Manajemen Hubungan Lembaga Pendidikan Dengan Masyarakat

Manajemen dan adminisrasi adalah dua kata yang bisa memiliki arti yang sama atau berbeda. Akan tetapi, tulisan ini cenderung menggunakan istilah manajemen karena pada dasarnya manajemen identik dengan adminitrasi.[1]pada perkembangan teknologi dan pengetahuan lebih cenderung pada penggunaan istilah manajemen. Adminitrasi pada kehidupan masyarakat sehari-hari biasanya diartikan secara sempit, yaitu seuatu yang berkenaan dengan ketatusahaan.

Manajemen berasal dari kata to mange yang berarti mengelola. Pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumberdaya yang dimiliki oleh sekolah/ organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin, dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.[2]

Dalam dunia manajemen perlu adanya hubungan pendidikan dan masyarakat. Pendidikan yang terfokus dalam sekolah dan masyarakat memiliki hubungan timbal balik untuk menjaga kelestarian dan kemajuan masyarakat itu sendiri. Sekolah diselenggarakan untuk dapat menjaga kelestarian nilai-nilai positif masyarakat, dengan harapan sekolah dapat mewariskan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat dengan baik dan benar. Sekolah juga berperan sebagai agen perubahan, dimana sekolah dapat mengadakan perubahan nilai-nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan tuntunan masyarakat dalam kemajuan dan pembangunan.[3]

Dengan demikian perlu adanya konsep dasar, jenis-jenis kegiatan, bentuk kerjasama, dan peningkatan serta pen dayagunaan hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat.

A. Konsep Dasar Hubungan Lembaga Pendidikan Dengan Masyarakat

Istilah hubungan masyarakat dikemukakan pertama kali oleh presiden Amerika Serikat Thomas Jefferson tahun 1807. Akan tetapi apa yang dimaksudkan pada waktu itu dengan istilah public relantions.[4] Secara singkat yang dimaksud dari batasan ini adalah humas merupakan fungsi manajemen yang dadakan untuk menilai dan menyimpulkan sikap-sikap, menyesuaikan policy dan prosedur instansi atau organisasi dengan kepentingan umum, menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan dukungan masyarakat.[5]

Dengan kata lain public relations adalah proses yang berjalan terus-menerus dengan mana manajemen berusaha untuk memperoleh googwill. Apabila kegiatan public relations ini ditinjau dari segi baban tugasnya. DR. Hadari Nawawi menyebutkan bahawa beban tugas Humas adalah melakukan publisitas tentang kegiatan organisasi kerja yang patut diketahui oleh pihak luar secara luas. Kegiatannya dilakukan dengan menyebarluaskan informasi dan memberikan penerangan-penerangan untuk menciptakan pemahaman yang sebaik-baiknya di kalangan masyarakat luas mengenai tugas-tugas dan fungsi yang diemban organisasi kerja tersebut, termasuk juga mengenai kegiatan-kegiatan yang sudah sedang, dan akan dikerjakan berdasarkan volume dan beban kerjanya.[6]

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka humas di lingkungan organisasi kerja/ instansi pemerintah termasuk juga dibidang pendidikan harus diartikan seagai rangkaian kegiatan organisasi/instansi utnuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat atau pihak-pihak tertentu di luar organisasi tersebut, agar mendapatkan dukungan terhadap efisiensi dan efektivitas peleksanaan kerja secara dasar dan sukarela. Hubungan yang harmonis sebagai hasil kerja humas tampak sebagai berikut:

1.    Adanya saling pengertian antara organisasi/ instansi dengan pihak luar.

2.    Adanya kegiatan yang membantu kerena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.

3.    Adanya kerja sama yang erat dengan masing-masing pihak dan merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya usaha pihak yang lain.

B. Jenis-Jenis Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat.

Tugas-tugas pokok atau beban kerja Humas suatu organisasi/ lembaga adalah:

1.    Memberikan informasi dan menyampaikan ide kepada masyarakat atau pihak-pihak lain yang membutuhkannya. Menyebarluaskan informasi dan gagasan-gagasan itu agar diketahui maksud atau tujuannya serta kegiatan-kegiatannya termasuk kemungkinan dipetiik manfaatnya oleh pihak-pihak di luar organisasi.

