Pengertian dan Penggolongan Biaya
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Biaya didefinisikan sebagai waktu dan sumber daya yang dibutuhkan dan
menurut konvensi diukur dengan satuan uang. Pengguna kata beban adalah pada
saat biaya sudah habis terpakai.
Biaya menyediakan salah satu informasi yang diperlukan
oleh manajemen dalam mengelola perusahaannya, yaitu untuk perencanaan dan
pengendalian laba, penentuan harga pokok produk dan jasa, serta bagi
pengambilan keputusan oleh manajemen.
.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan biaya?
2.
Apakah yang dimaksud dengan
penggolongan biaya?
3.
Bagaimanakah hubungan biaya dengan
obyek biaya?
4.
Apakah yang dimaksud dengan harga
pokok produksi?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan
biaya.
2.
Mengatahui apa yang dimaksud dengan
penggolongan biaya
3.
Mengatahui bagaimana hubungan biaya
dengan obyek biaya.
4.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan
harga pokok produksi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Biaya
Biaya
sendiri memiliki kemajemukan karena konsepnya berasal dari istilah umum,
sehingga tidak mudah untuk memberikan suatu batasan yang pasti tanpa
meninggalkan keraguan mengenai pengertiannya.
Para
ahli ekonomi, akuntan dan pihak-pihak yang dihadapkan pada masalah biaya ini
memiliki pengembangan mengenai konsep dan istilah biaya menurut kebutuhan
meraka. Objek dari akuntansi biaya adalah biaya itu sendiri, ini dapat dilihat
dari definisi biaya yang dikemukakan oleh para ahli.
Biaya
adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang
dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah
terjadi maupun yang akan terjadi.
Biaya
terbagi menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit.
Biaya
eksplisit adalah biaya yang terlihat secara fisik, misalnya berupa kas.
Sementara itu, yang dimaksud dengan biaya implisit adalah biaya yang tidak
terlihat secara langsung, misalnya biaya kesempatan dan penyusutan barang modal[1]
Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat
penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan.
Tujuan itu dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu
pengorbanan oleh perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan secara
tepat. Dalam menentukan apakah suatu pengorbanan merupakan biaya atau tidak,
maka terlebih dahulu harus dipahami pengertian tentang biaya antara lain[2] :
Menurut Supriyono, Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan
atau yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenue) dan akan di
pakai sebagai pengurang penghasilan[3]
Menurut Mulyadi, dalam arti luas Biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomis, yang di ukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan Biaya dalam arti sempit
diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang di
sebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan
bagian dari harga pokok yang dikorbankan di dalam suatu usaha untuk memperoleh
penghasilan[4]
Menurut Ancella A. Hermawan, mendefinisikan biaya sebagai “Kas atau
nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan
membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi[5]”.
Di sisi lain, Carter dan Usry, Biaya didefinisikan sebagai “Nilai
tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat[6]”.
Menurut Bastian, dkk., Biaya adalah “Pengorbanan sumber ekonomis
yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk mencapai tujuan tertentu[7]”.
Dari pengertian di atas, walaupun nampak ada perbedaan namun pada
dasarnya memiliki persamaan yaitu biaya adalah pengorbanan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan laba yang maksimal dimasa yang akan
datang.
.
B. Penggolongan
Biaya
1.
Berdasarkan
fungsi pokok dari kegiatan/aktivitas perusahaan.
Atas dasar fungsi pokok dari
kegiatan atau aktivitas perusahaan, biaya dapat dikelompokkan menjadi :
a. Fungsi
produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk di jual
b. Fungsi
pemasaran, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kejadian penjualan produk
selesai yang siap untuk di jual dengan cara memuaskan pembeli dan dapat memperoleh
laba sesuai yang diinginkan perusahaan sampai dengan pengumpulan kas dan hasil
penjualan
c. Administrasi
dan umum adalah fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penentuan kebijakan,
pengarahan dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat
berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien).
d. Fungsi
keuangan, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau
penyediaan dana yang diperlukan perusahaan[8]
2.
Berdasarkan
periode akuntansi.
Penggolongan biaya sesuai dengan
periode akuntansi di mana biaya akan dibebankan untuk dapat menggolongkan
pengeluaran (expenditures) akan
berhubungan dengan kapan pengeluaran tersebut akan menjadi biaya, penggolongan
pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengeluaran
Modal (Capital Expenditures) yaitu
pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat (benefit) pada beberapa periode akuntansi atau pengeluaran yang akan
datang. Pada saat terjadinya pengeluaran ini dikapitalisasi ke dalam harga
perolehan aktual, dan diperlakukan sebagai biaya pada periode akuntansi yang
menikmati manfaatnya
b. Pengeluaran
Penghasilan (Revenue Expenditures)
yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi di
mana pengeluaran terjadi. Umumnya pada saat terjadinya pengeluaran langsung diperlakukan
ke dalam biaya, atau tidak dikapitalisasi sebagai aktiva
3.
