Bahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi
dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya. Apabila penggunaan bahasa, secara lisan maupun
tertulis menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa,
maka terjadilah kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh
faktor pemahaman, kemampuan atau kompetensi. Apabila pelajar belum memahami
sistem linguistik bahasa yang sedang dipelajari, dia sering membuat kesalahan
tatkala menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu berulang dan terjadi
secara sistematis dan konsisten. Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada
beberapa pelajar. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru melalui
pengajaran remedial, latihan, dan praktik berbahasa. Ada beberapa
pengklasifikasian dalam kesalahan berbahasa. Pada makalah ini, akan dibahas
beberapa klasifikasi kesalahan berbahasa yang dilakukan para penutur bahasa.
Kesalahan Berbahasa
Kesalahan
merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar.
Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang dari
norma baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa.
Kesalahan
berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang
berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh
menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam
pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan
(mistake).
Menelaah
kesalahan para pelajar, khususnya kesalahan berbahasa, mengandung dua maksud
utama, yaitu:
(1).Untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk membuat atau menarik kesimpulan-kesimpulan
mengenai hakikat proses belajar berbahasa.
(2).Untuk memberikan indikasi atau petunjuk kepada para guru dan para pengembang kurikulum tentang bagian mana dalam bahasa sasaran yang paling sukar diproduksi oleh para pelajar secara baik dan benar, serta tipe kesalahan mana yang paling mentukarkan atau mengurangi kemampuan pelajar untuk berkomunikasi secara efektif.
Klasifikasi Kesalahan
Berbahasa
Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat
kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun
pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan
pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan.
Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak
terjadi
pada penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan
berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:
(1) Taksonomi kategori linguistik;
(2) Taksonomi siasat permukaan;
(3) Taksonomi komparatif; dan
(4) Taksonomi efek komunikatif.
Pada makalah ini, hanya akan dijelaskan tentang taksonomi komparatif dan efek komunikatif.
1.
Taksonomi Komparatif
Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif
didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan
B2 dan tipe-tipe kontruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh
jika kita menggunakan taksonomi komparatif untuk mengklasifikasikan
kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang belajar Bahasa Inggris, maka kita
dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar yang memeroleh bahasa Inggris
sebagai B1. Contoh lainnya bila seseorang dari suku tertentu (jawa) yang
belajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya.
Dalam kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan B2 sudah sangat
sering dibandingkam dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang
belajar bahasa sasaran sebagai B1 mereka dan mengekuivalensikan frase-frase
atau kalimat-kalimat dalam bahasa ibu mereka. Dengan demikian, klasifikasi
kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif (atau comparative taxonomy)
didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan
B2 dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).
Berdasarkan
perbandingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif dapat dibedakan menjadi:
(a)
Kesalahan perkembangan (development errors) adalah
kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar
bahasa sasaran sebagai B1 mereka.
Contoh:
v Dalam Bahasa Inggris
Salah Benar
1.
I like do it. I
like to do it
2.
Jim doesn’t likes
it. Jim
doesn’t like it.
3.
I not craying. I am
not craying.
Adapun kesalahan pada contoh satu (1) adalah tidak
adanya kata pemisah diantara dua kata kerja, yaitu like dan do
yang seharusnya dipisahkan oleh kata to. Pada contoh dua (2) kesalahan
terjadi karena kesalahan grammar atau tata bahasanya, yaitu apabila sebuah
kalimat itu negatif (ditandai oleh kata doesn’t), maka kata kerja
setelahnya (like) tidak boleh ditambahkan oleh akhiran s atau es
dan pada contoh tiga (tiga) kesalahan yang terjadi adalah tidak terteranya to
be (am)atau kata bantu pada kalimat berpola present continous
tense.
v Dalam Bahasa Indonesia
Salah Benar
1. Saya suka nonton bola. Saya suka menonton
bola.
2. Presiden resmikan pabrik baru. Presiden meresmikan
pabrik baru.
3. Bapak ada rumah. Bapak ada di rumah.
Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi
karena kata nonton dan resmikan, kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh
tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat hilangnya atau tidak adanya
partikel di- sebelum kata rumah.
(b)
Kesalahan antarbahasa (interlingual errors)
Kesalahan
antarbahasa adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan
B2 yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan
proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan
antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau
frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar.
Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan interferensi,
yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama (B1)
terhadap bahasa kedua (B2).
Contoh:
Salah Benar
1. Dia datang Bandung dari. 1. Dia datang dari Bandung.
2. Makanan itu telah
dimakan oleh saya. 2. Makanan
itu telah saya makan.
3. Tak apalah, it doesn’t
matter. 3. Tak apalah, itu bukan masalah.
4. Te‛nang, bu. 4.
Tenang, bu.
Pada
contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa
Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam
bahasa Karo (Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena
tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat
Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka
seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur
Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya
penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke'dalam Bahasa Indonesia yaitu
pada frase “ It doesn’t matter” yang memiliki padanan kata “itu
bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan
contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang
seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.
(c)
Kesalahan taksa (atau ambiguous errors)
Kesalahan
taksa adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagi kesalahan
perkembangan ataupun kesalahan antarbahasa. Contoh: Konstruksi yang
mencerminkan
bahasa asli sang
pelajar (misalnya Medan) yang belajar bahasa Indonesia sebagai B1 mereka.
1. Menulis saya (Saya menulis)
2. Tidur dia (Dia tidur)
3. Pergi kami (Kami pergi).
4. Yang berdiri di
depan kakak ibu. (Yang berdiri di depan kakak / ibu)
Kalimat
ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang
berdiri di depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan
yang berdiri di depan kakak itu adalah ibu.
(d)
Kesalahan Lain (other errors)
Menurut
Dulay dan Burt (1974), dalam membuat analisis komparatif kesalahan anak-anak,
menyebutnya sebagai kesalahan unik (Unique errors) yang mengacu pada
keunikannya bagi para pelajar B2. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang
tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan
intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari B1 maupun B2. Misalnya:
anak kecil yang mulai belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak sedikit
tuturan (kata frase atau kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari B1 maupun
B2.
Contoh:
Salah
Benar
1.
She
hungry 1.
She is hungry.
2.
They
breakfast 2.
They have breakfast.
3. Gak papa gin. 3. Tidak apa-apa
Kesalahan unik pada contoh satu (1) dan dua (2) adalah
dihilangkannya auxiliary sebelum kata
hungry dan breakfast. Sedangkan pada contoh tiga (3) keunikan kesalahannya
adalah pada ragam bahasa yang digunakan. Pada kalimat tidak apa-apa dituturkan menjadi gak papa gin.
2. Taksonomi Efek Komunikatif
Jika taksonomi komparatif memusatkan
perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek
komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif
efeknya terhadap penyimak atau pembaca.
Berdasarkan terganggu atau tidaknya
komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua
jenis kesalahan, yaitu :
(a). Kesalahan Global atau Global Errors
Kesalahan Global adalah kesalahan yang mempengaruhi
keseluruhan organisasi kalimat sehingga benar-benar menggangu komunikasi.
Karena luasnya cakupan sintatik kesalahan-kesalahan serupa itu, maka Burt dan
Kiparsky menyebut kategori ini kesalahan “global”. Menurt Burt dan
Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:
(1)
Salah menyusun unsur pokok.
Misalnya:
Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.
Yang seharusnya:
Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.
(2) Salah menempatkan atau
tidak memakai kata sambung.
Misalnya:
Tidak beli beras tadi, apa makan kita
sekarang.
Yang seharusnya:
Kalu
kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang
(3) Hilangnya ciri kalimat
pasif.
Misalnya:
Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
Yang seharusnya:
Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.
(b) Kesalahan Lokal (local errors)
Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi
sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara
signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat
saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
Dalam bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain
sebagai berikut.
Penyelesaikan tugas itu diselesaikannya
dengan penuh semangat.
Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh
ribu.
Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak
Lurah.
Yang seharusnya:
Tugas itu dislesaikannya dengan penuh
semangat.
Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
(Tarigan, 1988: 164-166)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi. 1991. 1001
Kesalahan Berbahasa. Jakarta:CV Akademika Pressindo.
Badudu, J.S. 1985. Pelik-pelik Bahasa
Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Tarigan,
Henri Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henri Guntur. (1988). Pengajaran
Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.
http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/ambiguitas-dalam-berbahasa.html