2.    Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukannya.

3.    Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu. Dengan demikian pemimpin selalu siap dalam memberikan bahan-bahan informasi yang terbaru.

4.    Membantu pemimpin dalam mengembangkan rencana dan kegiatan-kegiatan lanjutan yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat sebagai akibat dari komunikasi timbale balik dengan pihak luar, yang ternyata menumbuhkan harapan untuk penyempurnaan policy atau kegiatan yang telah dilakukan oleh organisasi.[7]

Menurut Don Begin (1984) penggolongan jenis-jenis kegiatan Humas di Sekolah (public relations) dapat dibedakan menjadi exterrnal public relations dan internal public relations, oleh karenanya di sekolah  dikenal adanya kegiatan publisitas ke luar dan publisitas ke dalam.

Kegiatan eksternal.

Kegiatan ini selalu berhubungan atau ditujukan kepada public atau masyarakat di luar warga sekolah. Ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan yakni secara langsung dan tidak langsung. Kkegiatan eksternal tidak langsung adalah kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat melalui perantara media tertentu. Kegiatan langsung misalnya: rapat bersama dengan pengurus BP3 setempat, berkonsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat, melayani kunjungan tamu, dan sebagainya.

Sedangkan kegiatan eksternal yang melalui media dapat dikemukakan secara terperinci sebagai berikut:

1.    Informasi lewat TV. Penyebaran informasi ini memperoleh beberapa keuntungan antara lain sebagaimana dikumkakan oleh Umar Hamalik (1976) yaitu: a) dengan program kegiatan yang menarik sangat potensial untuk menimbulkan minak public, agar selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan  oleh sekolah yang bersangkutan, b) pada umumnya orang tua dan masyarakat tidak tahu tentang kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh sekolah. Maka melalui program TV diharapkan semua program kegiatan sekolah dapat dimengerti oleh orang tua murid dan masyarakat. Dengan demikian orang tua dan masyarakat mau mendukung, ikut berpartisipasi aktif baik dukungan moril maupun materiil.

2.    Penyebran informasi melalui radio. Keuntungan yang didapat dalam hal ini  antara lain: a) teks yang diperlukan dapat disiapkan sebaik-baiknya sebelum disiarkan, b) tidak dipengaruhi factor komunikator, seperti sikap, c) dapat dibantu latar belakang music, d) dapat melalui batas ruang dan waktu serta jangkauan yang luas.

3.    Penyebaran informasi melalui media cetak. Keuntungan informasi melalui media cetak ini antara lain: a) dapat dicapai public yang sangat luas, b) dapat secara mendadak dipelajari oleh public yang bersangkutan, c) dapat mengharapkan umpan balik dari public yang lebih banyak.

4.    Pameran sekolah. Persiapan yang perlu dilakukan dalam mengadakan pemeran sekolah antara lain: a) pembuatan brosur, poster, dan gambar, serta rencana tertulis secara seksama dan terperinci, b) pembelian bahan yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan, c) menyeleksi, mengatur, dan memelihara bahan-bahan pameran, d) mengadakan latihan-latihan yang cukup bagi murid-murid, petugas, dan penjaga pameran.

5.    Berusaha sendiri penerbiatan majalah atau bulletin sekolah

Kegiatan internal

Pada dasarnya kegiatan internal bertujuan untuk:

1.    Memberikan penjelasan tentang kebijaksanaan penyelenggaraan sekolah, situasi, dan perkembangannya.

2.    Menampung sarana-sarana dan pendapat-pendapat dari warga sekolah dalam hubungannya dengan pembinaan dan pengembangan sekolah.

