan,gamang melangkah, gampang menyerah, dan suka mencari-cari alasan.



Ketika mengalami kegagalan, jangan pernah berenti berusaha. Tak penting seberapa kali kita jatuh gagal, yang terpenting adalah berapa kali kita sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit setiap kali ia jatuh, maka ia tak akan pernah mengenal yang namanya putus asa. Ketika kita terhambat disuatu jalan menuju sukses, jangan pernah menyerah mencari jalan baru, hingga kita mencapai tujuan yang kita inginkan.

Dalam menghadapi kegagalan, hal pertama yang harus kita miliki adalah kesabaran. Karena orang yang sabar ketika mengalami kegagalan adalah orang yang akan mampu bertahan, tak mudah menyerah. Sabar apabila dijalani sebagaimana mestinya, akan mampu mengubah musibah menjadi karunia, tantangan menjadi peluang, kekurangan menjadi kekuatan, hambatan menjadi kesempatan.

Kemudian hal yang perlu kita miliki, adalah ketabahan. Ketika gagal ketabahan saat menghadapi kegagalan tersebut akan membuat kita bangkit kembali.

Apabila anda dapat terus mencoba setelah tiga kali kegagalan, anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi seorang pemimpin dalam pekerjaan anda sekarang.

Jika anda terus mencoba setelah mengalami belasan kali kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri anda.

Selanjutnya, yang perlu kita lakukan dalam menghadapi kegagalan adalah selalu mengambil hikmah dan jangan pernah menyerah. Ketika mengalami kegagalan, aka nada hikmah dibaliknya, bagaimana kita belajar mengambil kebaikan didalamnya menjadi motivasi untuk terus bangkit dan jangan pernah menyerah.

Bermimpi dan bercita-cita

“bermimpilah sebelum kamu jadi pemimpin” serta “belajarlah sebelum kamu jadi pemimpin”

Banyak orang-orang besar, pemimpin-pemimpin besar terlahir dari seoarang pemimpi. Jadilah pemimpi besar untuk menjadi pemimpin besar. Jika bermimpi saja tidak berani, bagaimana anda berani untuk sukses. Mimpi saja tidak punya, apa yang akan diwujudkan.

Cita-cita adalah sebagian dari kesuksesan, jika cita-cita saja tidak punya, bagaimana anda bisa sukses, apa yang akan anda wujudkan. Kadang kita takut punya cita-cita, karena takut untuk mencapainya. Padahal cita-cita adalah penggerak jiwa agar mau terus berusaha untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Jadi jangan pernah takut, hanya untuk bercita-cita.

Dalam mewujudkan cita-cita tersebut jangan pernah lupakan sang pencipta, jangan pernah jauh dariNYA. Karena ketika kita jatuh atau gagal, tak ada yang dapat menolong, kecuali DIA yang maha menolong. Ketika masalah menimpa, tak ada yang dapat menyelesaikan, kecuali DIA yang maha luas. Inti dari sebuah kesuksesan adalah usaha yang kita lakukan dan do’a yang kita lantunkan.

Kemudian pada akhir bahasan buku ini, disana diawali dengan sabda Nabi SAW yang mulia, yang berbunyi “ jika anak adam meninggal, maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara:

1.      Shadaqah jariyah yang terus mengalir

2.      Ilmu yang bermanfaat

3.      Anak sholeh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya

(H.R Muslim)

Maksudnya adalah kesuksesan yang sebenarnya adalah kebahagiaan yang akan kita capai di akhirat nanti. Hidup ini pilihan, apakah kita maemilih untuk hidup bahagia atau sengsara. Pahlawan sejati tidak mimikirkan kapan matinya, tapi bagaimana matinya. Apakah husnul khotimah ataukah suul khotimah? Semua tergantung pada diri masing-masing. Yang terpenting adalah mempersiapkan agar kita kembali dengan cara yang baik, kembali ketika menjadi orang yang baik.
Sebenarnya tak perlu panjang lebar, buku ini mengajak, buku ini mengubah pribadi pembacanya, dengan menyampaikan motivasi-motivasi yang menginspirasi. Yang mungkin dulunya hanya seseorang yang biasa-biasa saja, atau bahkan menganggap dirinya bukan apa-apa, dia akan dapat bangkit hingga menjadi orang yang luar biasa. Yang mungkin dulunya hanya seorang tamatan SMA, tak mengenal ilmu agama, dia akan dapat berubah dan akan sangat mendambakan manisnya iman. Seseorang yang dulu hidupnya tak memiliki tujuan, maka dia akan maenjadi orang-orang yang meimiliki cita-cita besar. Dan mewujudkannya hingga menjadi orang besar, menjadi pahlawan. Mengubah pecundang menjadi pahlawan.

Related Posts