Perilaku Konsumen
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perilaku
konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang karena berbagai alasan
berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang
kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen,
serta kebijakan umum.
Elemen
kunci dalam definisi ini adalah pertukaran antara pelanggan dan penyuplai.
Masing-masing pihak memberikan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain dengan
tujuan memenuhi kebutuhan mereka masing-masing. Dalam konteks pembelian yang
normal, uang ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.
Perhatikan
bahwa pelanggan terletak pada inti dari proses tersebut. Semua yang dilakukan
penyuplai dalam hal produk, harga, promosi dan distribusi diadaptasikan dengan
permintaan pasar. Oleh karena itu pelanggan menjalankan pengaruh dominan pada
semua yang dilakukan perusahaan. Tidak mengherankan bahwa studi perilaku
konsumen memiliki akar utamanya di dalam bidang ekonomi, dan yang lebih baru,
dalam bidang pemasaran. Dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep dasar
perilaku konsumen yang akan penulis paparkan dalam bab selanjutnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu Perilaku Konsumen ?
2. Apa
saja Teori Prilaku Konsumen ?
3. Bagaimana
cara memahami Perilaku Konsumen tentang pandangannya terhadap Produk yang ada ?
4. Pendekatan
- pendekatan apa saja yang sebaiknya dilakukan agar kita dapat memahami
Perilaku Konsumen ?
5. Bagaimana
Analisa penulis tentang Prilaku Konsumen ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perilaku Konsumen.
Pada
dasarnya perilaku konsumen merupakan tindakan atau perilaku, termasuk di
dalamnya aspek-aspek yang mempengaruhi tindakan itu, yang berhubungan dengan
usaha untuk mendapatkan produk (barang dan jasa) guna memenuhi kebutuhannya.
Tidak ada kesamaan definisi yang dikemukanan para ahli, perbedaan itu
disebabkan adanya perbedaan sudut pandang. Perilaku manusia sangat komplek
sehingga sangat sulit digambarkan dengan kata-kata.
Perilaku
konsumen[1]
adalah “Consumer behavior can be defined
as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using,
evaluating, and disposintog of products, services, and ideas they expect will
satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan
produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat
memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Perilaku
konsumen[2]
adalah “Consumer behavior may be defined
as the decision process and physical activity individuals engage in when
evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat
dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan
fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai,
mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Perilaku
konsumen[3]
adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul dari
tindakan ini.
Perilaku
konsumen adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat
dalam menerima, menggunakan dan penentuan barang, jasa, dan ide. Difinisi
tersebut menggunakan istilah unit-unit pembuat keputusan, karena keputusan bisa
dibuat oleh individu atau kelompok. Difinisi tersebut juga mengatakan bahwa
konsumsi adalah proses yang diawali dengan penerimaan, konsumsi, dan diakhiri
dengan penentuan (disposition). Tahap
penerimaan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen
terhadap produk, tahap konsumsi menganalisa bagaimana konsumen senyatanya
menggunakan produk yang diperoleh. Tahap penentuan menunjukkan apa yang
dilakukan konsumen setelah selesai menggunakan produk tersebut. Studi perilaku
konsumen ini meliputi; apa yang dibeli, mengapa ia membelinya, dan berapa
sering ia membelinya[4].
Secara
umum, definisi dari perilaku konsumen adalah “Interaksi dinamis antara pengaruh
dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita, dimana terdapat aspek
pertukaran didalamnya[5]”
Dari definisi umum tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tiga
faktor penting didalam definisi tersebut, yaitu perilaku konsumen adalah
dinamis, melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan
kejadian sekitar, adanya aspek pertukaran.
1. Dinamis.
Dinamis artinya bahwa seorang individu
konsumen, suatu komunitas konsumen, atau masayarakat luas akan selalu berubah
dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini berdampak tidak hanya pada studi perilaku
konsumen itu sendiri akan tetapi juga pada pengembangan strategi pemasaran.
2. Melibatkan
Interaksi antara Pengaruh (afeksi)
dan Kognisi, Perilaku dan Kejadian Sekitar.
Untuk memahami konsumen dan
mengembangkan strategi pemasaran kita harus memahami apa yang dipikirkan
(kognisi) apa yang dirasakan (afeksi) dan apa yang mereka lakukan serta kejadian
sekitar yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan
dilakukan konsumen.
3. Adanya
Aspek Pertukaran
B.
Teori
Perilaku Konsumen.
Ada
beberapa teori - teori yang mendasari perilaku konsumen terhadap produk yang
ada, yakni[6] :
1. Teori
Ekonomi Mikro
Teori ini beranggapan
bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan
berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh
kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding
atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang
sama untuk beberapa produk yang lain.
2. Teori
Psikologis
Teori ini mendasarkan
diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh
kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam
menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara
langsung.
3. Teori
Antropologis
Teori ini juga
menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang
lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.
C.
Analisis
Pemahaman Perilaku Konsumen.
Perilaku
konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari
individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang
mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa
yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan
barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang
waktu.