3.    Dapat memelihara hubungan yang harmonis dan terciptanya kerja sama antara warga sekolah sendiri.

Kegiatan internal dapat dibedakan atas keggiatan langsung dan tidak langsung. Kegiatan langsung dapat berupa rapat dewan guru, upacara sekolah, karyawisata. Kegiatan tidak langsung dapat berupa penyampaian informasi melalui surat edaran, penggunaan papan pengumuman di sekolah, penyelenggaraan majalah dinding.[8]

C. Bentuk-Bentuk Kerja Sama Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat.

Menurut kurikulu tahun 1975 kegiatan mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1.    Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua murid

2.    Memelihara hubungan baik dengan badan pembantu penyelenggaraan pendidikan (BP3)

3.    Memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah  dengan lembaga-lembaga pemerintah, swasta, dan oraganisasi social.

4.    Memberikan pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah, melalui bermacam-macam teknik komunikasi (majalah, surat kabar, mendatangkan sumber).[9]

Menurut Drs. Ngalim Purwanto (1975) hubungan sekolah dengan mayarakat mencakup hubungan sekolah dengan sekolah lain, sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah dengan instansi dan jawatan lain, dan sekolah dengan msayarakat pada umumnya. Selanjutnya diuraikan bahwa hendaknya semua hubungan itu merupakan hubungan kerja sama yang bersifat pedagogis, sosiologis dan produktif yang dapat mendatangkan keuntungan dan perbaikan serta kemajuan bagi kedua belah pihak. Dalam hal ini dapat diperinci sebagai berikut:

1.    Hubungan edukatif

Hubungan edukasi adalah hubungan kerja sama dalam hal mendidik murid, antara guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga. Hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang dapat mengakibatkan keragu-raguan pendirian dan sikap pada diri anak.

2.    Hubungan cultural

Hubungan cultural adalah usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada.

3.    Hubungan institusional

Hubungan institusional adalah hubungan kerja sama antara sekolah-sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi lainnya baik swasta maupun  pemerintah. Misalnya hubungan sekolah dengan puskesmas, pemerintah setempat, pertanian, pasar, dan sebagainya, yang kesemuanya itu dilakukan dalam rangka perbaikan  dan kemajuan pendidikan. Dengan demikian siswa tidak lagi asing dengan lingkungan tempat tinggalnya yang penuh dengan berbagai ragam jenis profesi.[10]

Tinjauan yang lain (Drs. Ismed Syarief. 1976) menekankan bahwa sekolah itu mesti berada masyarakat. Karena itu sekolah mau tidak mau harus berhubungan dengan masyarakat. Hubungan keluar ini dapat ditinjau dari beberapa yakni:

1.    Hubungan dinas

2.    Hubungan dan kerja sama dengan pihak lain di luar ketentuan atasan.

3.    Hubungan dengan BP 3.

4.    Kerja sama dengan sekolah-sekolah lain.

5.    Hubungan dengan organisasi guru, yakni organisasi professional yang ada iaah Persatuan Guru Repubik Indonesia (PGRI).[11]

D. Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat.

Sekolah bukanlah suatu kesatuan yang berdiri sendiri atau terpisah dengan masyarakat, akan tetapi sekolah dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Di satu sisi, sekolah membutuhkan masukan dari masyarakat tentang sumber-sumber yang ada untuk dimanfaatkan dalam proses pendidikan dan untuk menyusun program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, sekolah sekaligus juga membutuhkan dukungan dalam melaksanakan program tersebut.[12]

Selain itu, masyarakat juga membutuhkan jasa sekolah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai oleh sekolah dan program-program pendidikan yang sesuai dengan keinginan.

Langkah penting yang dapat diambil oleh pengelola sekolah adalah mengembangkan hubungan antara sekolah dan masyarakat dengan cara mepelajari dan memahami dengan baik masyarakat yang ada disekitar sekolah tersebut. Jalinan semacam ini akan terwujud apabila kepala sekolah ataupun melalui wakilnya (wakil kepala sekolah bagian humas) dapat aktif dan mampu membangun antara kedua belah pihak yang saling menguntungkan dan memberi kepuasan.[13]

Memahami masyarakat

Masyarakat sekolah menurut Gorton dapat dipandang sebagai kesatuan yang meiputi total area geografis yang terdiri dari daerah yang lebih dekat dengan sekolah maupun populasi dalam batas individu. Untuk memahami masyarakat sekitar, pengelola sekolah harus mempelajari macam-macam type-type individu dan organisasi di masyarakat . dalam memahami masyarakat ini, Elsbree (Tim Dosen IKIP, 229) memberikan prinsip, antara lain:

Ø  Ketahuilah masyarakat anda

Ø  Adakan survey program pendidikan anda dan bersahabatlah dengan masyarakat.