Berdasarkan
tendensi perubahan aktivitas.
Pengolongan biaya sesuai dengan
tendensi perubahannya terhadap aktivitas terutama untuk tujuan perencanaan dan
pengendalian biaya serta pengambilan keputusan, tendensi perubahannya terhadap
aktivitas dapat dikelompokkan menjadi :
a. Biaya Tetap.
Biaya tetap dibedakan menjadi:
1.
Committed
fixed cost.
Committed
fixed cost adalah biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat
dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan di dalam memenuhi
tujuan-tujuan jangka panjang. Contoh : Committed
fixed cost adalah biaya depresiasi, pajak bumi dan bangunan, sewa, asuransi
dan gaji karyawan utama. Kebijakan menjadi Committed
fixed cost terutama dipengaruhi oleh rencana kegiatan jangka panjang
2.
Discretionary
fixed cost.
Discretionary
fixed cost adalah biaya yang timbul dari keputusan penyediaan
anggaran secara berkala (biasanya tahunan) yang secara langsung mencerminkan
kebijakan manajemen puncak mengenai jumlah maksimum biaya yang diizinkan untuk
dikeluarkan, dan yang tidak dapat menggambarkan hubungan yang optimum antara
masukan dengan keluaran (yang di ukur dengan volume penjualan, jasa atau
produk). Contoh : Discretionary fixed
cost adalah biaya riset dan pengembangan, biaya iklan, biaya promosi
penjualan, biaya program latihan karyawan, biaya konsultan.
Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Biaya yang
jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan
atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
2. Pada biaya
tetap, biaya satuan (unit cost) akan
berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi
volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan
semakin tinggi biaya satuan.
b. Biaya
Variable
Biaya variabel adalah biaya yang
jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya
adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung[9].
Untuk tujuan perencanaan dan pengawasan, biaya variabel dibedakan menjadi :
1.
Engineered
variabel cost
Engineered
variabel cost adalah biaya yang memiliki hubungan fisik tertentu
dengan ukuran kegiatan tertentu atau biaya yang antara masukan dan keluarannya
mempunyai hubungan yang erat dan nyata. Contohnya : Biaya bahan baku.
2.
Discretionary
cost
Discretionary
variabel cost adalah biaya-biaya yang jumlah totalnya sebanding
dengan perubahan volume kegiatan sebagai akibat kebijakan/keputusan manajemen.
Contohnya : Biaya iklan yang ditetapkan oleh manajemen.
Biaya variabel memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Biaya yang
jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar
volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah
volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel.
2. Pada biaya
variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi biaya
semakin konstan.
c. Biaya Semi
Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya
yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya. Unsur biaya tetap merupakan
jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa sedangkan unsur variabel merupakan
bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume
kegiatan.
Biaya semi variabel memiliki unsur
biaya tetap dan biaya variabel. Untuk memisahkan biaya semi variabel ke dalam
elemen biaya tetap dan biaya variabel, ada dua pendekatan yang digunakan yaitu
:
1.
Pendekatan Analisis (Analytical approach)
Dalam pendekatan ini diadakan kerjasama antara bagian
teknik dengan bagian penyusunan anggaran untuk mengadakan penyelidikan terhadap
tiap-tiap kegiatan atau pekerjaan, untuk menentukan perlu tidaknya suatu biaya,
jumlah biaya pada berbagai kegiatan untuk pekerjaan tertentu, metode
pelaksanaan pekerjaan yang paling efisien, dan jumlah biaya yang bersangkutan
dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut pada berbagai tingkat kegiatan
2.
Pendekatan Historis (Historical approach)
Pendekatan ini mencoba menentukan fungsi biaya dengan
cara menganalisis tingkah laku biaya yang terjadi di masa lalu dalam
hubungannya dengan volume kegiatan.
Dalam pendekatan historis, data biaya selama beberapa
periode dikumpulkan dan di hitung biaya tetap dan biaya variabelnya dengan
menggunakan metode tertentu[10].
Ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu :
Ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu :
1.
Metode Biaya Terjaga (Stand by Cost Method)
Metode ini mencoba menghitung beberapa biaya yang
harus tetap dikeluarkan andaikata perusahaan di tutup untuk sementara, jadi
produknya sama dengan nol. Biaya ini di sebut biaya terjaga, dan biaya terjaga
ini merupakan bagian yang tetap
2.