Menurut
Handi Irawan, Perilaku Konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu[7] :
1. Berpikir
Jangka Pendek (short term perspective).
Ternyata sebagian besar
konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir
jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
2. Tidak
Terencana (dominated by unplanned
behavior).
Hal ini tercermin pada
kebiasaan impulse buying, yaitu
membeli produk yang kelihatan menarik tanpa ada perencanaan sebelumnnya.
3. Suka
berkumpul.
Masyarakat Indonesia mempunyai
kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi).
Salah satu indikator terkini adalah situs social
networking seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan
secara luas di Indonesia.
4. Gagap
Teknologi (not adaptive to high
technology).
Sebagian besar konsumen
Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa
dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
5. Berorientasi
pada Konteks (context, not content
oriented).
Konsumen kita cenderung
menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan
begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang
hal itu sendiri.
6. Suka
buatan Luar Negeri (receptive to COO
effect).
Sebagian konsumen
Indonesia juga lebih menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri,
karna bias dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia.
7. Beragama
(religious).
Konsumen Indonesia
sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter khas konsumen
Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika
perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta.
Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol agama.
8. Gengsi
(putting prestige as important motive).
Konsumen Indonesia amat
getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum
waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap
laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi
Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi. Pertama : Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong
orang untuk pamer. Kedua : Budaya
feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya
terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Ketiga : Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan
jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer
9. Budaya
lokal (strong in subculture).
Sekalipun konsumen
Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup
tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain
10. Kurang
peduli lingkungan (low consciousness
towards environment).
Salah satu karakter
konsumen Indonesia yang unik adalah kekurang pedulian mereka terhadap isu
lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap
lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan
begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu
lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium
sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan
terhadap mereka
D.
Pendekatan
Perilaku Konsumen.
Teori
perilaku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu sebagai
berikut[8] :
1. Pendekatan
Nilai Guna Kardinal
Pendekatan nilai guna
kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif menganggap manfaat atau kenikmatan yang
diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur,
dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi
berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk
membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna
marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari
dengan pendekatan kuantitatif. Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi
suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Misalnya: mata uang.
Setiap tambahan satu unit barang yang
dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah
tertentu.
2. Pendekatan
Nilai Guna Ordinal.
Pendekatan nilai guna
ordinal atau sering juga disebut analisis kurva
indeference menganggap bahwa manfaat yang diperoleh masyarakat dari
mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan
ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan kardinal,
meskipun bukan berarti pendekatan kardinal tidak memiliki kelebihan.
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi
barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran
semacam ini sulit dilakukan.
3. Persamaan
Nilai Guna Kadinal dengan Ordinal.
Persamaan Kardinal dan
Ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi
barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu
pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum
utility).
4. Perbedaan
Nilai Guna Kadinal dengan Ordinal.
Nilai guna kardinal
menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan
analisis ordinal, besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.
Analisis kardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan pendekatan marginal (marginal utiliy). Sedangkan analisis
ordinal menggunakan analisis kurva kepuasan sama (indifferent curve)
E.
Analisis
Penulis.
Menurut
pandangan saya perilaku konsumen pada kota Mataram sudah meningkat tanpa
terkecuali, yang sudah menjadi kota dengan perilaku konsumen yang sangat pesat
peningkatannya dikarenakan letak yang strategis dan konsumen yang membutuhkan
produk dan jasa sangat bervarian mulai dari mahasiswa luar dareah dan para
penduduknya sendiri.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
Perilaku
konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan
jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku
konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan
mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan
pertimbangan yang matang.
Perilaku
konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh
dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakuk.an pertukaran
aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan
perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudarman, Ari, 2000, ”Teori Ekonomi Mikro,” Buku 1,
Yogyakarta: BPFE
Engel, James F, BlackWell Roger D,
Miniard Paul W..1994. Perilaku Konsumen,
Jakarta, Binarupa Aksara.
Dr Wijaya, Faried, M.M.A. Pengantar Ekonomi - Ekonomika Pembangunan dan
Internasional, Edisi Kedua, Jilid Kedua, Yogyakarta, BPFE UGM.
Paul A. Samuelson, William D.
Nordhaus. Ekonomi, Edis Keduabelas,
1997, Jakarta, Penerbit Erlangga.
Rosyidi Suherman, Pengantar Teori Ekonomi – Pendekatan Kepada
Teori Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.
Mangkoesoebroto, Guritno, 1993, ”Ekonomi Publik,” Yogyakarta: BPFE
[1] Shiffman dan Kanuk
(2000)
[2] Loudon dan Della
Bitta (1993)
[3] Engel et al. (1994 :
3)
[4] Schifman dan Kanuk
(1991 : 5)
[5] (Peter & Olson,
1999)
[6] Pengantar Ekonomi -
Ekonomika Pembangunan dan Internasional, Hal. 45.
[7] Mangkoesoebroto,
Guritno, 1993, ”Ekonomi Publik,” Yogyakarta: BPFE
[8] Sudarman, Ari, 2000,
”Teori Ekonomi Mikro,” Buku 1, Yogyakarta: BPFE