Ø  Pelajarilah masyarakat melalui daerahnya dan dokumen-dokumen

Ø  Jadilah anggota organisasi dalam masyarakat

Ø  Adakanlah kunjungan ke orang-orang penting di masyarakat

Ø  Layani masyarakat di daerah anda dengan baik.[14]

Pengelola sekolah hendaknya memahami bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat tidak bisa lepas dari adanya masalah, ada dua faktor penyebab, yaitu:

1)    Profesionalisme guru kadang menentang masyarakat

2)    Masyarakat menentang profesionalisme guru

Faktor pertama, terkait dengan usaha pendidik dalam proses pendidikan, yakni mengubah program atau sistem yang dalam hal tertentu bertentangan dengan norma masyarakat. Seperti usaha inovasi, integrasi, dan perencanaan pembelajaran modern, yang terkadang malah dianggap menentang norma dalam tatanan masyarakat tertentu, sebab sekolah tidak memberi harapan sebagaimana yang diinginkan. Sehingga ada sudut pandang yang berseberangan.

Faktor kedua, adanya intervensi masyarakat yang terlalu dalam untuk mengetahui dan mengevaluasi apa yang berlangsung di sekolah atau keterlibatan orang tua yang berlebihan, seperti ikut campur dalam administrasi yang dilaksanakan oleh sekolah, menyensor buku pelajaran secara individu, mencoba memodivikasi kurikulum secara kelompok dan sebagainya. Walaupun dalam manajemen sekolah modern keterlibatan masyarakat dalam pendidikan sangat penting, namun kalau intervensinya terlalu dalam, maka akan menjadikan guru sempit dalam melangkah.

Keterlibatan Orang Tua

Hubungan sekolah dengan masyarakat akan tumbuh dengan baik apabila masyarakat dapat merasakan manfaat keikutsertaannya dalam program sekolah. Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk menjamin hubungan ini yaitu melibatkan orang tua dalam perencanaan dan pelaksanaan program sekolah, dengan cara:

Ø  Mengadakan open house yang memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk mengetahui program sekolah.

Ø  Mengundang tokoh masyarakat untuk menjadi pembicara atau pembina, misalnya dokter yang tinggal di sekolah untuk membina kesehatan, ulama’ untuk membina bidang keagamaan, dan lain-lain.

Ø  Membangun kerjasama sekolah dengan masyarakat, misalnya PBHN (Peringatan Hari Besar Nasional), PHBI (Peringatan Hari Besar Islam), dan lain-lain.[15]

Organisasi Orang Tua Murid.

Organisasi ini merupakan organisasi konsultif dengan pimpinan sekolah yang bertujuan agar pendidikan sdi di sekolah itu berjalan lancar dan berkembang dengan baik. Di Indonesia, organisasi orang tua murid ini mengalami empat kali perubahan nama, yaitu:

1)     POMG (Perkumpulan Orang tua Murid Guru).

Organisasi ini berdasarkan UU pendidikan No.12 tahun 1945 pasal 28. Tujuan dari organisai ini adalah untuk memelihara hubungan yang erat antara orang tua murid di sekolah, agar sekolah dapat hidup subur dan lebih sanggup memnuhi tugasnya sebagai tempat yang membentuk manusia yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

2)     POM (Perkumpulan Orang tua Murid)

Perubahan organisasi ini disebabkan adanya isu di masyarakat bahwa guru-guru telah menyalahgunakan keuangan POMG.