Metode Titik Tertinggi dan Terendah
(Hight and Low Point Method)
Metode ini merupakan teknik pemisahan biaya variabel
dengan cara membandingkan biaya pada tingkat kegiatan yang paling tinggi
dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan terendah di masa lalu.
Selisih biaya yang di hitung merupakan unsur biaya variabel dalam biaya
tersebut. Sedangkan biaya tetap mengurangi biaya semi variabel dengan biaya
variabelnya.
3.
Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method)
Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dan
volume kegiatan berbentuk garis lurus dengan persamaan.
Y = a + bx
|
Di mana :
Y = Total biaya semi variabel
a = Biaya tetap
b = Biaya variabel satuan
Y = Total biaya semi variabel
a = Biaya tetap
b = Biaya variabel satuan
n = Jumlah
data
x = Volume kegiatan
x = Volume kegiatan
Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai
dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak
sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya total,
semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak
sebanding
2. Pada biaya
semi variabel, biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan
volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkatan
kegiatan tertentu semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan,
semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan[11].
4.
Berdasarkan
obyek atau pusat biaya.
Di dalam perusahaan obyek atau pusat
biaya dapat dihubungkan dengan produk yang dihasilkan, departemen-departemen
yang ada dalam pabrik, daerah pemasaran, bagian-bagian dalam organisasi yang
lain, bahkan individu.
Penggolongan biaya atas dasar obyek
atau pusat biaya, biaya dapat dibagi menjadi:
a. Biaya
langsung (Direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau
manfaatnya dapat didefinisikan kepada obyek atau pusat biaya tertentu
b. Biaya tidak
langsung (Indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau
manfaatnya tidak dapat didefinisikan pada obyek atau pusat biaya tertentu, atau
biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa obyek atau pusat biaya.
5.
Berdasarkan
pengendalian biaya.
Untuk pengendalian informasi biaya
yang ditunjukkan kepada manajemen dikelompokkan ke dalam :
a. Biaya
terkendali (Controllable cost)
Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat
dipengaruhi oleh seorang pimpinan/jabatan pemimpin tertentu dalam jangka waktu
tertentu.
b. Biaya tak
terkendali (Uncontrollable cost)
Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat
dipengaruhi oleh seorang pemimpin/jabatan tertentu berdasarkan wewenang yang
dia miliki atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam waktu
tertentu[12]
6.
Berdasarkan
tujuan pengambilan keputusan.
Untuk tujuan
pengambilan keputusan oleh manajemen maka biaya dapat dikelompokkan menjadi :
a.
Biaya relevan (Relevant cost)
Biaya relevan adalah biaya yang akan mempengaruhi
pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya tersebut harus diperhitungkan di
dalam pengambilan keputusan
b.
Biaya tidak relevan (Irrelevant cost)
Biaya yang tidak relevan adalah biaya yang tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini tidak perlu
diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan
C.
Hubungan Biaya dengan Obyek Biaya
Biaya
sering dikategorikan dari segi hubungannya dengan suatu obyek atau segmen operasi,
yang sering disebut obyek biaya. Obyek biaya dapat berupa produk, kawasan
penjualan, pelanggan, divisi, pabrik, departemen atau suatu aktivitas[13].
Terdapat
dua jenis obyek biaya :
1. Obyek biaya Antara.
Obyek biaya antara (intermediate cost object) adalah
penghimpunan biaya yang dilaporkan, lalu dialokasikan kepada obyek biaya
lainnya
2. Obyek biaya Akhir.
Obyek biaya Akhir (final cost object) adalah titik
penghimpunan biaya di mana tidak dilakukan lagi alokasi biaya. Obyek biaya
akhir yang palim lazim adalah produk[14].
D. Harga
Pokok Produksi
1.
Pengertian Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi
sangat mempengaruhi penetapan harga jual suatu produk sekaligus penetapan laba
yang diinginkan. Dengan demikian ketepatan dalam melakukan perhitungan harga
pokok produksi benar-benar diperhatikan karena apabila terjadi kesalahan dalam
perhitungan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Pada umumnya, sebagian besar dari
perusahaan yang menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa masih menghadapi
persoalan dalam menentukan harga pokok produksi.
Penentuan harga pokok produksi
memegang peran yang sangat penting dalam perusahaa industri. Salah satu
kegunaan dan penentuan harga pokok produksi adalah untuk menentukan harga jual.
Permasalahan yang sering dihadapi
perusahaan manufaktur adalah permasalahan penentuan harga pokok. Harga pokok
ini memegang peranan penting karena kesalahan dalam penentuan harga pokok akan
mempengaruhi harga jual produk yang dihasilkan.