3)     BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan)

Sejak tanggal 20 Nopember 1974, nama POM diganti menjadi BP3 berdasar surat keputusan Nomor:17/1974.No.1974 yang ditandatangani oleh menteri dalam negeri dan menteri P dan K. Tujuan dari BP3 ini adalah meningkatkan hubungan yang erat dan kerja sama serta tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah untuk menyempurnakan kegiatan pendidikan.

4)     Komite Sekolah

Pada tahu 2000, BP3 berubah menjadi Komite Sekolah. Secara operasional, tugas dan wewenang komite sekolah adalah:

a)    Mendorong dan meninkatkan hubungan baik antara masyarakat sekolah maupun pemerintah.

b)    Membantu kelancaran kegiatan pendidikan dan tidak mencampuri urusan teknik pengajaran sekolah yang menjadi wewenang kepala sekolah, guru dan pengawas.

c)    Mengusahakan bantuan dari masyarakat, baik berupa benda, uang maupun jasa dengan tidak menambah beban wajib bayar.

d)    Memberikan perimbangan kepala sekolah dan kepada perwakilan Depdibud tentang permohonan keringanan atas permohonan wajib bayar.[16]

Simpulan

1.    Istilah hubungan masyarakat dikemukakan pertama kali oleh presiden Amerika Serikat Thomas Jefferson tahun 1807. Akan tetapi apa yang dimaksudkan pada waktu itu dengan istilah public relantions. Secara singkat yang dimaksud dari batasan ini adalah humas merupakan fungsi manajemen yang dadakan untuk menilai dan menyimpulkan sikap-sikap, menyesuaikan policy dan prosedur instansi atau organisasi dengan kepentingan umum, menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan dukungan masyarakat.

2.    Menurut Don Begin (1984) penggolongan jenis-jenis kegiatan Humas di Sekolah (public relations) dapat dibedakan menjadi exterrnal public relations dan internal public relations, oleh karenanya di sekolah  dikenal adanya kegiatan publisitas ke luar dan publisitas ke dalam.

3.    Menurut Drs. Ngalim Purwanto (1975) hubungan sekolah dengan mayarakat mencakup hubungan sekolah dengan sekolah lain, sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah dengan instansi dan jawatan lain, dan sekolah dengan msayarakat pada umumnya. Selanjutnya diuraikan bahwa hendaknya semua hubungan itu merupakan hubungan kerja sama yang bersifat pedagogis, sosiologis dan produktif yang dapat mendatangkan keuntungan dan perbaikan serta kemajuan bagi kedua belah pihak.

4.    Sekolah bukanlah suatu kesatuan yang berdiri sendiri atau terpisah dengan masyarakat, akan tetapi sekolah dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Di satu sisi, sekolah membutuhkan masukan dari masyarakat tentang sumber-sumber yang ada untuk dimanfaatkan dalam proses pendidikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Baharuddin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN-Maliki Press.

Mansur.2013. Manajemen Pendidikan dalam Konflik. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.

Rohiat. 2009. Manajemen Sekolah Teori Dasar Dan Praktik. Bandung: Refika Aditama.

S, Supriono. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Mojokerto: SIC.

Suryosubroto. 2007. Manajemen Penddikan Disekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

 



[1] Rohiat, manajemen sekolah teori dasar dan praktik, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hal.13

[2] Ibid, hal.14

[3] Ibid, hal.28

[4] Suryosubroto, Manajemen Penddikan Disekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.154

[5] Baharuddin, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hal.90

[6]Suryosubroto, Op.Cit. hal.156

[7] Ibid, hal.157-158

[8] Ibid, hal.163-168

[9] Ibid, hal.160

[10] Supriono S, Manajemen Berbasis Sekolah, (Mojokerto: SIC,2001), hal.15

[11] Suryosubroto, Op.Cit, hal.161

[12] Mansur, Manajemen Pendidikan dalam Konflik, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hal.94

[13] Ibid, hal.95

[14] Ibid, hal.96-97

[15] Ibid, hal.99-100

[16] Ibid, hal.100-103

Related Posts

There is no other posts in this category.