Harga jual produk akan mempengaruhi
laba yang diharapkan perusahaan, juga kemampuan bersaing produk sejenis yang
dihasilkan perusahaan lain.
Pengertian harga pokok produksi
adalah, Harga pokok produksi mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan
pada periode tersebut. Satu-satunya biaya yang diberikan pada barang yang
diselesaikan adalah biaya produksi dari bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan biaya lain-lain[15]
Dipihak lain Harga pokok produksi
adalah, Kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung dan biaya
overhead pabrik ditambah persediaan
produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir[16]
Berdasarkan pengertian di atas dapat
dikatakan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya, baik langsung maupun
tidak lansung yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang selama periode
tertentu.
2.
Unsur-unsur Harga Produksi
Unsur-unsur harga pokok produksi ada
3[17],
yaitu:
1. Bahan Baku
Biaya bahan baku yang merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung dari produk
selesai[18]
2. Upah
Biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang
atau pelayanan yang dihasilkan. Pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur
jumlah kerja yang digunakan untuk menghasilkan jasa atau pelayanan[19]
3. Biaya Produksi
Tidak Langsung.
Biaya overhead
pabrik yang tidak langsung yakni, biaya pekerja dan biaya pabrik yang tidak
secara mudah dapat dibebankan langsung ke pekerja atau produk[20]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Biaya (cost) berbeda dengan beban (expense), Biaya (cost) adalah pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang dan jasa, sedangkan beban (expense)
adalah expired cost yaitu pengorbanan yang diperlukan atau dikeluarkan untuk
merealisasi hasil, beban ini dikaitkan dengan revenue pada periode yang
berjalan.
Pengorbanan
yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aktiva, barang atau jasa dan juga
tidak ada hubungannya dengan realisasi hasil penjualan, maka tidak digolongkan
sebagai cost ataupun expense tetapi digolongkan sebagai Kerugian (loss)
B.
Saran
Konsep dan
klasifikasi biaya akan mempermudah pemimpin perusahaan dalam mengelola
perusahaanya secara efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Hamanto,
M.Soc.Sc., Akt., Drs., 1992, Akuntansi
Biaya untuk Perhitungan Biaya, Matz-Usry, 1991.
Tresno Lesmono, MSPA., Akt.,
Drs., 1998, Akuntansi Biaya - Perencanaan
dan Pengendalian, Jakarta : Erlangga. Mulyadi, 2007
Akuntansi Biaya - Pokok Produksi (Sistem Biaya Historis),
Yogyakarta:BPFE-UGM..
Manajemen Biaya, Cetakan Pertama , Yogyakarta : Pusat penerbitan
Akaderni YKPN.
[1] Tresno Lesmono, MSPA., Akt., Drs., 1998, Akuntansi Biaya - Perencanaan dan
Pengendalian, Jakarta : Erlangga. Mulyadi, 2007
[2] Hamanto, M.Soc.Sc., Akt., Drs., 1992, Akuntansi Biaya untuk Perhitungan Biaya,
Matz-Usry, 1991
[3] Supriyono (1999 : 16)
[4] Mulyadi (1999 : 8)
[5] Hansen Mowen (2000 : 39)
[6] Carter n’ Usry (2004 : 29)
[7] Bastian dkk (2006 : 4)
[8] Akuntansi
Biaya, Cetakan Pertama , Yogyakarta : Pusat penerbitan Akaderni YKPN
[9] Hamanto, M.Soc.Sc., Akt., Drs., 1992, Akuntansi Biaya untuk Perhitungan Biaya,
Matz-Usry, 1991
[10] Akuntansi
Biaya - Pokok Produksi (Sistem Biaya Historis), Yogyakarta:BPFE-UGM
[11] Akuntansi
Biaya, Cetakan Pertama , Yogyakarta : Pusat penerbitan Akaderni YKPN
[12] Akuntansi
Biaya, Cetakan Pertama , Yogyakarta : Pusat penerbitan Akademi YKPN
[13] Akuntansi
Biaya - Pokok Produksi (Sistem Biaya Historis), Yogyakarta:BPFE-UGM
[14] Akuntansi
Biaya, Cetakan Pertama , Yogyakarta : Pusat penerbitan Akaderni YKPN
[15] Hansen dan Mowen (2000 : 48)
[16] Bastian dkk. (2006 : 60)
[17] Kardinata (2000 : 7)
[18] Bastian dkk., (2006 : 10)
[19] Hansen n’ Mowen (2000 : 45)
[20] Usry n’ Carter (2004 : 411)